PENJELASAN
ATAS
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 2 TAHUN 2012
TENTANG
PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM
I. |
UMUM |
||||
|
Dalam rangka mewujudkan masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pemerintah perlu menyelenggarakan pembangunan. |
||||
|
Salah satu upaya pembangunan dalam kerangka pembangunan nasional yang diselenggarakan Pemerintah adalah pembangunan untuk Kepentingan Umum. Pembangunan untuk Kepentingan Umum tersebut memerlukan tanah yang pengadaannya dilaksanakan dengan mengedepankan prinsip yang terkandung di dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan hukum tanah nasional, antara lain prinsip kemanusiaan, keadilan, kemanfaatan, kepastian, keterbukaan, kesepakatan, keikutsertaan, kesejahteraan, keberlanjutan, dan keselarasan sesuai dengan nilai-nilai berbangsa dan bernegara. |
||||
|
Hukum tanah nasional mengakui dan menghormati hak masyarakat atas tanah dan benda yang berkaitan dengan tanah, serta memberikan wewenang yang bersifat publik kepada negara berupa kewenangan untuk mengadakan pengaturan, membuat kebijakan, mengadakan pengelolaan, serta menyelenggarakan dan mengadakan pengawasan yang tertuang dalam pokok-pokok Pengadaan Tanah sebagai berikut: |
||||
|
1. |
Pemerintah dan Pemerintah Daerah menjamin tersedianya tanah untuk Kepentingan Umum dan pendanaannya. |
|||
|
2. |
Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum diselenggarakan sesuai dengan: |
|||
|
|
a. |
Rencana Tata Ruang Wilayah; |
||
|
|
b. |
Rencana Pembangunan Nasional/ Daerah; |
||
|
|
c. |
Rencana Strategis; dan |
||
|
|
d. |
Rencana Kerja setiap Instansi yang memerlukan tanah. |
||
|
3. |
Pengadaan Tanah diselenggarakan melalui perencanaan dengan melibatkan semua pemangku dan pengampu kepentingan. |
|||
|
4. |
Penyelenggaraan Pengadaan Tanah memperhatikan keseimbangan antara kepentingan pembangunan dan kepentingan masyarakat. |
|||
|
5. |
Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum dilaksanakan dengan pemberian Ganti Kerugian yang layak dan adil. |
|||
II. |
PASAL DEMI PASAL |
||||
|
Pasal 1 |
||||
|
|
Cukup jelas. |
|||
|
Pasal 2 |
||||
|
|
Huruf a |
|||
|
|
|
Yang dimaksud dengan "asas kemanusiaan" adalah Pengadaan Tanah harus memberikan pelindungan serta penghormatan terhadap hak asasi manusia, harkat, dan martabat setiap warga negara dan penduduk Indonesia secara proporsional. |
||
|
|
Huruf b |
|||
Yang dimaksud dengan "asas keadilan" adalah memberikan jaminan penggantian yang layak kepada Pihak yang Berhak dalam proses Pengadaan Tanah sehingga mendapatkan kesempatan untuk dapat melangsungkan kehidupan yang lebih baik. |
|||||
Huruf c |
|||||
Yang dimaksud dengan "asas kemanfaatan" adalah hasil Pengadaan Tanah mampu memberikan manfaat secara luas bagi kepentingan masyarakat, bangsa, dan negara. |
|||||
Huruf d |
|||||
Yang dimaksud dengan "asas kepastian" adalah memberikan kepastian hukum tersedianya tanah dalam proses Pengadaan Tanah untuk pembangunan dan memberikan jaminan kepada Pihak yang Berhak untuk mendapatkan Ganti Kerugian yang layak. |
|||||
Huruf e |
|||||
