PENJELASAN
ATAS
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 55 TAHUN 2008
TENTANG
PEMBENTUKAN KABUPATEN DEIYAI
DI PROVINSI PAPUA
|
I. |
UMUM |
||||||
|
|
Provinsi Papua yang memiliki luas wilayah ± 319.036,05 Km2 dengan penduduk pada tahun 2007 berjumlah ± 2.152.823 jiwa, terdiri atas 26 (dua puluh enam) kabupaten dan 1 (satu) kota, perlu memacu peningkatan penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam rangka memperkukuh Negara Kesatuan Republik Indonesia. |
||||||
|
|
Kabupaten Paniai yang mempunyai luas wilayah ± 10.984,66 Km2 dengan jumlah penduduk pada tahun 2007 berjumlah 112.127 jiwa, terdiri atas 21 (dua puluh satu) distrik. Kabupaten ini memiliki potensi yang dapat dikembangkan untuk mendukung peningkatan penyelenggaraan pemerintahan daerah. |
||||||
|
Dengan
luas wilayah dan besarnya jumlah penduduk seperti tersebut di atas,
pelaksanaan pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat belum sepenuhnya
terjangkau. Kondisi demikian perlu diatasi dengan memperpendek rentang
kendali pemerintahan melalui pembentukan daerah otonom barn sehingga
pelayanan publik dapat ditingkatkan guna mempercepat terwujudnya
kesejahteraan masyarakat. |
|||||||
|
|
Berdasarkan hal, tersebut Pemerintah telah melakukan pengkajian secara mendalam dan menyeluruh mengenai kelayakan pembentukan daerah dan berkesimpulan bahwa perlu dibentuk Kabupaten Deiyai. |
||||||
|
|
Pembentukan Kabupaten Deiyai yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Paniai terdiri atas 5 (lima) distrik, yaitu Distrik Tigi, Distrik Tigi Timur, Distrik Bowobado, Distrik Tigi Barat, dan Distrik Kapiraya. Kabupaten Deiyai memiliki luas wilayah keseluruhan ± 537,39 km2 dengan penduduk ± 38.301 jiwa pada tahun 2007. |
||||||
|
|
Dengan terbentuknya Kabupaten Deiyai sebagai daerah otonom, Pemerintah Provinsi Papua berkewajiban membantu dan memfasilitasi terbentuknya kelembagaan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Perangkat Daerah yang efisien dan efektif sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan, serta membantu dan memfasilitasi pemindahan personel, pengalihan aset dan dokumen untuk kepentingan penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam rangka meningkatkan pelayanan publik dan mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Deiyai. |
||||||
|
|
Dalam melaksanakan otonomi daerah, Kabupaten Deiyai perlu melakukan berbagai upaya peningkatan kemampuan ekonomi, penyiapan sarana dan prasarana pemerintahan, pemberdayaan, dan peningkatan sumber daya manusia, serta pengelolaan sumber daya alam sesuai dengan peraturan perundang-undangan. |
||||||
|
II. |
PASAL DEMI PASAL |
||||||
|
|
Pasal 1 |
||||||
|
|
|
Cukup jelas. |
|||||
|
|
Pasal 2 |
||||||
|
|
|
Cukup jelas. |
|||||
|
|
Pasal 3 |
||||||
|
|
|
Cukup jelas. |
|||||
|
|
Pasal 4 |
||||||
|
|
|
Cukup jelas. |
|||||
|
|
Pasal 5 |
||||||
|
|
|
Ayat (1) |
|||||
|
|
|
|
Cukup jelas. |
||||
|
|
|
Ayat (2) |
|||||
|
|
|
|
