|
1. |
pembukuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 tidak lengkap,
sehingga penghitungan rugi laba atau peredaran tidak jelas ; |
|
|
|
|
2. |
dokumen-dokumen pembukuan tidak lengkap sehingga angka-angka
dalam pembukuan tidak dapat diuji ; |
|
|
|
|
3. |
dari rangkaian pemeriksaan dan/atau fakta-fakta yang diketahui
besar dugaan disembunyikannya dokumen atau data pendukung lain di suatu
tempat tertentu, sehingga dari sikap demikian jelas Wajib Pajak telah tidak
menunjukan itikad baiknya untuk membantu kelancaran jalannya pemeriksaan.
Beban pembuktian tersebut berlaku juga bagi ketetapan yang diterbitkan
berdasarkan ketentuan ayat (1) huruf b. |
|
|
|
|
Ayat (2) |
|
|
|
|
|
|
Ayat ini mengatur sanksi administrasi perpajakan yang dikenakan
kepada Wajib Pajak karena melanggar kewajiban perpajakan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a. Sanksi administrasi perpajakan tersebut berupa bunga
sebesar 2 % (dua persen) dituangkan dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar. Sanksi administrasi berupa bunga, dihitung dari jumlah pajak yang
tidak atau kurang dibayar dan bagian dari bulan dihitung satu bulan. |
|
|
|
|
|
Contoh : Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Penghasilan.
Seorang Wajib Pajak Pajak Penghasilan yang mempunyai tahun buku sama dengan
tahun takwim memasukan Surat Pemberitahuan Tahunan untuk tahun 1995 tepat
pada waktunya yang disertai dengan setoran akhir. Pada bulan April 1998
dikeluarkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar yang menunjukan kekurangan
pajak yang terutang sebesar Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah). Berdasarkan
ketentuan ayat ini maka atas kekurangan tersebut ditambahn sanksi administrasi
berupa bunga sebesar 2 % (dua persen) sebulan. |
|
|
|
|
|
Walaupun Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar tersebut diterbitkan
lebih dari dua tahun sejak berakhirnya Tahun Pajak, bunga dikenakan atas
kekurangan tersebut hanya untuk masa dua tahun dengan penghitungan sebagai
berikut : |
|
|
|
|
|
1. |
Pajak yang terutang ...............................................................
Rp. 1.725.000,00 |
|
|
|
|
2. |
Kredit pajak : |
|
|
|
|
|
a. |
Pajak yang dipotong oleh pemberi kerja ............ Rp. 150.000,00
|
|
|
|
|
b. |
Pajak yang dibayar sendiri (setoran masa) ......... RP. 400.000,00
|
|
|
|
|
c. |
Pajak yang ditagih dalam SPT |
|
|
|
|
|
(tidak termasuk bunga dan denda) ....................... Rp. 75.000,00
|
|
|
|
|
d. |
Pajak yang ditagih di luar negeri ..........................Rp. 100.000,00
(+) |
|
|
|
|
|
Jumlah yang dikreditkan ................................................
Rp. 725.000,00 (-) |
|
|
|
3. |
Pajak yang kurang dibayar ..................................
Rp. 1.000.000,00 |
|
|
|
|
4. |
Bunga 2 tahun = 2 % x 2 x 12 x Rp. 1000.000,00 ............
=Rp. 480.000,00 (+) |
|
|
|
|
5. |
Pajak yang masih harus dibayar ........................................
Rp. 1.480.000,00 |
|
|
|
|
Seandainya Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar tersebut
diterbitkan bulan Mei 1997, maka penghitungannya sebagai berikut : |
|
|
|
|
|
1. |
Pajak yang kurang dibayar ................................
Rp. 1.000.000,00 |
|
|
|
|
2. |
Bunga 17 bulan =
2 % x 17 x Rp. 1.000.000,00 ............................ ..Rp. 340.000,00
(+)
|
|
|
|
|
3. |
Pajak yang masih harus dibayar .........................
