KEPUTUSAN MENTERl KEUANGAN REPUBLlK lNDONESlA |
|||
Menimbang | : | a. | bahwa dalam upaya meningkatkan pelayanan Panitia Urusan Piutang Negara, dipandang perlu mengadakan perubahan atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor 61/KMK.O8/2002 tentang Panitia Urusan Piutang Negara; |
b. | bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menciptakan Keputusan Menteri Keuangan tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor 61/KMK08/2002 tcnlang Panitia Urusan Piutang Negara; | ||
Mengingat | : | 1. |
Undang-undang Nomor 49 Prp Tahun 1960 tentang Panitia Urusan Piutang
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 156, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2104) |
2. | Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 1976 tentang Panitia Urusan Piutang Negara dan Badan Urusan Piutang Negara; | ||
3. | Keputusan Presiden Nomor 109 Tahun 2001 tentang Susunan Organisasi dan Tugas Departemen Keuangan sebagairnana telah diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 47 Tahun 2002; | ||
4. | Keputusan Presiden Nomor 84 Tahun 2001 tentang Susunan Organisasi Vertikal Departemen Keuangan; | ||
5. | Keputusan Presiden Nomor 228/M Tahun 2001; | ||
6. | Keputusan Menteri Keuangan Nomor 2/KMK.01/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Keuangan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 316/KMK.01/2002; | ||
7. | Keputusan Menteri Keuangan Nomor 445/KMK.01/2001 tentang Susunan Organisasi Instansi Vertikal di Lingkungan Dircktorat Jenderal Piutang dan Lelang Negara; | ||
8. | Keputusan Menteri Keuangan Nomor 61/KMK.08/2002 tentang Panitia Urusan Piutang Negara; | ||
9. | Keputusan Menteri Keuangan Nomor 300/KMK.01/2002 tentang Pengurusan Piutang Negara; | ||
MEMUTUSKAN : |
|||
Menetapkan | : |
KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 61/KMK.08/2002 TENTANG PANITIA URUSAN PIUTANG NEGARA. |
|
Pasal I
|
|||
1. | Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 di atas, PUPN berwenang: | ||
a. Menerima/Menolak/Mengembalikan Pengurusan Piutang Negara; | |||
b. Membuat Pernyataan Bersama; | |||
c. Menetapkan Jumlah Piutang Negara; d. Mengeluarkan Surat Paksa; | |||
d. Mengeluarkan Surat Perintah Penyitaan; f. Meminta Sita Persamaan; | |||
e. Mengeluarkan Surat Perintah Pengangkatan Penyitaan; | |||
f. Mengeluarkan Surat Perintah Penjualan Barang Sitaan; | |||
g. Menetapkan/Menolak Penjualan Barang Jaminan; | |||
h. Menetapkan Nilai Limit Lelang dan Nilai Pencairan di luar Lelang; | |||
i. Mengeluarkan Pernyataan Pengurusan Piutang Negara Lunas/ selesai; | |||
j. Mengeluarkan Surat Penetapan Piutang Untuk Sementara Belum Dapat Ditagih; |
|||
k. Menyetujui/Menolak Penarikan Kembali Piutang Negara; | |||
m. Mengeluarkan Surat Perintah Paksa Badan; dan | |||
o. Menetapkan kembali PSBDT menjadi piutang aktif. | |||
2. |
Ketentuan Pasal 10 ayat (1) huruf b dan ayat (6) diubah serta menambah satu ayat baru yaitu ayat (7), sehingga keseluruhan Pasa110 berbunyi sebagai berikut : |
||
"Pasal 10 (1) Susunan keanggotaan PUPN Cabang, terdiri dari: |
|||
a. Seorang Ketua merangkap Anggota; | |||
b. Seorang atau lebih Wakil dari unsur Departemen Keuangan sebagai Anggota; |
|||
c. Seorang Wakil POLRI sebagai wakil dari unsur instansi lainnya sebagai Anggota; |
|||
d. Seorang Wakil dari unsur Bank Indonesia setempat sebagai Anggota; | |||