Yang dimaksud dengan "asas keterbukaan" adalah bahwa Pengadaan Tanah untuk pembangunan dilaksanakan dengan memberikan akses kepada masyarakat untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan Pengadaan Tanah. |
|||||
Huruf f |
|||||
Yang dimaksud dengan "asas kesepakatan" adalah bahwa proses Pengadaan Tanah dilakukan dengan musyawarah para pihak tanpa unsur paksaan untuk mendapatkan kesepakatan bersama. |
|||||
|
|
Huruf g |
|||
|
|
|
Yang dimaksud dengan "asas keikutsertaan" adalah dukungan dalam penyelenggaraan Pengadaan Tanah melalui partisipasi masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung, sejak perencanaan sampai dengan kegiatan pembangunan. |
||
|
|
Huruf h |
|||
|
|
|
Yang dimaksud dengan "asas kesejahteraan" adalah bahwa Pengadaan Tanah untuk pembangunan dapat memberikan nilai tambah bagi kelangsungan kehidupan Pihak yang Berhak dan masyarakat secara luas. |
||
|
|
Huruf i |
|||
|
|
|
Yang dimaksud dengan "asas keberlanjutan" adalah kegiatan pembangunan dapat berlangsung secara terus-menerus, berkesinambungan, untuk mencapai tujuan yang diharapkan. |
||
|
|
Huruf j |
|||
|
|
|
Yang dimaksud dengan "asas keselarasan" adalah bahwa Pengadaan Tanah untuk pembangunan dapat seimbang dan sejalan dengan kepentingan masyarakat dan negara. |
||
|
Pasal 3 |
||||
|
|
Cukup jelas. |
|||
|
Pasal 4 |
||||
|
|
Cukup jelas. |
|||
|
Pasal 5 |
||||
|
|
Cukup jelas. |
|||
|
Pasal 6 |
||||
|
|
Cukup jelas. |
|||
|
Pasal 7 |
||||
|
|
Ayat (1) |
|||
|
|
|
Cukup jelas. |
||
|
|
Ayat (2) |
|||
|
|
|
Yang dimaksud dengan "infrastruktur minyak, gas, dan panas bumi" adalah infrastruktur yang terkait dengan kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi yang mencakup kegiatan eksplorasi, eksploitasi, transmisi, dan/ atau distribusi. |
||
|
|
|
Karakteristik dari kegiatan minyak, gas, dan panas bumi mengandung ketidakpastian tinggi. Kebutuhan tanah untuk eksplorasi, eksploitasi, transmisi, dan/atau distribusi tidak dapat ditentukan secara pasti sejak awal sehingga membutuhkan fleksibilitas perencanaan untuk menjamin efektivitas pelaksanaan pengendalian minyak, gas, dan panas bumi sebagai sumber daya alam serta sumber daya pembangunan yang bersifat strategis dan vital. |
||
|
|
Ayat (3) |
|||
|
|
|
Yang dimaksud dengan "pengampu kepentingan" antara lain adalah pemuka adat dan tokoh agama. |
||
|
|
|
Yang dimaksud dengan "pemangku kepentingan" adalah orang atau pihak yang memiliki kepentingan terhadap objek pelepasan tanah, seperti Pihak yang Berhak, pemerintah, dan masyarakat. |
||
|
Pasal 8 |
||||
|
|
Cukup jelas. |
|||
|
Pasal 9 |
||||
|
|
Cukup jelas. |
|||
|
Pasal 10 |
||||
|
|
Huruf a |
|||
|
|
|
Cukup jelas. |
||
|
|
Huruf b |
|||
|
|
|
Cukup jelas. |
||
|
|
Huruf c |
|||
|
|
|
Yang dimaksud dengan "bendungan" adalah bangunan yang berupa urukan tanah, urukan batu, beton, dan/atau pasangan batu yang dibangun selain untuk menahan dan menampung air juga untuk menahan dan menampung limbah tambang (tailing) atau lumpur sehingga terbentuk waduk. |
||
|
|
|
Yang dimaksud dengan "bendung" adalah tanggul untuk menahan air di sungai, tepi laut, dan sebagainya. |
||
|
|
Huruf d |
|||
|
|
|
Cukup jelas. |
||
|
|
Huruf e |
|||
|
|
|
Cukup jelas. |
||
|
|