Rp. 1.340.000,00 |
|
|
|
Ayat (3) |
|
|
|
|
|
|
Ayat ini mengatur sanksi administrasi dari suatu ketetapan
pajak, karena melanggar kewajiban perpajakan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b, huruf c, dan huruf d. Sanksi administrasi demikian berupa
kenaikan, yaitu suatu jumlah proporsional yang harus ditambahkan pada jumlah
pajak yang harus ditagih. Besarnya sanksi administrasi berupa kenaikan
berbeda-beda menurut jenis pajaknya yaitu untuk jenis Pajak Penghasilan
yang dibayar sendiri oleh Wajib Pajak sanksi kenaikan sebesar 50 % (lima
puluh persen), untuk jenis Pajak Penghasilan yang dipotong oleh orang atau
badan lain sanksi kenaikan sebesar 100 % (seratus persen), sedangkan untuk
jenis Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah sanksi
kenaikan sebesar 100 % (seratus persen). |
|
|
|
|
Ayat (4) |
|
|
|
|
|
|
Untuk memberikan kepastian dan jaminan hukum bagi para
Wajib Pajak, berkenaan dengan pelaksanaan pemungutan pajak dengan sistem
"self assessment", maka apabila dalam waktu sepuluh tahun sejak
saat terutangnya pajak, berakhirnya Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak atau
berakhirnya Tahun Pajak, Direktur Jenderal Pajak tidak juga menerbitkan
ketetapan pajak, maka jumlah pembayaran pajak yang diberitahukan dalam
Surat Pemberitahuan Masa atau Surat Pemberitahuan Tahunan pada hakekatnya
telah menjadi tetap dengan sendirinya atau telah menjadi pasti karena hukum
menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Dengan demikian, Surat Pemberitahuan Wajib Pajak yang bersangkutan telah
merupakan ketetapan yang tetap dan tidak akan diubah (rampung).
|
|
|
|
|
Ayat (5) |
|
|
|
|
|
|
Dalam hal Wajib Pajak dipidana karena melakukan tindak
pidana di bidang perpajakan berdasarkan putusan Pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar masih dibenarkan
untuk diterbitkan, ditambah sanksi administrasi berupa bunga sebesar 48
% (empat puluh delapan persen) dari jumlah pajak yang tidak atau kurang
dibayar meskipun jangka waktu sepuluh tahun sebagaimana ditentukan pada
ayat (1) dilampaui. Dengan adanya putusan Pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap tersebut, terungkap adanya data fiskal yang selama
itu sengaja tidak dilaporkan oleh Wajib Pajak. |
|
|
|
| Angka 11 |
|
|
|
|
|
|
Pasal 14
Ayat (1)
|
|
|
|
|
|
|
Cukup jelas |
|
|
|
|
Ayat (2) |
|
|
|
|
|
|
Surat Tagihan Pajak menurut ayat ini dipersamakan kekuatan
hukumnya dengan surat ketetapan pajak, sehingga dalam hal penagihannya
dapat juga dilakukan dengan Surat Paksa. |
|
|
|
|
Ayat (3) |
|
|
|
|
|
|
Ayat ini mengatur pengenaan sanksi administrasi berupa
bunga atas Surat Tagihan Pajak yang ditertibkan karena : |
|
|
|
|
|
- |
penelitian Surat Pemberitahuan yang menghasilkan pajak
kurang dibayar karena terdapat salah tulis dan/atau salah hitung ; |
|
|
|
|
- |
Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang
dibayar. |
|
|
|
|
Untuk jelasnya cara penghitungannya diberikan contoh sebagai
berikut : |
|
|
|
|
|
1. |
Hasil penelitian Surat Pemberitahuan. |
|
|
|
|
|
Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun 1995
