Menimbang:
|
|
bahwa dalam rangka menjamin pengadaan, kelancaran penyaluran dan perhitungan
subsidi pupuk KCl impor bersubsidi, dipandang perlu untuk mengeluarkan
Keputusan Menteri Keuangan tentang Harga Pembelian Pemerintah atas pupuk
KCl impor bersubsidi untuk Sub Sektor Tanaman Pangan;
|
Mengingat:
|
1.
|
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 122/M Tahun
1998; |
|
2.
|
Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 812/KMK.04/1985
tentang Tata Cara Pembayaran Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atas Pupuk dan
Pestisida Bersubsidi;
|
|
3.
|
Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 579/KMK.04/1996
tentang Penunjukan Direktorat Jenderal Anggaran sebagai Pemungut Pajak
Pertambahan Nilai atas Penyerahan Pupuk dan Pestisida Bersubsidi; |
| Memperhatikan: |
|
Hasil Keputusan Rapat Koordinasi Terbatas Ekuin Mengenai Upaya Peningkatan
Produksi Pertanian tanggal 17 Juni 1998 |
|
MEMUTUSKAN
|
Menetapkan:
|
KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG HARGA PEMBELIAN
PEMERINTAH ATAS PUPUK KCL IMPOR BERSUBSIDI SAMPAI DENGAN TERSUSUN RAPI
DI GUDANG LINI II PT PUSRI UNTUK SUB SEKTOR TANAMAN PANGAN.
|
| PERTAMA |
: |
|
Harga Pembelian Pemerintah (HPP) di lini II atas pupuk KCl impor bersubsidi
ditetapkan sebesar Rp 1.434.450,00 (Satu juta empat ratus tiga puluh empat
ribu empat ratus lima puluh rupiah) per ton pupuk kantong untuk pupuk sebanyak
60.000 ton di gudang PT Pusri per tanggal 1 Juli 1998. |
|
| KEDUA |
: |
(1) |
HPP sebagaimana dimaksud pada Diktum Pertama tidak termasuk Pajak Pertambahan
Nilai (PPN).
|
|
|
|
(2) |
PPN atas penjualan pupuk KCl impor ke Sub Sektor Tanaman Pangan ditanggung
oleh Pemerintah.
|
|
|
|
(3) |
PPN sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terhutang sejak Direktorat Jenderal
Anggaran menerbitkan bukti pungutan dan penyetoran PPN. |
|
| KETIGA |
: |
|
Tata cara pembayaran pupuk KCl impor bersubsidi sampai dengan tersusun
rapi di gudang lini II PT Pusri kebutuhan MT 1998 dan MT 1998/1999 adalah
sebagai berikut: |
|
|
: |
|
(1) Pembayaran subsidi pupuk dilakukan dengan cara:
|
|
a. |
Sekretaris Jenderal cq. Biro Tata Usaha BUMN melakukan verifikasi/pemeriksaan
atas dokumen tagihan subsidi dari distributor (Unit Pemasaran PT Pusri)
|
|
|
|
|
|
b. |
Sekretaris Jenderal mengajukan persetujuan Menteri Keuangan mengenai
dana pembayaran subsidi pupuk.
|
|
|
|
|
|
c. |
Setelah memperoleh persetujuan dari Menteri Keuangan, Sekretaris Jenderal
menyampaikan Surat Permintaan Penerbitan SKO dan SPM kepada Direktur Jenderal
Anggaran.
|
|
|
|
|
|
d. |
Setelah menerima dokumen sebagaimana dimaksud dalam huruf c, Direktur
Jenderal Anggaran menerbitkan SKO dan SPM kepada Bank Indonesia ke rekening
distributor (Unit Pemasaran PT Pusri)
|
|
|
|
| (2) |
Tagihan pembayaran subsidi dari distributor (Unit Pemasaran PT Pusri)
kepada Sekretaris Jenderal sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a
disampaikan oleh distributor (Unit Pemasaran PT Pusri), dilengkapi dengan
dokumen-dokumen sebagai berikut:
|
|
|
|
|
|
|
|
|
a.
|
Sertifikat Surveyor atas bukti kedatangan barang/pupuk di gudang PT
Pusri yang meliputi pemeriksaan kualitas dan kuantitas barang/pupuk.
|
|
|
|
|
b.
|
Invoice/Faktur
|
|
|
|
|
c.
|
Certificate of Origin.
|
|
|
|
|
d.
|
Bill ol Lading (B/L).
|
|
|
|
|
e.
|
Bukti setor PPN pupuk impor dari Bank Devisa.
|
|
|
|
|
f.
|
BAR (Berita Acara Rampung) pembongkaran pupuk di pelabuhan tujuan dari
EMKL kepada PT Pusri.
|
|
|
|
|
g.
|
Faktur Pajak.
|
|
|
|
|
h.
|
Kuitansi pembayaran subsidi pupuk.
|
|
|
|
|