Huruf f |
|||
|
|
|
Cukup jelas. |
||
|
|
Huruf g |
|||
|
|
|
Cukup jelas. |
||
|
|
Huruf h |
|||
|
|
|
Yang dimaksud dengan "sampah" adalah sampah sesuai dengan undang-undang yang mengatur pengelolaan sampah. |
||
|
|
Huruf i |
|||
|
|
|
Cukup jelas. |
||
|
|
Huruf j |
|||
|
|
|
Yang dimaksud "fasilitas keselamatan umum" adalah semua fasilitas yang diperlukan untuk menanggulangi akibat suatu bencana, antara lain rumah sakit darurat, rumah penampungan darurat, serta tanggul penanggulangan bahaya banjir, lahar, dan longsor. |
||
|
|
Huruf k |
|||
|
|
|
Cukup jelas. |
||
|
|
Huruf l |
|||
|
|
|
Yang dimaksud dengan "ruang terbuka hijau publik" adalah ruang terbuka hijau sesuai dengan undang-undang yang mengatur penataan ruang. |
||
|
|
Huruf m |
|||
|
|
|
Cukup jelas. |
||
|
|
Huruf n |
|||
|
|
|
Yang dimaksud dengan "kantor Pemerintah/Pemerintah Daerah/desa" adalah sarana dan prasarana untuk menyelenggarakan fungsi pemerintahan, termasuk lembaga pemasyarakatan, rumah tahanan negara, dan unit pelaksana teknis lembaga pemasyarakatan lain. |
||
|
|
Huruf o |
|||
|
|
|
Yang dimaksud dengan "perumahan untuk masyarakat berpenghasilan rendah" adalah perumahan masyarakat yang dibangun di atas tanah Pemerintah atau Pemerintah Daerah dan kepada penghuninya diberikan status rumah sewa. |
||
|
|
Huruf p |
|||
|
|
|
Cukup jelas. |
||
|
|
Huruf q |
|||
|
|
|
Cukup jelas. |
||
|
|
Huruf r |
|||
|
|
|
Yang dimaksud dengan "pasar umum dan lapangan parkir umum" adalah pasar dan lapangan parkir yang direncanakan, dilaksanakan, dikelola, dan dimiliki oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah daerah dan pengelolaannya dapat dilakukan dengan bekerja sama dengan Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, atau badan usaha swasta. |
||
|
Pasal 11 |
||||
|
|
Cukup jelas. |
|||
|
Pasal 12 |
||||
|
|
Cukup jelas. |
|||
|
Pasal 13 |
||||
|
|
Cukup jelas. |
|||
|
Pasal 14 |
||||
|
|
Cukup jelas. |
|||
|
Pasal 15 |
||||
|
|
Ayat (1) |
|||
|
|
|
Penyusunan dokumen perencanaan Pengadaan Tanah dapat dilakukan secara bersama-sama oleh Instansi yang memerlukan tanah bersama dengan instansi teknis terkait atau dapat dibantu oleh lembaga profesional yang ditunjuk oleh Instansi yang memerlukan tanah. |
||
|
|
Ayat (2) |
|||
|
|
|
Studi kelayakan mencakup: |
||
|
|
|
a. |
survei sosial ekonomi; |
|
|
|
|
b. |
kelayakan lokasi; |
|
|
|
|
c. |
analisis biaya dan manfaat pembangunan bagi wilayah dan masyarakat; |
|
|
|
|
d. |
perkiraan nilai tanah; |
|
|
|
|
e. |
dampak lingkungan dan dampak sosial yang mungkin timbul akibat dari Pengadaan Tanah dan pembangunan; dan |
|
|
|
|
f. |
studi lain yang diperlukan. |
|
|
|
Ayat (3) |
|||
|
|
|
Cukup jelas. |
||
|
|
Ayat (4) |
|||
|
|
|
Cukup jelas. |
||
|
Pasal 16 |
||||
|
|
Cukup jelas. |
|||
|
Pasal 17 |
||||
|
|
Pemberitahuan secara langsung antara lain melalui sosialisasi, tatap muka, atau surat pemberitahuan. |
|||
|
|
Pemberitahuan secara tidak langsung antara lain melalui media cetak atau media elektronik. |
|||
|
Pasal 18 |
||||
|
|
Cukup jelas. |
|||
|
Pasal 19 |
||||
|
|
Ayat (1) |
|||
|
|
|