Lampiran peta cakupan wilayah yang digambarkan dengan skala 1:100.000 diterbitkan oleh Pemerintah dan diserahkan kepada Pemerintah Daerah Provinsi Papua pada saat dilakukan peresmian sebagai daerah otonom baru. |
||||
|
|
|
Ayat (3) |
|||||
|
|
|
|
Cukup jelas. |
||||
|
|
Pasal 6 |
||||||
|
|
|
Ayat (1) |
|||||
|
|
|
|
Cukup jelas. |
||||
|
|
|
Ayat (2) |
|||||
|
Dalam rangka pengembangan Kabupaten Deiyai, khususnya guna perencanaan dan penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pelayanan masyarakat pada masa yang akan datang, serta pengembangan sarana dan prasarana pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan diperlukan adanya kesatuan perencanaan pembangunan. Untuk itu, Tata Ruang Wilayah Kabupaten Deiyai harus disusun secara serasi dan terpadu dalam satu kesatuan sistem rencana tata ruang wilayah yang terpadu dengan tata ruang nasional, provinsi, dan kabupaten/kota. |
|||||||
|
Pasal 7 |
|||||||
|
Cukup jelas. |
|||||||
|
Pasal 8 |
|||||||
|
Ayat (1) |
|||||||
|
Cukup jelas. |
|||||||
|
Ayat (2) |
|||||||
|
Cukup jelas. |
|||||||
|
Ayat (3) |
|||||||
|
Yang dimaksud dengan "urusan pemerintahan yang secara nyata ada" dalam ketentuan ini adalah urusan pemerintahan yang sesuai dengan kondisi, kekhasan, dan potensi yang dimiliki antara lain pertambangan, perikanan, pertanian, perkebunan, kehutanan, dan pariwisata. |
|||||||
|
Pasal 9 |
|||||||
|
Peresmian kabupaten dan pelantikan Penjabat Bupati dapat dilakukan secara bersamaan dan pelaksanaannya dapat dilakukan di ibu kota negara, ibu kota provinsi, atau ibu kota kabupaten. |
|||||||
|
Pasal 10 |
|||||||
|
Ayat (1) |
|||||||
|
Pemilihan, pengesahan, dan pengangkatan Bupati dan Wakil Bupati Deiyai dilaksanakan paling lambat 2 (dua) tahun sejak Undang-Undang ini diundangkan, kecuali pada bulan Januari sampai dengan. bulan Juli 2009. |
|||||||
|
Ayat (2) |
|||||||
|
Penjabat Bupati Deiyai diusulkan oleh Gubernur Papua dengan pertimbangan Bupati Paniai. |
|||||||
|
Ayat (3) |
|||||||
|
Cukup jelas. |
|||||||
|
Ayat (4) |
|||||||
|
Cukup jelas. |
|||||||
|
Ayat (5) |
|||||||
|
|
|
|
Cukup jelas. |
||||
|
Ayat (6) |
|||||||
|
Cukup jelas. |
|||||||
|
Pasal 11 |
|||||||
|
Pembebanan biaya pelaksanaan pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Deiyai pada APBD Provinsi Papua dan APBD Kabupaten Paniai dilaksanakan secara proporsional sesuai dengan kemampuan keuangan daerah masing-masing. |
|||||||
|
Pasal 12 |
|||||||
|
Cukup jelas. |
|||||||
|
Pasal 13 |
|||||||
|
Ayat (1) |
|||||||
|
Cukup jelas. |
|||||||
|
Ayat (2) |
|||||||
|
Yang dimaksud dengan pengaturan tentang jumlah, mekanisme, dan tata cara pengisian keanggotaan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah antara lain penetapan daerah pemilihan. |
|||||||
|
Ayat (3) |
|||||||
|
Cukup jelas. |
|||||||
|
Ayat (4) |
|||||||
|
Cukup jelas. |
|||||||
|
Pasal 14 |
|||||||
|
Ayat (1) |
|||||||
|
Cukup jelas. |
|||||||
|
Ayat (2) |
|||||||
|
Cukup jelas. |
|||||||
|
Ayat (3) |
|||||||
|
