PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 67 TAHUN 2013
TENTANG
KOORDINASI INTELIJEN NEGARA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang |
: |
bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 38 ayat (3) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 201l tentang Intelijen Negara, perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Koordinasi Intelijen Negara; |
|||||||
Mengingat |
: |
1. |
Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; |
||||||
|
|
2. |
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2011 tentang Intelijen Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 105, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5249); |
||||||
|
|
|
|
|
|
|
|||
MEMUTUSKAN : |
|||||||||
Menetapkan: |
: |
PERATURAN PRESIDEN TENTANG KOORDINASI INTELIJEN NEGARA. |
|||||||
|
|
|
|
|
|
|
|||
BAB I
|
|||||||||
|
|
Dalam Peraturan Presiden ini yang dimaksud dengan: |
|||||||
|
|
1. |
Badan Intelijen Negara yang selanjutnya disebut BIN adalah koordinator penyelenggara Intelijen Negara. |
||||||
|
|
2. |
BIN di daerah yang selanjutnya disebut Binda adalah unit struktural BIN di wilayah provinsi, yang merupakan koordinator penyelenggara Intelijen Negara di daerah. |
||||||
|
|
3. |
Koordinasi intelijen Negara adalah proses harmonisasi hubungan fungsional dan upaya sinkronisasi serta sinergi penyelenggaraan aktivitas Intelijen dalam rangka tercapainya tugas dan fungsi Intelijen Negara. |
||||||
|
|
4. |
Komite Intelijen Pusat yang selanjutnya disebut Kominpus adalah forum koordinasi para pimpinan penyelenggara lntelijen Negara di pusat. |
||||||
|
|
5. |
Komite Intelijen Daerah yang selanjutnya disebut Kominda adalah forum koordinasi para pimpinan penyelenggara Intelijen Negara di daerah. |
||||||
|
|
|
|
||||||
BAB II
|
|||||||||
|
|
(1) |
BIN berkedudukan sebagai koordinator penyelenggara Intelijen Negara. |
||||||
|
|
(2) |
Penyelenggaraan Koordinasi Intelijen dikoordinasikan oleh Kepala BIN. |
||||||
|
|
(3) |
Penyelenggaraan Koordinasi Intelijen dikoordinasikan oleh Kepala Binda. |
||||||
|
|
(4) |
Dalam penyelenggaraan Koordinasi Intelijen Negara, Kepala BIN membentuk Kominpus dan Kominda. |
||||||
|
|
(5) |
Koordinasi Intelijen, baik oleh Kominpus maupun Kominda, sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) merupakan satu kesatuan yang tidak terplsahkan. |
||||||
|
|
|
|
||||||
Bagian Kedua
|
|||||||||
|
|
BIN sebagai koordinator penyelenggara lntelijen Negara bertugas: |
|||||||
|
|
a. |
mengoordinasikan penyelenggaraan Intelijen Negara; |
||||||
|
|
b. |
memadukan produk Intelijen; |
||||||
|
|
c. |
melaporkan penyelenggaraan koordinasi Intelijen Negara kepada Presiden; dan |
||||||
|
|
d. |
mengatur dan mengoordinasikan Intelijen pengamanan pimpinan nasional. |
||||||
|
|
|
|
||||||
Bagian Ketiga
|
|||||||||
|
|
Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, BIN berwenang: |
|||||||
|
|
a. |
mengoordinasikan kebijakan di bidang Intelijen; |
||||||
|
|
b. |
mengoordinasikan pelaksanaan fungsi Intelijen kepada penyelenggara Intelijen Negara; |
||||||
|
|
c. |
menata dan mengatur sistem InteIijen Negara: |
||||||
|
|
d. |
menetapkan klasifikasi rahasia Intelijen; dan |
||||||
|
|
e. |
membina penggunaan peralatan dan material Intelijen. |
||||||
|
|
|
|
||||||
BAB III
|
|||||||||
|
|
(1) |
Untuk membantu pelaksanaan tugas BIN sebagai koordinator penyelenggara lntelijen Negara sebagaimana dimaksud daIam Pasal 2 ayat (2), KepaIa BIN dibantu oleh Kepala Pelaksana Harian yang selanjutnya disebut Kalakhar. |
||||||
|
|
(2) |
Kalakhar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) secara ex officio dijabat oleh pejabat setingkat eselon Ia di lingkungan BIN yang ditetapkan oleh Kepala BIN. |
||||||
|
|
(3) |
Kalakhar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggung jawab kepada Kepala BIN. |
||||||
|
|
|
|
|
|
|
|||
Pasal 6 |
|||||||||
|
|
(1) |
Untuk kelancaran pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1), Kalakhar dibantu oleh sekretariat. |
||||||
|
|
(2) |
Sekretariat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh unit kerja di lingkungan BIN yang ditetapkan oleh Kepala BIN. |
||||||
|
|
|
|
|
|
|
|||
BAB IV
|
|||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|||
|
|
Keanggotaan Kominpus terdiri atas: |
|||||||
|
|
|
|
||||||
|
|
a. |
Ketua |
: |
Kepala BIN. |
||||
|
|