e. Seorang Wakil dari unsur Kejaksaan Tinggi setempat sebagai Anggota; dan |
|||
f. Seorang Wakil dari unsur Pemerintah Daerah setempat sebagai Anggota. |
|||
(2) |
Keanggotaan dari Unsur Departemcn Keuangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b di atas, tidak terdapat pada PUPN Cabang yang diketuai oleh Kepala KP2LN yang tidak membawahi KP2LN di Daerah Tingkat II. |
||
(3) |
Ketua PUPN Cabang adalah Kepala Kantor Wilayah atau Kepala KP2LN yang berada di Ibukota Daerah Tingkat I dan tidak satu kota dengan Kantor Wilayah. |
||
(4) |
PUPN Cabang dibantu oleh seorang Sekretaris yang mempunyai tugas memberikan pelayanan teknis administratif pengurusan piutang negara. |
||
(5) | Kepala Bagian Umum pada Kantor Wilayah atau Kepala Sub Bagian Umum pada KP2LN karena jabatannya adalah Sekretaris PUPN Cabang, yang dalam memberikan pelayanan teknis administratif dibantu oleh suatu staf Sekretariat. | ||
(6) |
Peng |
||
(7) | Pengangkatan staf Sekretariat PUPN Cabang sebagaimana dimaksud dalarn ayat (6) diatur lebih lanjut dengan Keputusan Ketua PUPN Pusat." | ||
3. |
Ketentuan Pasal 11 ayat (4) diubah, sehingga keseIuruhan Pasal 11 berbunyi
sebagai berikut : "Pasal 11 |
||
(1) |
PUPN Cabang mempunyai kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3. |
||
(2) |
Tugas PUPN Cabang sehari-hari dilaksanakan oleh Anggota yaitu KepaIa KP2LN yang berada di kota yang sama dengan Kantor Wilayah atau Kepala KP2LN yang berada di luar Ibukota Daerah Tingkat I sesuai wilayah kerjanya, kecuali dalam hal-hal tertentu tetap dilaksanakan/diminta persetujuan oleh/dari Ketua PUPN Cabang. |
||
(3) |
Hal-hal tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), yang tetap dilaksanakan oleh Ketua PUPN Cabang yang diketuai oleh Kepala Kantor Wilayah atau Kepala KP2LN yang berada di Daerah Tingkat I adalah Penerbitan Pernyataan Bersama dan Surat Paksa; |
||
(4) |
Hal-hal tertentu Segaimana dimaksud dalam ayat(2), yang harus dimintakan persetujuan Ketua PUPN Cebang yang diketuai oleh Kepala Kanwil adalah Penetapan Nilai Limit Lelang dan Nilai Pencairan kecuali pelepasan sebesar hak tanggungan. |
||
(5) |
Untuk PUPN Cabang yang diketuai olch Kepala KP2LN yang tidak membawahi KP2LN di Daerah Tingkat II
seluruh
pelaksanan tugas
g,-lS
PUFN
Cabang dilaksanakan |
||
(6) |
Khusus untuk PUPN Cabang Papua, seluruh tugas PUPN di wilayah Biak dan Sorong dilaksanakan oleh Kepala KP2LN Biak dan Sorong." |
||
4. |
Ketentuan Pasal 13 ayat (2) huruf d diubah, sehingga keseluruhan Pasal 13
berbunyi sebagai berikut : |
||
(1) |
Ketua Anggota PUPN Pusat diangkat dan diberhentikan oleh Presiden Republik Indonesia. |
||
(2) | Pengangkatan Anggota PUPN Pusat harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : | ||
a. Calon anggota yang diusulkan adalah pejabat yang berdinas aktif pada instansinya masing-masing, menduduki jabatan sekurang-kurangnya eselon II; |
|||
b. Calon Anggota dari unsur Departemen Keuangan adalah Kepala Biro Hukum dan Humas Departemen Keuangan; |
|||
c. Calon Anggota dari unsur POLRI adalah Dit Serse Polri; | |||
d. Calon Anggota dari unsur Bank Indonesia adalah Kepala Biro Kredit atau pejabat setingkat yang ditunjuk; dan |
|||
e. Calon Anggota dari unsur Kejaksaan Agung adalah Direktur Pemulihan dan Perlindungan Hak Jamdatun." |
|||
5. |
Ketentuan Pasal 14 ayat (2) huruf f diubah, sehingga keseluruhan Pasal 14