Dalam Konsultasi Publik, Instansi yang memerlukan tanah menjelaskan antara lain mengenai rencana pembangunan dan cara penghitungan Ganti Kerugian yang akan dilakukan oleh Penilai. |
||
|
|
Ayat (2) |
|||
|
|
|
Yang dimaksud dengan "masyarakat yang terkena dampak" misalnya masyarakat yang berbatasan langsung dengan lokasi Pengadaan Tanah. |
||
|
|
Ayat (3) |
|||
|
|
|
Yang dimaksud dengan "surat kuasa" adalah surat kuasa untuk mewakili konsultasi publik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. |
||
|
|
|
Yang dimaksud dengan "dari dan oleh Pihak yang Berhak" adalah penerima kuasa dan pemberi kuasa sama-sama berasal dari Pihak yang Berhak. |
||
|
|
Ayat (4) |
|||
|
|
|
Cukup jelas. |
||
|
|
Ayat (5) |
|||
|
|
|
Cukup jelas. |
||
|
|
Ayat (6) |
|||
|
|
|
Cukup jelas. |
||
|
Pasal 20 |
||||
|
|
Ayat (1) |
|||
|
|
|
Cukup jelas. |
||
|
|
Ayat (2) |
|||
|
|
|
Pihak yang keberatan mengenai rencana lokasi pembangunan menyampaikannya secara tertulis dengan disertai alasan keberatannya. |
||
|
Pasal 21 |
||||
|
|
Ayat (1) |
|||
|
|
|
Cukup jelas. |
||
|
|
Ayat (2) |
|||
|
|
|
Yang dimaksud dengan "kajian atas keberatan rencana lokasi pembangunan" adalah kajian atas dokumen keberatan yang diajukan oleh Pihak yang Berhak. |
||
|
|
Ayat (3) |
|||
|
|
|
Cukup jelas. |
||
|
|
Ayat (4) |
|||
|
|
|
Cukup jelas. |
||
|
|
Ayat (5) |
|||
|
|
|
Cukup jelas. |
||
|
|
Ayat (6) |
|||
|
|
|
Cukup jelas. |
||
|
Pasal 22 |
||||
|
|
Cukup jelas. |
|||
|
Pasal 23 |
||||
|
|
Cukup jelas. |
|||
|
Pasal 24 |
||||
|
|
Cukup jelas. |
|||
|
Pasal 25 |
||||
|
|
Yang dimaksud dengan "sisa tanah" adalah tanah yang belum dilepaskan haknya dari Pihak yang Berhak sampai jangka waktu penetapan lokasi berakhir. |
|||
|
|
Terhadap sisa tanah, apabila Instansi yang memerlukan tanah tetap membutuhkan tanah tersebut, proses Pengadaan Tanah harus diajukan dari awal. Hal itu dimaksudkan untuk menjamin keabsahan Pengadaan Tanah sisa. |
|||
|
Pasal 26 |
||||
|
|
Cukup jelas. |
|||
|
Pasal 27 |
||||
|
|
Ayat (1) |
|||
|
|
|
Pengadaan tanah pada prinsipnya dilaksanakan oleh Lembaga Pertanahan, yang dalam pelaksanaannya dapat mengikutsertakan atau berkoordinasi dengan pemerintah provinsi atau pemerintah kabupaten/kota. |
||
|
|
Ayat (2) |
|||
|
|
|
Cukup jelas. |
||
|
|
Ayat (3) |
|||
|
|
|
Cukup jelas. |
||
|
|
Ayat (4) |
|||
|
|
|
Yang dimaksud dengan "nilai pengumuman penetapan lokasi" adalah bahwa Penilai dalam menentukan Ganti Kerugian didasarkan nilai Objek Pengadaan Tanah pada tanggal pengumuman penetapan lokasi. |
||
|
Pasal 28 |
||||
|
|
Inventarisasi dan identifikasi dilaksanakan untuk mengetahui Pihak yang Berhak dan Objek Pengadaan Tanah. Hasil inventarisasi dan identifikasi tersebut memuat daftar nominasi Pihak yang Berhak dan Objek Pengadaan Tanah. Pihak yang Berhak meliputi nama, alamat, dan pekerjaan pihak yang menguasai/memiliki tanah. Objek Pengadaan Tanah meliputi letak, luas, status, serta jenis penggunaan dan pemanfaatan tanah. |
|||
|
Pasal 29 |
||||
|
|
Cukup jelas. |
|||
|
Pasal 30 |
||||
|
|
Cukup jelas. |
|||
|
Pasal 31 |
||||
|
|
Ayat (1) |
|||
|
|
|
Ketentuan peraturan perundang-undangan yang dimaksud adalah ketentuan mengenai pengadaan barang/jasa instansi pemerintah. |
||
|
|
Ayat (2) |
