
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
SALINAN
PERATURAN MENTERI KEUANGAN
NOMOR 102 / PMK.04 / 2007
TENTANG
PEMBEBASAN BEA MASUK ATAS IMPOR OBAT-OBATAN YANG DIBIAYAI
DENGAN MENGGUNAKAN ANGGARAN PEMERINTAH YANG
DIPERUNTUKKAN BAGI KEPENTINGAN MASYARAKAT
MENTERI KEUANGAN,
| Menimbang | : | bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 25 ayat (1) huruf n Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006, perlu menetapkan Peraturan MEnteri Keuangan tentang Pembebasan Bea Masuk Atas Impor Obat-Obatan Yang Dibiayai Dengan Menggunakan Anggaran Pemerintah Yang Diperuntukkan Bagi Kepentingan Masyarakat; | |||
| Mengingat | : | 1. | Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3612) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4661); | ||
| 
 | 
 | 2. | Keputusan Presiden Nomor 20/P Tahun 2005; | ||
| 
 | 
 | MEMUTUSKAN : | |||
| Menetapkan | : | PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG PEMBEBASAN BEA MASUK ATAS IMPOR OBAT-OBATAN YANG DIBIAYAI DENGAN MENGGUNAKAN ANGGARAN PEMERINTAH YANG DIPERUNTUKKAN BAGI KEPENTINGAN MASYARAKAT. | |||
| 
 | Pasal 1 | ||||
| 
 | 
 | Dalam Peraturan Menteri Keuangan ini yang dimaksud dengan : | |||
| 
 | 
 | 1. | Obat adalah suatu bahan atau paduan bahan yang digunakan untuk menetapkan diagnosa, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah pada manusia dan hewan. | ||
| 
 | 
 | 2. | Menteri adalah Menteri Keuangan Republik Indonesia. | ||
| 
 | 
 | 3. | Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Bea dan Cukai. | ||
| 
 | Pasal 2 | ||||
| 
 | 
 | (1) | Atas impor obat yang dibiayai dengan anggaran pemerintah diberikan pembebasan bea masuk. | ||
| 
 | 
 | (2) | Anggaran pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). | ||
| 
 | Pasal 3 | ||||
| 
 | 
 | (1) | Impor obat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dilaksanakan oleh : | ||
| 
 | 
 | 
 | a. | departemen/lembaga pemerintah non departemen yang terkait dengan penanganan program kesehatan; | |
| 
 | 
 | 
 | b. | dinas yang menangani bidang kesehatan; | |
| 
 | 
 | 
 | c. | rumah sakit; atau | |
| 
 | 
 | 
 | d. | pihak ketiga berdasarkan perjanjian/kontrak kerja antara departemen/lembaga pemerintah non departemen/dinas dengan pihak ketiga. | |
| 
 | 
 | (2) | Dalam hal impor dilakukan oleh pihak ketiga, perjanjian/kontrak kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, harus menyatakan bahwa nilai kontraknya tidak termasuk pembayaran bea masuk. | ||
| 
 | Pasal 4 | ||||
| 
 | 
 | (1) | Untuk mendapatkan pembebasan bea masuk atas impor obat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, importir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1), harus mengajukan permohonan pembebasan bea masuk kepada Menteri melalui Direktur Jenderal. | ||
| 
 | 
 | (2) | Permohonan pembebasan bea masuk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilampiri dengan : | ||
| 
 | 
 | 
 | a. | Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) atau yang dipersamakan dengan DIPA; | |
| 
 | 
 | 
 | b. | rekomendasi dari instansi teknis terkait; | |
| 
 | 
 | 
 | c. | perjanjian/kontrak kerja dengan pihak ketiga yang ditunjuk sebagai pelaksana impor, dalam hal impor barang dilakukan oleh pihak ketiga; dan | |
| 
 | 
 | 
 | d. | rincian jumlah, jenis dan perkiraan nilai pabean obat yang akan diimpor serta pelabuhan tempat pembongkarannya. | |
| 
 | Pasal 5 | ||||
| 
 | 
 | (1) | Atas permohonan pembebasan bea masuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1), Direktur Jenderal atas nama Menteri memberikan persetujuan atau penolakan. | ||
| 
 | 
 | (2) | Dalam hal permohonan pembebasan bea masuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1), disetujui, Direktur Jenderal atas nama Menteri menerbitkan keputusan pembebasan bea masuk. | ||
| 
 | 
 | (3) | Keputusan pembebasan bea masuk sebagaimana dimaksud pada ayat (2), memuat rincian jumlah, jenis dan perkiraan nilai pabean obat yang diberikan pembebasan bea masuk, serta penunjukan pelabuhan tempat pembongkarannva. | ||
| 
 | 
 | (4) | Dalam hal permohonan pembebasan bea masuk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditolak, Direktur Jenderal atas nama Menteri membuat surat pemberitahuan penolakan permohonan pembebasan bea masuk dengan menyebutkan alasan penolakan. | ||
| 
 | Pasal 6 | ||||
| 
 | 
 | Atas pemberian pembebasan bea masuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2), apabila barang yang diimpor tidak sesuai dengan jumlah, jenis, dan/atau spesifikasi barang yang tercantum dalam keputusan pembebasan bea masuk, atas perbedaannya dipungut bea masuk. | |||
| 
 | Pasal 7 | ||||
| 
 | 
 | Impor obat-obatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 yang tidak sesuai dengan tujuan pembebasan bea masuk yang ditetapkan, bea masuk wajib dibayar dan dikenakan sanksi administrasi sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. | |||
| 
 | Pasal 8 | ||||
| 
 | 
 | Peraturan Menteri Keuangan ini mulai berlaku 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal ditetapkan. | |||
| 
 | 
 | Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman Peraturan Menteri Keuangan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. | |||
| 
 | 
 | 
 | 
 | 
 | Ditetapkan di Jakarta | 
| 
 | 
 | 
 | 
 | 
 | pada tanggal 5 September 2007 | 
| 
 | 
 | 
 | 
 | 
 | MENTERI KEUANGAN, | 
| SRI MULYANI INDRAWATI | |||||