berbunyi sebagai berikut : |
||
(1) |
Ketua Anggota PUPN Cabang diangkat dan diberhentikan oleh Ketua PUPN Pusat atas nama Menteri Keuangan. |
||
(2) | Pengangkatan Anggota PUPN Cabang harus memenuhi persyaratan sebagai bcrikut : | ||
a. Calon anggota yang diusulkan adalah pejabat yang berdinas aktif pada instansinya masing-masing, menduduki jabatan sekurang-kurangnya eselon III; |
|||
b. Calon anggota yang mewakili unsur Departemen Keuangan adalah Kepala KP2LN yang satu kota dengan Kantor Wilayah atau Kepala KP2LN yang tidak berada di Daerah tingkat I; |
|||
c. Calon anggota yang mewakili unsur POLRI adalah Kaditserse atau Kasatserse atau Pejabat lain dari unsur POLRI setempat; |
|||
d. Calon anggota yang mewakili unsur Bank Indonesia adalah Pemimpin Cabang Bank Indonesia setecmpat Pejabat lain dari unsur Cabang Bank Indonesia setempat; |
|||
e. Calon anggota yang mewakili unsur Kejaksaan Tinggi adalah Asisten Perdata dan Tata Usaha Negara setempat atau Pejabat lain yang setingkat; dan |
|||
f. Calon anggota yang mewakili unsur Pemerintah Daerah adalah Pejabat dari Inspektorat Wilayah setempat, Pejabat dari Badan Pertanahan setempat, atau Pejabat lain dari Pemerintah Daerah setempat yang setingkat." |
|||
6. |
Ketentuan Pasal 24 ayat (4) diubah, sehingga keseluruhan Pasal 24 berbunyi sebagai berikut |
||
"Pasal 24 | |||
(1) |
Rapat PUPN minimal dihadiri oleh 3 anggota yang berasal dari 2 unsur anggota atau lebih, |
||
(2) |
Dalam hal rapat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak memenuhi quorum, diadakan rapat kedua minimal dihadiri oleh 2 anggota yang berasal dari 2 unsur anggota yang berbeda. |
||
(3) |
Dalam hal rapat kedua PUPN tetap tidak memenehi quorum:, diadakan rapat ketiga PUPN tanpa ada persyaratan quorum. |
||
(4) | Untuk rapat PUPN yang diluar jadwal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (3) minimal harus dihadiri oleh 4 anggota" | ||
7. |
Ketentuan Pasal 25 ayat (2) diubah, sehingga keseluruhan Pasal 25 berbunyi sebagai berikut : |
||
"Pasal 25 | |||
(1) |
Hasil Keputusan rapat sah apabila disetujui minimal oleh 2 anggota dari unsur yang berbeda atau 3/4 anggota yang hadir. |
||
(2) |
Hasil Keputusan rapat diluar jadwal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (3) sah apabila disetujui minimal oleh 3 anggota atau 3/4 anggota yang hadir." |
||
8. | Penulisan BAB VII diubah menjadi BAB VI sehingga judul BAB VI berbunyi sebagai berikut; | ||
"BAB VI PENUNJUKAN PEJABAT PENGGANTI KETUA PUPN" |
|||
9. | Penulisan BAB VIII diubah menjadi BAB VII sehingga judul BAB
VII berbunyi sebagai berikut:
. "BAB VII TATA KERJA" |
||
10. |
Penulisan BAB IX diubah menjadi BAB VIII sehingga judul BAB VIII berbunyi
sebagai berikut: "BA6 VIII PEMBIAYAAN" |
||
11. |
Penulisan BAB X diubah menjadi BAB IX sehingga judul BAB IX berbunyi sebagai berikut:
"BAB IX |
||
12. |
Penulisan BAB XI diubah menjadi BAB X sehingga judul BAB X berbunyi
sebagai berikut: |
||
13. |
Mengubah angka 14 Lampiran sehingga keseluruhannya menjadi sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran Keputusan Menteri Keuangan ini. |
||
Pasal II
|
|||
Ditetapkan di Jakarta
Ttd. |
I.AMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 533/KMK.08/2002
TENTANG PERUBAHAN
ATAS KEPUTUSAN MENTERI
KEUANGAN
NOMOR 61/KMK.O8/2002 TENTANG PANlTlA URUSAN PIUTANG NEGARA.