b. |
Anggota |
|
1. |
Kepala Intelijen Kepolisian Negara Republik Indonesia; |
|||
|
|
|
|
|
|
|
2. |
Asisten Intelijen Panglima Tentara Nasional Indonesia; |
|
|
|
|
|
|
|
|
3. |
Kepala Intelijen Tentara Nasional Indonesia; |
|
|
|
|
|
|
|
|
4. |
Jaksa Agung Muda Bidang Intelijen; dan |
|
|
|
|
|
|
. |
|
5. |
Pimpinan lntelijen Kementerian Lembaga Pemerintah Non Kementerian. |
|
|
|
|
|
|
|
|
|||
Pasal 8 |
|||||||||
|
|
Keanggotaan Kominda terdiri atas: |
|||||||
|
|
a. |
Ketua |
: |
Kepala Binda. |
||||
|
|
b. |
Anggota |
|
1. |
Pimpinan Intelijen Tentara Nasional Indonesia di daerah |
|||
|
|
|
|
|
2. |
Pimpinan lntelijen Kepolisian Negara |
|||
|
|
|
|
|
3. |
Pimpinan Intelijen Kejaksaan di daerah; |
|||
|
|
|
|
|
4. |
Kepala Kesatuan Bangsa dan Politik; dan |
|||
|
|
|
|
|
5. |
Pimpinan Intelijen Kementerian/Lembaga Pemerintah Non Kementerian di daerah. |
|||
BABV
Pasal 9 |
|||||||||
|
|
Koordinasi Intelijen Negara di pusat dan di daerah dilaksanakan melalui rapat koordinasi secara berkala paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) bulan atau sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan. |
|||||||
Pasal 10 |
|||||||||
|
|
Rapat Kominpus dipimpin oleh Kepala BIN dan dihadiri oleh pimpinan penyelenggara lntelijen Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7. |
|||||||
|
|||||||||
Pasal 11 |
|||||||||
Rapat Kominda dipimpin oleh Kepala Binda dan dihadiri oleh pimpinan penyelenggara Intelijen Negara di daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8. |
|||||||||
|
|
|
|
|
|
||||
Pasal 12 |
|||||||||
|
|
(1) |
Rapat koordinasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 membahas dan menetapkan: |
||||||
|
|
|
a. |
permasalahan strategis yang nasional dan/atau memengaruhi keamanan |
|||||
|
|
|
b. |
permasalahan strategis di tingkat regional dan global; |
|||||
|
|
|
c. |
permasalahan aktual yang memengaruhi keamanan nasional dari/atau wilayah; |
|||||
|
|
|
d. |
Intelijen untuk pimpinan nasional dan/atau pimpinan daerah; |
|||||
|
|
|
e. |
pertukaran informasi dan/ atau Intelijen; |
|||||
|
|
|
f. |
harmonisasi, sinkronisasi, dan integrasi kegiatan dan produk Intelijen; |
|||||
|
|
|
g. |
perumusan kegiatan dan/ atau operasi lntelijen bersama; dan |
|||||
|
|
|
h. |
rekomendasi tindakan yang dilakukan. |
|||||
|
|
(2) |
Hasil rapat koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi pedoman untuk dilaksanakan oleh masing-masing penyelenggara Intelijen Negara sesuai dengan tugas dan fungsinya dengan memperhatikan ketentuan perundang-undangan. |
||||||
|
|
(3) |
Pelaksanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib dilaporkan kepada Kepala BIN selaku koordinator pada kesempatan pertama. |
||||||
|
|||||||||
Pasal 13 |
|||||||||
|
|
Kepala BIN melaporkan hasil pelaksanaan tugas dan fungsi Koordinasi Intelijen Negara kcpada Presiden paling sedikit 1 (satu) kali dalam 6 (enam) bulan atau sewaktu-waktu apabila diperlukan. |
|||||||
|
|||||||||
Pasal 14 |
|||||||||
|
|
Ketentuan lebih lanjut mengenai mekanisme Koordinasi lntelijen Negara di pusat dan di daerah diatur dengan peraturan Kepala BIN. |
|||||||
|
|||||||||
BAB VI PENDANAAN
Pasal 15 |
|||||||||
|
|
Pendanaan yang diperlukan dalam rangka penyelenggaraan Koordinasi Intelijen Negara dibebankan pada Anggaran BIN. |
|||||||
|
|||||||||
BAB VII KETENTUAN PENUTUP
Pasal 16 |
|||||||||
|
|
Pada saat Peraturan Presiden ini mulai berlaku, semua peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan penyelenggaraan Koordinasi Intelijen Negara masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Presiden ini. |
|||||||
|
|
||||||||
|
|||||||||
Pasal 17 |
|||||||||
|
|
Peraturan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. |
|||||||
|
|
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Presiden ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. |
|||||||
|
|
|
|
|
|
Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 4 November 2013 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, ttd. DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO |
|||
|
|
|
|
|
|
|
|||
Diundangkan di Jakarta |
|||||||||
pada tanggal 6 November 2013 |
|||||||||
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA |
|||||||||
REPUBLIK INDONESIA, |
|||||||||
ttd. |
|||||||||
AMIR SYAMSUDIN |
|||||||||
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2013 NOMOR 171 |