yang disampaikan tanggal 31 Maret 1996 setelah dilakukan penelitian ternyata
terdapat salah hitung yang menyebabkan Pajak Penghasilan kurang bayar sebesar
Rp. 1.000.000,00. Atas kekurangan Pajak Penghasilan tersebut diterbitkan
Surat Tagihan Pajak tanggal 14 Juni 1996 dengan penghitungan sebagai berikut
: |
|
|
|
|
|
- |
Kekurangan bayar Pajak Penghasilan ......... Rp. 1.000.000,00 |
|
|
|
|
- |
Bunga = 3 x 2% x Rp. 1.000.000,00 ........... = Rp. 60.000,00 (+) |
|
|
|
|
- |
Jumlah yang harus dibayar ...................... = Rp. 1.060.000,00
|
|
|
|
2. |
Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang
dibayar : |
|
|
|
|
|
Pajak Penghasilan Pasal 25 tahun 1995 setiap bulan sebesar
Rp. 100.000.000,00. jatuh tempo misalnya tiap tanggal 15. Bulan Juni 1995,
dibayar tepat waktu sebesar Rp. 40.000.000,00. Atas kekurangan Pajak Penghasilan
Pasal 25 tersebut diterbitkan Surat Tagihan Pajak tanggal 18 September
1995 dengan penghitungan sebagai berikut : |
|
|
|
|
|
- |
Kekurangan bayar Pajak Penghasilan |
|
|
|
|
|
Pasal 25 bulan Juni 1995 ................. = Rp. 60.000.000,00 |
|
|
|
|
- |
Bunga = 3 x 2% x Rp. 60.000.000,00 = Rp. 3.600.000,00 (+) |
|
|
|
|
- |
Jumlah yang harus dibayar ............... = Rp. 63.600.000,00 |
|
|
Ayat (4) |
|
|
|
|
|
|
Apabila Pengusaha Kena Pajak tidak melaporkan kegiatan
usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, maka ia telah melanggar
kewajibannya dengan itikad tidak baik dan melalaikan kepercayaan yang telah
diberikan kepadanya. Oleh karena itu selain harus menyetor pajak terutang
dengan tidak diperkenankan memperhitungkan Pajak Masukan, Pengusaha Kena
Pajak juga dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar 2 % (dua
persen) dari Dasar Pengenaan Pajak yang timbul sebelum Pengusaha dikukuhkan
sebagai Pengusaha Kena Pajak. Di samping itu berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan ditetapkan bahwa Faktur Pajak hanya oleh
bukan Pengusaha Kena Pajak. Larangan membuat Faktur Pajak oleh bukan Pengusaha
Kena Pajak dimaksudkan untuk melindungi pembeli dari pemungutan pajak yang
tidak semestinya, dan oleh karena itu terhadapnya dikenakan sanksi berupa
denda administrasi. Demikian pula terhadap Pengusaha Kena Pajak yang wajib
membuat Faktur Pajak tetapi tidak melaksanakan atau tidak selengkapnya
mengisi Faktur Pajak, dikenakan sanksi yang sama. |
|
|
|
| Angka 12 |
|
|
|
|
|
|
Pasal 15 |
|
|
|
|
|
Ayat (1) |
|
|
|
|
|
|
Untuk menampung kemungkinan terjadinya suatu Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar yang ternyata telah ditetapkan lebih rendah atau telah
dilakukan pengembalian pajak yang tidak seharusnya sebagaimana telah ditetapkan
dalam Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar, atau pajak yang terutang dalam
suatu Surat Ketetapan Pajak Nihil ditetapkan lebih rendah, Direktur Jenderal
Pajak berwenang untuk menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan
dalam jangka waktu sepuluh tahun sesudah saat terutangnya pajak, berakhirnya
Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak.