|||
|
|
|
Cukup jelas. |
||
|
Pasal 32 |
||||
|
|
Cukup jelas. |
|||
|
Pasal 33 |
||||
|
|
Huruf a |
|||
|
|
|
Cukup jelas. |
||
|
|
Huruf b |
|||
|
|
|
Cukup jelas. |
||
|
|
Huruf c |
|||
|
|
|
Cukup jelas. |
||
|
|
Huruf d |
|||
|
|
|
Cukup jelas. |
||
|
|
Huruf e |
|||
|
|
|
Cukup jelas. |
||
|
|
Huruf f |
|||
|
|
|
Yang dimaksud dengan "kerugian lain yang dapat dinilai" adalah kerugian nonfisik yang dapat disetarakan dengan nilai uang, misalnya kerugian karena kehilangan usaha atau pekerjaan, biaya pemindahan tempat, biaya alih profesi, dan nilai atas properti sisa. |
||
|
Pasal 34 |
||||
|
|
Cukup jelas. |
|||
|
Pasal 35 |
||||
|
|
Yang dimaksud dengan "tidak lagi dapat difungsikan" adalah bidang tanah yang tidak lagi dapat digunakan sesuai dengan peruntukan dan penggunaan semula, misalnya rumah hunian yang terbagi sehingga sebagian lagi tidak dapat digunakan sebagai rumah hunian. Sehubungan dengan hal tersebut, pihak yang menguasai/memiliki tanah dapat meminta Ganti Kerugian atas seluruh tanahnya. |
|||
|
Pasal 36 |
||||
|
|
Huruf a |
|||
|
|
|
Cukup jelas. |
||
|
|
Huruf b |
|||
|
|
|
Cukup jelas. |
||
|
|
Huruf c |
|||
|
|
|
Yang dimaksud dengan "permukiman kembali" adalah proses kegiatan penyediaan tanah pengganti kepada Pihak yang Berhak ke lokasi lain sesuai dengan kesepakatan dalam proses Pengadaan Tanah. |
||
|
|
Huruf d |
|||
|
|
|
Yang dimaksud dengan "bentuk ganti kerugian melalui kepemilikan saham" adalah penyertaan saham dalam kegiatan pembangunan untuk kepentingan umum terkait dan/ atau pengelolaannya yang didasari kesepakatan antarpihak. |
||
|
|
Huruf e |
|||
|
|
|
Bentuk lain yang disetujui oleh kedua belah pihak misalnya gabungan dari 2 (dua) atau lebih bentuk Ganti Kerugian sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d. |
||
|
Pasal 37 |
||||
|
|
Cukup jelas. |
|||
|
Pasal 38 |
||||
|
|
Ayat (1) |
|||
|
|
|
Cukup jelas. |
||
|
|
Ayat (2) |
|||
|
|
|
Sebagai pertimbangan dalam memutus putusan atas besaran Ganti Kerugian, pihak yang berkepentingan dapat menghadirkan saksi ahli di bidang penilaian untuk didengar pendapatnya sebagai pembanding atas penilaian Ganti Kerugian. |
||
|
|
Ayat (3) |
|||
|
|
|
Cukup jelas. |
||
|
|
Ayat (4) |
|||
|
|
|
Cukup jelas. |
||
|
|
Ayat (5) |
|||
|
|
|
Cukup jelas. |
||
|
Pasal 39 |
||||
|
|
Cukup jelas. |
|||
|
Pasal 40 |
||||
|
|
Pemberian Ganti Kerugian pada prinsipnya harus diserahkan langsung kepada Pihak yang Berhak atas Ganti Kerugian. Apabila berhalangan, Pihak yang Berhak karena hukum dapat memberikan kuasa kepada pihak lain atau ahli waris. Penerima kuasa hanya dapat menerima kuasa dari satu orang yang berhak atas Ganti Kerugian. |
|||
|
|
Yang berhak antara lain: |
|||
|
|
a. |
pemegang hak atas tanah; |
||
|
|
b. |
pemegang hak pengelolaan; |
||
|
|
c. |
nadzir, untuk tanah wakaf; |
||
|
|
d. |
pemilik tanah bekas milik adat; |
||
|
|
e. |
masyarakat hukum adat; |
||
|
|
f. |
pihak yang menguasai tanah negara dengan itikad baik; |
||
|
|
g. |
pemegang dasar penguasaan atas tanah; dan/atau |
||
|
|
h. |
pemilik bangunan, tanaman atau benda lain yang berkaitan dengan tanah. |
||
|
|
