
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
SALINAN
PERATURAN MENTERI KEUANGAN
NOMOR 115/PMK.04/2007
TENTANG
KETENTUAN UNTUK MELAKUKAN PERUBAHAN ATAS KESALAHAN DATA
PEMBERITAHUAN PABEAN IMPOR
MENTERI KEUANGAN,
| Menimbang | : | a. | bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 10C ayat (1) UndangUndang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 10 tahun 1995 tentang Kepabeanan, importir dapat mengajukan permohonan perubahan atas kesalahan data pemberitahuan pabean yang telah diserahkan sepanjang kesalahan tersebut terjadi karena kekhilafan yang nyata; | ||
| 
 | 
 | b. | bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 10C ayat (3) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Ketentuan Perubahan Atas Kesalahan Data Pemberitahuan Pabean Impor; | ||
| Mengingat | : | 1. | Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3612), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4661; | ||
| 
 | 
 | 2. | Keputusan Presiden Nomor 20/P Tahun 2005; | ||
| MEMUTUSKAN: | |||||
| Menetapkan | : | PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG KETENTUAN PERUBAHAN ATAS KESALAHAN DATA PEMBERITAHUAN PABEAN IMPOR. | |||
| Pasal 1 | |||||
| 
 | 
 | Dalam Peraturan Menteri Keuangan ini yang dimaksud dengan: | |||
| 
 | 
 | 1. | Undang-Undang Kepabeanan adalah Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006. | ||
| 
 | 
 | 2. | Kawasan pabean adalah kawasan dengan batas-batas tertentu di pelabuhan laut, bandar udara, atau tempat lain yang ditetapkan untuk lalu lintas barang yang sepenuhnya berada di bawah pengawasan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. | ||
| 
 | 
 | 3. | Pejabat bea dan cukai adalah pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang ditunjuk dalam jabatan tertentu untuk melaksanakan tugas tertentu berdasarkan Undang-Undang Kepabeanan. | ||
| 
 | 
 | 4. | Kantor Pabean adalah kantor dalam lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai tempat dipenuhinya kewajiban pabean sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Kepabeanan. | ||
| 
 | 
 | 5. | Kesalahan data adalah kesalahan atau kekeliruan karena kekhilafan nyata yang bersifat manusiawi dalam suatu pemberitahuan pabean impor dalam bentuk kesalahan tulis, kesalahan hitung dan/ atau kesalahan penerapan peraturan yang seharusnya tidak perlu terjadi, dan tidak mengandung perbedaan pendapat antara pejabat bea dan cukai dengan pengguna jasa kepabeanan, misalnya: | ||
| 
 | 
 | 
 | a. | kesalahan penulisan data importir; | |
| 
 | 
 | 
 | b. | kesalahan perhitungan bea masuk atau pajak; atau | |
| 
 | 
 | 
 | c. | kesalahan penerapan aturan berupa ketidaktahuan adanya perubahan peraturan. | |
| Pasal 2 | |||||
| 
 | 
 | (1) | Importir dapat mengajukan permohonan perubahan atas kesalahan data pada: | ||
| 
 | 
 | 
 | a. | pemberitahuan pabean impor untuk dipakai; atau | |
| 
 | 
 | 
 | b. | pemberitahuan pabean impor sementara. | |
| 
 | 
 | (2) | Permohonan perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditolak apabila: | ||
| 
 | 
 | 
 | a. | barang telah dikeluarkan dari kawasan pabean atau tempat lain yang dipersamakan dengan kawasan pabean bagi impor untuk dipakai dan impor sementara; | |
| 
 | 
 | 
 | b. | kesalahan data tersebut merupakan temuan pejabat bea dan cukai; atau | |
| 
 | 
 | 
 | c. | pemberitahuan pabean impor telah mendapatkan penetapan oleh pejabat bea dan cukai atau penetapan dengan menggunakan sistem komputer pelayanan. | |
| 
 | 
 | (3) | Penetapan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c adalah penetapan yang berhubungan dengan kesalahan data yang dimohonkan perubahan sehingga kesalahan data yang tidak berhubungan dengan penetapan tersebut masih dapat diajukan untuk dilakukan perubahan. | ||
| Pasal 3 | |||||
| 
 | 
 | (1) | Permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 diajukan kepada kepala kantor pabean dengan disertai menyebutkan alasan perubahan dan dilampiri dengan: | ||
| 
 | 
 | 
 | a. | fotokopi atau hasil cetak pemberitahuan pabean sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) beserta dokumen pelengkap pabean; dan | |
| 
 | 
 | 
 | b. | bukti lainnya yang mendukung alasan perubahan data. | |
| 
 | 
 | (2) | Berdasarkan permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), kepala kantor pabean dapat menghentikan sementara proses pelayanan kepabeanan atas pemberitahuan pabean impor tersebut. | ||
| Pasal 4 | |||||
| 
 | 
 | (1) | Kepala kantor pabean wajib memberikan persetujuan atau penolakan atas permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak diterimanya permohonan dengan lengkap. | ||
| 
 | 
 | (2) | Dalam hal permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 disetujui, kepala kantor pabean memberikan persetujuan pada permohonan yang bersangkutan. | ||
| 
 | 
 | (3) | Dalam hal permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ditolak, kepala kantor pabean membuat surat penolakan dengan menyebutkan alasannya. | ||
| 
 | 
 | (4) | Kepala kantor pabean memerintahkan proses pelayanan kepabeanan dilanjutkan kembali setelah permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 diberikan keputusan persetujuan atau penolakan. | ||
| Pasal 5 | |||||
| 
 | 
 | Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengajuan dan penyelesaian permohonan perubahan atas kesalahan data diatur dengan Peraturan Direktur Jenderal. | |||
| Pasal 6 | |||||
| 
 | 
 | Peraturan Menteri Keuangan ini mulai berlaku setelah 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal ditetapkan. | |||
| 
 | 
 | Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman Peraturan Menteri Keuangan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. | |||
| 
 | 
 | 
 | 
 | 
 | 
 Ditetapkan di Jakarta | 
| 
 | 
 | 
 | 
 | 
 | pada tanggal 19 September 2007 | 
| 
 | 
 | 
 | 
 | 
 | MENTERI KEUANGAN, | 
| 
 | 
 | 
 | 
 | 
 | 
 
 SRI MULYANI INDRAWATI |