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan merupakan koreksi atas ketetapan
pajak sebelumnya. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan baru diterbitkan
apabila telah pernah diterbitkan ketetapan pajak. Dengan perkataan lain
Surat Ketetapan Pajak Kuirang Bayar Tambahan tidak akan mungkin diterbitkan
sebelum didahului dengan penerbitan ketetapan pajak. Penerbitan Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar Tambahan dilakukan dengan syarat adanya data baru (novum)
dan/atau data yang semula belum terungkap yang menyebabkan penambahan pajak
yang terutang dalam surat ketetapan pajak sebelumnya. Sejalan dengan itu
maka setelah Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar diterbitkan sebagai akibat
telah lewat waktu dua belas bulan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17B,
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan diterbitkan hanya dalam hal
ditemukan data baru dan/atau data yang semula belum terungkap. Dalam hal
masih ditemukanlagi data yang semula belum terungkap pada saat diterbitkannya
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, dan/atau data baru yang diketahui
kemudian oleh Direktur Jenderal Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Tambahan masih dapat diterbitkan lagi.
Yang dimaksud dengan data baru adalah data yang belum dilaporkan oleh
Wajib Pajak dalam Surat Pemberitahuan, sedangkan data yang semula belum
terungkap adalah data yang sudah dilaporkan oleh Wajib Pajak dalam Surat
Pemberitahuan namun tidak diungkapkan secara jelas masih.
Sebagai contoh dari data yang semula belum terungkap antara lain adalah
sumbangan yang diperhitungkan sebagai biaya umum dengan tidak disertai
rinciannya, sehingga tidak dapat diketahui bahwa sumbangan tersebut sebenarnya
tidak dapat dikurangkan sebagai biaya berdasarkan ketentuan yang berlaku.
|
|
|
|
|
Ayat (2) |
|
|
|
|
|
|
Dalam hal setelah diterbitkan ketetapan pajak ternyata
masih ditemukan data baru dan/atau data yang belum terungkap yang belum
diperhitungkan sebagai dasar penetapan tersebut, maka atas pajak yang kurang
dibayar ditagih dengan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan ditambah
sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 100 % (seratus persen) dari
pajak yang kurang dibayar. |
|
|
|
|
Ayat (3) |
|
|
|
|
|
|
Cukup jelas |
|
|
|
|
Ayat (4) |
|
|
|
|
|
|
Dalam hal Wajib Pajak dipidana karena melakukan tindak
pidana di bidang perpajakan berdasarkan putusan Pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan masih
dibenarkan untuk diterbitkan, ditambah sanksi administrasi berupa bunga
sebesar 48 % (empat puluh delapan persen) dari jumlah pajak yang tidak
atau kurang dibayar, meskipun jangka waktu sepuluh tahun sebagaimana ditentukan
pada ayat (1) dilampaui. |
|
|
|
| Angka 13 |
|
|
|
|
|
|
Pasal 16 |
|
|
|
|
|
Pembetulan ketetapan pajak menurut pasal ini dilaksanakan
dalam rangka menjalankan tugas pemerintahan yang baik, sehingga apabila
terdapat kesalahan atau kekeliruan yang bersifat manusiawi dalam suatu
ketetapan pajak perlu dibetulkan sebagaimana mestinya. Sifat kesalahan
atau kekeliruan tersebut tidak mengandung persengketaan antara fiskus dan
Wajib Pajak.
Apabila kesalahan atau kekeliruan ditemukan baik oleh fiskus atau berdasarkan
permohonan Wajib Pajak maka kesalahan atau kekeliruan tersebut harus dibetulkan.