Cukup jelas. |
|||||||
|
Ayat (4) |
|||||||
|
Cukup jelas. |
|||||||
|
Ayat (5) |
|||||||
|
Untuk mencapai daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan pelayanan kemasyarakatan digunakan pegawai, tanah, gedung perkantoran dan perlengkapannya, serta fasilitas pelayanan umum yang telah ada selama ini dalam pelaksanaan tugas Pemerintah Kabupaten Paniai dalam wilayah Kabupaten Deiyai. |
|||||||
|
Dalam rangka tertib administrasi, diperlukan tindakan hukum berupa penyerahan personel, aset, dan dokumen dari Pemerintah Kabupaten Paniai kepada Pemerintah Kabupaten Deiyai. |
|||||||
|
Demikian pula BUMD Kabupaten Paniai yang kedudukan, kegiatan, dan lokasinya berada di Kabupaten Deiyai, diserahkan oleh Pemerintah Kabupaten Paniai kepada Pemerintah Kabupaten Deiyai. |
|||||||
|
Dalam hal BUMD yang pelayanan/kegiatan operasionalnya mencakup kabupaten induk dan kabupaten baru, pemerintah daerah yang bersangkutan melakukan kerja sama. |
|||||||
|
Utang piutang yang penggunaannya dimanfaatkan untuk Kabupaten Deiyai diserahkan oleh Pemerintah Kabupaten Paniai kepada Pemerintah Kabupaten Deiyai. Berkenaan dengan pengaturan penyerahan tersebut perlu dibuat daftar inventaris. |
|||||||
|
Ayat (6) |
|||||||
|
Cukup jelas. |
|||||||
|
Ayat (7) |
|||||||
|
Cukup jelas. |
|||||||
|
Ayat (8) |
|||||||
|
Cukup jelas. |
|||||||
|
Ayat (9) |
|||||||
|
Cukup jelas. |
|||||||
|
Pasal 15 |
|||||||
|
Cukup jelas. |
|||||||
|
Pasal 16 |
|||||||
|
Ayat (1) |
|||||||
|
Yang dimaksud dengan "hibah" dalam ketentuan ini adalah pemberian sejumlah uang yang besarnya didasarkan pada Keputusan Bupati Paniai Nomor 17/PAN/2007 tanggal 5 Maret 2007 dan Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Paniai Nomor 005/DPRD/2008 tanggal 7 Januari 2008 |
|||||||
|
Ayat (2) |
|||||||
|
Yang dimaksud dengan "memberikan bantuan dana" dalam ketentuan ini adalah pemberian sejumlah dana yang didasarkan pada Keputusan Gubernur Papua Nomor 120 Tahun 2008 tanggal 27 Oktober 2008 dan Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi Papua Nomor 04/KEP-DPRP/2007 tanggal 24 Agustus 2007. |
|||||||
|
Ayat (3) |
|||||||
|
Cukup jelas. |
|||||||
|
Ayat (4) |
|||||||
|
Pengurangan dana alokasi umum adalah pengurangan sejumlah dana sesuai dengan kesanggupan Pemerintah Kabupaten Paniai yang belum dibayarkan. |
|||||||
|
Ayat (5) |
|||||||
|
Pengurangan dana alokasi umum adalah pengurangan sejumlah dana sesuai dengan kesanggupan Pemerintah Provinsi Papua yang belum dibayarkan. |
|||||||
|
Ayat (6) |
|||||||
|
Cukup jelas. |
|||||||
|
Ayat (7) |
|||||||
|
Cukup jelas. |
|||||||
|
Pasal 17 |
|||||||
|
Cukup jelas. |
|||||||
|
Pasal 18 |
|||||||
|
Cukup jelas. |
|||||||
|
Pasal 19 |
|||||||
|
Cukup jelas. |
|||||||
|
Pasal 20 |
|||||||
|
Cukup jelas. |
|||||||
|
Pasal 21 |
|||||||
|
Cukup jelas. |
|||||||
|
Pasal 22 |
|||||||
|
Cukup jelas. |
|||||||
|
Pasal 23 |
|||||||
|
Cukup jelas. |
|||||||
|
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4939 |
|||||||