Pada ketentuannya, Ganti Kerugian diberikan kepada pemegang Hak atas Tanah. Untuk hak guna bangunan atau hak pakai yang berada di atas tanah yang bukan miliknya, Ganti Kerugian diberikan kepada pemegang hak guna bangunan atau hak pakai atas bangunan, tanaman, atau benda lain yang berkaitan dengan tanah yang dimiliki atau dipunyainya, sedangkan Ganti Kerugian atas tanahnya diberikan kepada pemegang hak milik atau hak pengelolaan. |
|||
|
|
Ganti Kerugian atas tanah hak ulayat diberikan dalam bentuk tanah pengganti, permukiman kembali, atau bentuk lain yang disepakati oleh masyarakat hukum adat yang bersangkutan. |
|||
|
|
Pihak yang menguasai tanah negara yang dapat diberikan Ganti Kerugian adalah pemakai tanah negara yang sesuai dengan atau tidak melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan. Misalnya, bekas pemegang hak yang telah habis jangka waktunya yang masih menggunakan atau memanfaatkan tanah yang bersangkutan, pihak yang menguasai tanah negara berdasarkan sewa-menyewa, atau pihak lain yang menggunakan atau memanfaatkan tanah negara bebas dengan tidak melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan. |
|||
|
|
Yang dimaksud dengan "pemegang dasar penguasaan atas tanah" adalah pihak yang memiliki alat bukti yang diterbitkan oleh pejabat yang berwenang yang membuktikan adanya penguasaan yang bersangkutan atas tanah yang bersangkutan, misalnya pemegang akta jual beli atas Hak atas Tanah yang belum dibalik nama, pemegang akta jual beli atas hak milik adat yang belum diterbitkan sertifikat, dan pemegang surat izin menghuni. |
|||
|
|
Bangunan, tanaman, atau benda lain yang berkaitan dengan tanah yang belum atau tidak dipunyai dengan Hak atas Tanah, Ganti Kerugian diberikan kepada pemilik bangunan, tanaman, atau benda lain yang berkaitan dengan tanah. |
|||
|
Pasal 41 |
||||
|
|
Cukup jelas. |
|||
|
Pasal 42 |
||||
|
|
Cukup jelas. |
|||
|
Pasal 43 |
||||
|
|
Cukup jelas. |
|||
|
Pasal 44 |
||||
|
|
Cukup jelas. |
|||
|
Pasal 45 |
||||
|
|
Cukup jelas. |
|||
|
Pasal 46 |
||||
|
|
Cukup jelas. |
|||
|
Pasal 47 |
||||
|
|
Cukup jelas. |
|||
|
Pasal 48 |
||||
|
|
Cukup jelas. |
|||
|
Pasal 49 |
||||
|
|
Cukup jelas. |
|||
|
Pasal 50 |
||||
|
|
Cukup jelas. |
|||
|
Pasal 51 |
||||
|
|
Cukup jelas. |
|||
|
Pasal 52 |
||||
|
|
Ayat (1) |
|||
|
|
|
Cukup jelas. |
||
|
|
Ayat (2) |
|||
|
|
|
Yang dimaksud dengan "Badan Hukum Milik Negara" misalnya Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BPMIGAS). |
||
|
|
|
Yang dimaksud dengan "Badan Usaha Milik Negara" misalnya Perusahaan Listrik Negara (PLN). |
||
|
|
Ayat (3) |
|||
|
|
|
Cukup jelas. |
||
|
Pasal 53 |
||||
|
|
Cukup jelas. |
|||
|
Pasal 54 |
||||
|
|
Cukup jelas. |
|||
|
Pasal 55 |
||||
|
|
Cukup jelas. |
|||
|
Pasal 56 |
||||
|
|
Cukup jelas. |
|||
|
Pasal 57 |
||||
|
|
Huruf a |
|||
|
|
|
Cukup jelas. |
||
|
|
Huruf b |
|||
|
|
|
Yang dimaksud dengan "dukungan" adalah menyetujui program dan memperlancar proses Pengadaan Tanah. |
||
|
Pasal 58 |
||||
|
|
Cukup jelas. |
|||
|
Pasal 59 |
||||
|
|
Cukup jelas. |
|||
|
Pasal 60 |
||||
|
|
Cukup jelas. |
|||
|
Pasal 61 |
||||
|
|
Cukup jelas. |
|||
|
|
|
|
|
|
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5280 |