Surat ketetapan pajak yang salah atau keliru yang dapat dibetulkan tersebut
adalah Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar, dan Surat Ketetapan
Pajak Nihil; selain itu dapat juga dibetulkan Surat Tagihan Pajak yang
salah atau keliru. Ruang lingkup pembetulan yang diatur dalam Pasal ini
terbatas pada surat ketetapan pajak atau Surat Tagihan Pajak yang salah
sebagai akibat dari :
|
|
|
|
|
|
a. |
Kesalahan tulis, yaitu antara lain kesalahan yang dapat
berupa nama, alamat, Nomor Pokok Wajib Pajak, Nomor Pengukuhan Pengusaha
Kena Pajak, Nomor Surat Ketetapan Pajak, Jenis Pajak, Masa atau Tahun Pajak,
dan tanggal jatuh tempo; |
|
|
|
|
b. |
Kesalahan hitung, yaitu kesalahan yang berasal dari penjumlahan
dan/atau pengurangan dan/atau pembagian suatu bilangan; |
|
|
|
|
c. |
Kekeliruan dalam penerapan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan, yaitu kekeliruan dalam penerapan tarif, kekeliruan penerapan
persentase Norma penghitungan, kekeliruan penerapan sanksi administrasi,
kekeliruan Penghasilan Tidak Kena Pajak, dan kekeliruan dalam pengkreditan.
|
|
|
|
|
Pengertian membetulkan dalam pasal ini dapat berarti menambah
atau mengurangkan atau menghapuskan, tergantung pada sifat kesalahan dan
kekeliruannya. Apabila masih terdapat kesalahan tulis, kesalahan hitung,
dan/atau kekeliruan dalam penerapan ketetuan peraturan perpajakan dalam
surat keputusan pembetulan tersebut, Wajib Pajak dapat mengajukan lagi
permohonan pembetulan kepada Direktur Jenderal Pajak dapat melakukan pembetulan
lagi karena jabatan. |
|
|
|
|
| Angka 14 |
|
|
|
|
|
|
Pasal 17 |
|
|
|
|
|
Menurut ketentuan pasal ini Surat Ketetapan Pajak Lebih
Bayar diterbitkan, apabila : |
|
|
|
|
|
a. |
untuk Pajak Penghasilan, jumlah kredit pajak lebih besar
dari jumlah pajak yang terutang, atau telah dilakukan pembayaran pajak
yang seharusnya tidak terutang; |
|
|
|
|
b. |
untuk Pajak Pertambahan Nilai, jumlah kredit pajak lebih
besar dari jumlah pajak yang terutang, atau telah dilakukan pembayaran
pajak yang seharusnya tidak terutang. Apabila terdapat pajak terutang yang
dipungut oleh Pemungut Pajak Pertambahan Nilai, maka yang dimaksud dengan
jumlah yang terutang adalah jumlah Pajak Keluaran setelah dikurangi pajak
yang dipungut oleh Pemungut Pajak Pertambahan Nilai tersebut; |
|
|
|
|
c. |
untuk Pajak Penjualan Atas Barang Mewah, jumlah pajak yang
dibayar lebih besar dari jumlah pajak yang terutang atau telah dilakukan
pembayaran pajak yang tidak seharusnya terutang. Surat Ketetapan Pajak
Lebih Bayar tersebut diterbitkan setelah dilakukan pemeriksaan atas Surat
Pemberitahuan yang disampaikan Wajib Pajak yang menyatakan kurang bayar,
nihil, atau lebih bayar yang tidak disertai dengan permohonan pengembalian
kelebihan pembayaran pajak (permohonan restitusi). Apabila Wajib pajak
setelah menerima Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar dan menghendaki pengembalian
kelebihan pembayaran pajak (restitusi), maka wajib mengajukan permohonan
tertulis sebagaimana diatur dalam Pasal 11 ayat (2). |
|
|
|
|
Surat Ketetapan Pajak Lebih bayar masih dapat diterbitkan
lagi apabila berdasarkan hasil pemeriksaan ternyata pajak yang lebih dibayar
jumlahnya lebih besar dari kelebihan pembayaran pajak yang telah ditetapkan.
