
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 40 TAHUN 2005
TENTANG 
STAF KHUSUS PRESIDEN 
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 
 
| Menimbang | : | a. | bahwa harapan rakyat Indonesia terhadap Presiden yang dipilih secara langsung untuk dapat segera menyelesaikan berbagai permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia sangat tinggi dan besar; | ||
| 
 | 
 | b. | bahwa untuk lebih meningkatkan kelancaran pelaksanaan tugas Presiden dan dengan tiadanya Sekretaris Presiden, dipandang perlu membentuk Staf Khusus Presiden sebagai lembaga non struktural; | ||
| Mengingat | : | 1. | Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; | ||
| 
 | 
 | 2. | Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3041) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); | ||
| MEMUTUSKAN : | |||||
| Menetapkan | : | PERATURAN PRESIDEN TENTANG STAF KHUSUS PRESIDEN. | |||
| Pasal 1 | |||||
| 
 | 
 | Untuk memperlancar pelaksanaan tugas Presiden di bentuk Staf Khusus Presiden, yang merupakan lembaga non struktural. | |||
| Pasal 2 | |||||
| 
 | 
 | (1) | Staf Khusus Presiden melaksanakan tugas tertentu di luar tugas-tugas yang sudah dicakup dalam susunan organisasi departemen, kementerian, dan instansi pemerintah lainnya. | ||
| (2) | Staf Khusus Presiden sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri : | ||||
| 1. | Sekretaris Pribadi Presiden; | ||||
| 2. | Bidang Hubungan Internasional; | ||||
| 3. | Bidang Informasi/Public Relation; | ||||
| 4. | Bidang Komunikasi Politik; | ||||
| 5. | Bidang Hukum dan Pemberantasan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme; | ||||
| 6. | Bidang Ekonomi dan Keuangan; | ||||
| 7. | Bidang Pertahanan dan Keamanan; | ||||
| 8. | Bidang Pembangunan Daerah dan Otonomi Daerah; | ||||
| 9. | Bidang Teknik dan Industri; | ||||
| 
 | 
 | (3) | Staf Khusus Presiden sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bertanggung jawab kepada Sekretaris Kabinet. | ||
| Pasal 3 | |||||
| 
 | 
 | (1) | Selain Staf Khusus Presiden sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2), Presiden dapat mengangkat Staf Khusus Presiden dengan sebutan Penasehat Khusus Presiden atau Utusan Khusus Presiden yang dalam pelaksanaan tugasnya bertanggung jawab kepada Presiden. | ||
| 
 | 
 | (2) | Staf Khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam pelaksanaan tugasnya dikoordinasikan oleh Sekretaris Kabinet. | ||
| Pasal 4 | |||||
| 
 | 
 | (1) | Staf Khusus Presiden dalam melaksanakan tugasnya wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi yang baik dengan instansi pemerintah. | ||
| 
 | 
 | (2) | Dalam rangka terwujudnya pelaksanaan tugas Staf Khusus Presiden dengan baik, Sekretaris Kabinet mengatur tata kerja Staf Khusus Presiden. | ||
| Pasal 5 | |||||
| (1) | Pengangkatan dan tugas pokok Staf Khusus Presiden ditetapkan dengan Keputusan Presiden. | ||||
| (2) | Staf Khusus Presiden dapat berasal dari Pegawai Negeri atau bukan Pegawai Negeri. | ||||
| 
 | 
 | (3) | Pegawai Negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri dari Pegawai Negeri Sipil, Anggota Tentara Nasional Indonesia, dan Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia. | ||
| Pasal 6 | |||||
| 
 | 
 | (1) | Pegawai Negeri yang diangkat menjadi Staf Khusus Presiden diberhentikan dari jabatan organiknya selama menjadi Staf Khusus Presiden tanpa kehilangan statusnya sebagai Pegawai Negeri. | ||
| 
 | 
 | (2) | Pegawai Negeri yang diangkat menjadi Staf Khusus Presiden tetap menerima gaji sebagai Pegawai Negeri. | ||
| 
 | 
 | (3) | Pegawai Negeri yang diangkat sebagai Staf Khusus Presiden dinaikkan pangkatnya setiap kali setingkat lebih tinggi tanpa terikat jenjang pangkat, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. | ||
| Pasal 7 | |||||
| 
 | 
 | (1) | Pegawai Negeri yang berhenti atau telah berakhir masa baktinya sebagai Staf Khusus Presiden, diaktifkan kembali dalam jabatan organiknya apabila belum mencapai batas usia pensiun. | ||
| 
 | 
 | (2) | Pegawai Negeri yang diangkat menjadi Staf Khusus Presiden diberhentikan dengan hormat sebagai Pegawai Negeri apabila telah mencapai batas usia pensiun dan diberikan hak-hak kepegawaiannya sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. | ||
| Pasal 8 | |||||
| 
 | 
 | Hak keuangan dan fasilitas lainnya bagi Staf Khusus Presiden diberikan setinggi-tingginya setingkat dengan jabatan struktural Eselon I.a. | |||
| Pasal 9 | |||||
| Masa bakti Staf Khusus Presiden paling lama sama dengan masa jabatan Presiden yang bersangkutan. | |||||
| Pasal 10 | |||||
| Staf Khusus Presiden apabila berhenti atau telah berakhir masa baktinya tidak diberikan pensiun dan atau pesangon. | |||||
| Pasal 11 | |||||
| Staf Khusus Presiden mendapat dukungan administrasi dari Sekretariat Kabinet. | |||||
| Pasal 12 | |||||
| Segala biaya yang diperlukan bagi pelaksanaan tugas Staf Khusus Presiden dibebankan kepada Anggaran Belanja Negara c.q. Anggaran Belanja Sekretariat Kabinet. | |||||
| Pasal 13 | |||||
| Peraturan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. | |||||
| Ditetapkan di Jakarta | |||||
| pada tanggal 19 Mei 2005 | |||||
| PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, | |||||
| Dr. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO | |||||