PENJELASAN
ATAS
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 11 TAHUN 2001
TENTANG
PEMBENTUKAN KOTA BATU
|
I. |
UMUM |
|||
|
|
Kota Administratif Batu dengan luas wilayah keseluruhan mencapai 15.137 ha, yang merupakan bagian dari Kabupaten Malang, sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Provinsi Jawa Timur, telah menunjukkan perkembangan yang pesat, khususnya di bidang pelaksanaan pembangunan dan peningkatan jumlah penduduk, yang pada tahun 1993 berjumlah 147.037 jiwa dan pada tahun 2000 meningkat menjadi 156.681 jiwa dengan pertumbuhan rata-rata 0,9 % per tahun. Hal ini mengakibatkan bertambahnya beban tugas dalam penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan pelayanan kemasyarakatan. |
|||
|
|
Oleh karena itu, sangat diperlukan adanya peningkatan di bidang penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan pelayanan kemasyarakatan dalam rangka meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat di wilayah Kota Administratif Batu Kabupaten Malang, sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 1993 tentang Pembentukan Kota Administratif Batu. |
|||
|
|
Secara geografis wilayah Kota Administratif Batu mempunyai kedudukan strategis, baik dari segi ekonomi maupun sosial budaya. Dari segi potensi pertanian, industri dan perdagangan, serta pariwisata, Kota Administratif Batu mempunyai prospek yang baik bagi pemenuhan kebutuhan pasar di dalam dan luar negeri. |
|||
|
|
Berdasarkan hal tersebut di atas dan memperhatikan aspirasi masyarakat yang berkembang, wilayah Kota Administratif Batu yang meliputi Kecamatan Batu, Kecamatan Bumiaji, dan Kecamatan Junrejo perlu dibentuk menjadi Kota Batu. |
|||
|
|
Dalam rangka mengembangkan wilayah dan potensi yang dimiliki Kota Batu serta memenuhi kebutuhan pada masa yang akan datang, terutama dalam hal peningkatan sarana dan prasarana serta kesatuan perencanaan dan pembinaan wilayah, maka sistem rata Ruang Wilayah Kota Batu harus dioptimalkan penataannya serta dikonsolidasikan jaringan sarana dan prasarananya dalam satu sistem kesatuan pengembangan terpadu dengan Provinsi Jawa Timur dan kabupaten lainnya di Jawa Timur, khususnya Kabupaten Malang. |
|||
|
II. |
PASAL DEMI PASAL |
|||
|
Pasal 1 |
||||
|
Cukup jelas. |
||||
|
Pasal 2 |
||||
|
Cukup jelas. |
||||
|
Pasal 3 |
||||
|
Cukup jelas. |
||||
|
Pasal 4 |
||||
|
Cukup jelas. |
||||
|
Pasal 5 |
||||
|
Cukup jelas. |
||||
|
Pasal 6 |
||||
|
Ayat (1) |
||||
|
Cukup jelas. |
||||
|
Ayat (2) |
||||
|
|
|
|
Peta sebagaimana dimaksud pada ayat ini adalah peta wilayah Kota Batu dalam bentuk lampiran undang-undang ini. |
|
|
Ayat (3) |
||||
|
|
|
|
Penentuan batas wilayah secara pasti di lapangan antara Kabupaten Malang dan Kota Batu ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah setelah mempertimbangkan usul Bupati Malang dan Walikota Batu yang didasarkan atas hasil penelitian, pengukuran, dan pematokan di lapangan. |
|
|
Pasal 7 |
||||
|
Ayat (1) |
||||
|
Cukup jelas. |
||||
|
Ayat (2) |
||||
|
|
|
|
Dalam rangka pengembangan Kota Batu sesuai dengan potensi daerah, khususnya guna perencanaan dan penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan pada masa yang akan datang, serta pengembangan sarana dan prasarana pemerintahan dan pembangunan, diperlukan adanya kesatuan perencanaan pembangunan. Untuk itu, Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batu harus serasi dan terpadu penyusunannya dalam suatu kesatuan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Provinsi Jawa Timur, Kabupaten, dan Kota di sekitarnya. |
|
|
Pasal 8 |
||||
|
Ayat (1) |
||||
|
|
|
|
Yang dimaksud dengan kewenangan bidang lain adalah kewenangan sebagaimana yang diatur dalam Pasal 7 ayat (2) Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang meliputi kebijakan nasional secara makro, dana perimbangan keuangan, sistem administrasi negara dan lembaga perekonomian negara, pembinaan dan pemberdayaan sumber daya manusia, pendayagunaan sumber daya alam serta teknologi tinggi yang strategis, konservasi, dan standarisasi nasional. |
|
|
|
|
|
Selain itu, yang termasuk pengecualian kewenangan wajib adalah kewenangan lintas Kabupaten dan Kota serta kewenangan yang tidak atau belum dapat dilaksanakan Daerah Kabupaten dan Daerah Kota. |
|
|
Ayat (2) |
||||
|
Cukup jelas. |
||||
|
Pasal 9 |
||||
|
Ayat (1) |
||||
|
Cukup jelas. |
||||
|
Ayat (2) |
||||
|
Huruf a |
||||
|
|
|
|
|
Yang dimaksud dengan daerah tersebut adalah Kecamatan Batu, Kecamatan Bumiaji, dan Kecamatan Junrejo. |
|
Huruf b |
||||
|
Cukup jelas. |
||||
|
Ayat (3) |
||||
|
Cukup jelas. |
||||
|
Pasal 10 |
||||
|
Ayat (1) |
||||
|
Cukup jelas. |
||||
|
Ayat (2) |
||||
|
Cukup jelas. |
||||
|
Ayat (3) |
||||
|
Cukup jelas. |
||||
|
Ayat (4) |
||||
|
Cukup jelas. |
||||
|
Pasal 11 |
||||
|
Cukup jelas. |
||||
|
Pasal 12 |
||||
|
Ayat (1) |
||||
|
Cukup jelas. |
||||
|
Ayat (2) |
||||
|
|
|
|
Untuk menjamin kesinambungan penyelenggaraan pemerintahan, penjabat Walikota Batu melaksanakan tugas sampai dengan pelantikan Walikota dan Wakil Walikota Batu hasil Pemilihan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Batu. |
|
|
Pasal 13 |
||||
|
|
|
Pembentukan Dinas Kota dan Lembaga Teknis Kota harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan Kota. |
||
|
Pasal 14 |
||||
|
Ayat (1) |
||||
|
Cukup jelas. |
||||
|
Ayat (2) |
||||
|
Cukup jelas. |
||||
|
Ayat (3) |
||||
|
Cukup jelas. |
||||
|
Pasal 15 |
||||
|
Ayat (1) |
||||
|
Yang dimaksud dengan pembiyaan adalah hiaya yang diperuntukkan bagi pembangunan gedung perkantoran, rumah dinas, perlengkapan kantor, sarana mobilitas, serta biaya operasional bagi kelancaran penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan pelayanan kemasyarakatan. |
||||
|
Ayat (2) |
||||
|
Cukup jelas. |
||||
|
Pasal 16 |
||||
|
Cukup jelas. |
||||
|
Pasal 17 |
||||
|
Cukup jelas. |
||||
|
Pasal 18 |
||||
|
Cukup jelas. |
||||
|
Pasal 19 |
||||
|
Cukup jelas. |
||||
|
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4118 |
||||