|
|
|
|
|
| Angka 15 |
|
|
|
|
|
|
Pasal 17A |
|
|
|
|
|
Menurut ketentuan pasal ini Surat Ketetapan Pajak Nihil
diterbitkan apabila : |
|
|
|
|
|
a. |
untuk Pajak Penghasilan, jumlah kredit pajak sama dengan
jumlah pajak yang terutang atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit
pajak; |
|
|
|
|
b. |
untuk Pajak Pertambahan Nilai, jumlah Kredit pajak sama
dengan jumlah pajak yang terutang, atau pajak tidak terutang dan tidak
ada kredit pajak. Apabila terdapat pajak terutang yang dipungut oleh Pemungut
Pajak Pertambahan Nilai, maka yang dimaksud dengan jumlah pajak yang terutang
adalah jumlah Pajak Keluaran setelah dikurangi dengan pajak yang dipungut
oleh Pemungut Pajak Pertambahan Nilai tersebut; |
|
|
|
|
c. |
untuk Pajak Penjualan Atas Barang Mewah, jumlah pajak yang
dibayar sama dengan jumlah pajak yang terutang atau pajak tidak terutang
dan tidak ada pembayaran pajak. |
|
|
|
|
Pasal 17B |
|
|
|
|
|
Ayat (1) |
|
|
|
|
|
|
Terhadap permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak
harus diterbitkan surat ketetapan pajak selambat-lambatnya dua belas sejak
surat permohonan diterima secara lengkap, dalam arti bahwa Surat Pemberitahuan
telah diisi lengkap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3. Untuk kegiatan
ekspor dan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak kepada
Pemungut Pajak Pertambahan Nilai, jangka waktu tersebut dapat dipersingkat
dengan keputusan Direktur Jenderal Pajak. Permohonan dapat disampaikan
dengan cara mengisi kolom dalam Surat Pemberitahuan atau dengan surat tersendiri.
Surat ketetapan pajak tersebut dapat berupa Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, Surat Ketetapan Pajak Lebih
Bayar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 atau Surat Ketetapan Pajak Nihil
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17A. |
|
|
|
|
Ayat (2) |
|
|
|
|
|
|
Dengan batas waktu tersebut pada ayat (1) dimaksud untuk
memberikan kepastian hukum terhadap permohonan Wajib Pajak atau Pengusaha
Kena Pajak, sehingga bila batas waktu tersebut dilewati dan Direktur Jenderal
Pajak tidak memberikan suatu keputusan, maka permohonan tersebut dianggap
dikabulkan. Selain itu, batas waktu tersebut dimaksud pula kepentingan
tertib administrasi perpajakan. |
|
|
|
|
Ayat (3) |
|
|
|
|
|
|
Dalam hal Direktur Jenderal Pajak terlambat menerbitkan
Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar maka oleh Pemerintah diberikan imbalan
bunga sebesar 2 % (dua persen) per bulan kepada Wajib Pajak, dihitung sejak
berakhirnya jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sampai dengan
saat Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar diterbitkan, bagian dari bulan dihitung
satu bulan. |
|
|
|
| Angka 16 |
|
|
|
|
|
|
Pasal 18 |
|
|
|
|
|
Ayat (1) |
|
|
|
|
|
|
Surat Tagihan Pajak (SPT), Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), dan
Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding,
yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah, merupakan sarana
administrasi bagi Direktur Jenderal Pajak untuk melakukan penagihan pajak. |
|
|
|
|
Ayat (2) |
|
|
|
|
|
|
Cukup jelas |
|
|
|
| Angka 17 |
|
|
|
|
|
|
Pasal 20 |
|
|
|
|
|
Yang dimaksud dengan penagihan "seketika" adalah
penagihan yang dilakukan segera tanpa menunggu tanggal jatuh tempo pembayaran,
sedangkan penagihan "sekaligus" adalah penagihan yang meliputi
seluruh utang pajak dari semua jenis pajak dan Tahun Pajak. |
|
|
|
|
| Angka 18 |
|
|
|
|
|
|
Pasal 21 |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|