PANITIA URUSAN PIUTANG NEGARA CABANG
NO |
PANITIA URUSAN PIUTANG NEGARA CABANG |
DAERAH WEWENANG |
TEMPAT KEDUDUKAN |
1 | 2 | 3 | 4 |
1. |
PUPN Cabang NANGROE |
Propinsi Nangroe Aceh Darussalam |
Banda Aceh |
2. |
PUPN Cabang Sumatera Utara |
Propinsi Sumatera Utara |
Medan |
3. |
PUPN Cabang RIAU |
Propinsi Riau |
Pekanbaru |
4. | PUPN Cabang Sumatera Barat | Propinsi Sumatra Barat | Padang |
5. | PUPN Cabang SUMATERA SELATAN | Propinsi Sumatera Selatan | Palembang |
6. | PUPN Cabang Jambi | Propinsi Jambi | Jambi |
7. | PUPN Cabang BENGKULU | Propinsi Bengkulu | Bengkulu |
8. | PUPN Cabang LAMPUNG | Propinsi Lampung | Bandar Lampung |
9. | PUPN Cabang BANGKA BELITUNG | Propinsi Bangka Belitung | Pangkal Pinang |
10. | PUPN Cabang BANTEN | Propinsi Banten | Serang |
11. | PUPN Cabang DKI JAKARTA | Propinsi DKI Jakarta | Jakarta |
12. | PUPN Cabang JAWA BARAT | Propinsi Jawa Barat | Bandung |
13. | PUPN Cabang JAWA TENGAH | Propinsi Jawa Tengah | Semarang |
14. | PUPN Cabang DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA |
Propinsi Daerah Islimewa Yogyakarta, Kota Magelanf" Kab. Magelang, Kab- Temanggung |
Yogyakarta |
15. | PUPN Cabang JAWA TIMUR | Propinsi Jawa Timur | Surabaya |
16. | PUPN Cabang KALIMANTAN | Propinsi Kalimantan Barat | Pontianak |
17. | PUPN Cabang KALIMANTAN TENGAH | Propinsi Kalimantan Tengah | Palangkaraya |
18. | PUPN Cabang KALIMANTAN SELA TAN | Propinsi Kalimantan Selatan | Banjarmasin |
19. | PUPN Cabang KALIMANTAN TIMUR | Propinsi Kalimantan Timur | Balikpapan |
20. | PUPN Cabang BALI | Propinsi Bali | Denpasar |
21. | PUPN Cabang NUSA TENGGARA BARAT | Propinsi Nusa Tenggara Barat | Matararn |
22. | PUPN Cabang NUSA TENGGARA TIMUR | P'ropinsi Nusa Tcnggara Timur | Kupang |
23. | PUPN Cabang SULAWESI SELATAN | Propinsi Sulawesi Selatan | Makassar |
24. | PUPN Cabang SULAWESI TENGGARA | Propinsi Sulawesi Tenggara | Kendari |
25. | PUPN Cabang SULAWESI TENGAH | Propinsi Sulawesi Tengah | Palu |
26. | PUPN Cabang SULAWESI UTARA | Propinsi Sulawesi Utara | Manado |
27. | PUPN Cubang GORONTALO | Propinsi Goronlalo | Gorontalo |
28. | PUPN Cabang MALUKU | Propinsi Maluku | Ambon |
29. | PUPN Cabang MALUKU UTARA | Propinsi Maluku Utara | Ternate |
30. | PUPN Cabang PAPUA | Propinsi Papua | Jayapura |
BOEDIONO