|
Lampiran Tabel Bab III.l. Format GBS dan Cara Penyusunannya |
||
|
GENDER BUDGET STATEMENT |
||
|
Nama K/ L |
: |
..................................... |
|
Unit Organisasi |
: |
..................................... |
|
Program |
|
Nama program yang ada pada K/ L |
|
Kegiatan |
|
Nama
Kegiatan sebagai penjabaran |
|
Sub-kegiatan |
|
Nama
sub-kegiatan sebagai penjabaran |
|
Analisa
Situasi |
|
Uraian
ringkas yang menggambarkan |
|
Perencanaan
Kegiatan |
Grup Akun 1 |
Berisikan
bagian/tahapan kegiatan yang |
|
|
Indikator input |
Minimal
berisikan 1 indikator input bagi |
|
|
Indikator |
Minimal
berisikan 1 indikator output |
|
|
Dst... |
|
|
Anggaran
Kegiatan dan Sub- |
|
Jumlah
anggaran yang dialokasikan |
|
Indikator
Outcome atau |
|
2-3
indikator yang relevan dengan aspek |
|
Lampiran Tabel Bab III.2. Contoh GBS |
|||||
|
GENDER BUDGET STATEMENT |
|||||
|
Kementerian Negara/Lembaga |
: |
Departemen Kesehatan |
|||
|
Unit Organisasi |
: |
Ditjen
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
|
|||
|
Program |
|
|
Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit |
||
|
Kegiatan |
|
|
Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit |
||
|
|
Sub-kegiatan |
|
Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) |
||
|
Analisis Situasi |
|
|
Meningkatnya Kejadian Luar Biasa DBD di berbagai wilayah menyebabkan tingginya angka kesakitan dan kematian penduduk akibat DBD. Pola distribusi penderita DBD mengindikasikan adanya persoalan gender seperti terlihat dari data berikut: |
||
|
•
• |
Angka kesakitan pada laki-laki (54/100.000 penduduk) lebih tinggi dibanding pada perempuan (35/100.00 penduduk). |
||||
|
Angka kesakitan DBD per kelompok umur sbb: |
|||||
|
- |
Umur < 1 tahun : laki-laki 62%, perempuan 38% |
||||
|
- |
Umur 1-4 tahun : laki-laki 58%, perempuan 42% |
||||
|
- |
Umur 5-14 tahun : laki-laki 57%, perempuan 43% |
||||
|
- |
Umur > 15 tahun : laki-laki 66%, perempuan 34% |
||||
|
Angka kematian DBD pada perempuan lebih tinggi dibanding laki-laki (berikan angkanya) |
|||||
|
Ada penelitian imunologi yang menunjukkan bahwa sistem kekebalan tubuh lelaki lebih rentan terhadap DBD dibandingkan perempuan. Ada indikasi bahwa lebih tingginya angka kematian DBD pada perempuan berkaitan dengan adanya kecenderungan penderita perempuan dibawa ke RS ketika kondisi sudah lebih parah. Diperkirakan hal ini terkait dengan peran perempuan selaku cargiver di keluarganya yang kemudian cenderung menomorduakan kesehatan dirinya. Perlu penelitian lebih lanjut tentang pemahaman umum berkaitan dengan cara jangkit DBD serta cara pandang di masyarakat terkait dengan penanganan terhadap lelaki dan perempuan jika terkena penyakit DBD. Di banyak tempat, terjadi kesulitan mendapatkan Tenaga Jumantik (Juru Pemantau Jentik) laki-laki karena persepsi bahwa kader kesehatan berasal dari PKK yang umumnya adalah perempuan yang melakukan tugas secara sukarela (tanpa bayaran). Padahal medan pemantauan jentik ada yang cukup berat dan sulit dijangkau oleh Jumantik perempuan. |
|||||
|
Kegiatan
yang |
|
|
Pencegahan dan Penanggulangan Faktor Resiko (hendaknya disusun berdasar hasil penelitian tentang pemahaman umum berkaitan dengan DBD, dan cara penanganan yang berperspektif gender) |
||
|
|
Grup Akun I |
|
Penyediaan Tenaga Jumantik: |
||
|
- |
pastikan bahwa petugas terdiri dari perempuan dan laki-laki agar pemantauan jentik dapat dilakukan diseluruh medan yang perlu dicakup; |
||||
|
- |
libatkan diskusi dengan target pemanfaat perempuan dan laki-laki |
||||
|
|
Indikator Input 1 |
|
Tersedianya Tenaga Jumantik laki-laki dan perempuan di kelurahan |
||
|
|
Indikator Output 1 |
|
100% wilayah dipantau secara rutin oleh Jumantik laki-laki dan perempuan |
||
|
|
Grup Akun 2 |
|
Peningkatan Komunikasi, Informasi dan Edukasi |
||
|
- |
Pelatihan Tenaga Penyuluh: libatkan penyuluh perempuan dan laki-laki, serta pastikan anggota masyarakat/keluarga terlibat dalam pelatihan |
||||
|
- |
Penyediaan Media penyuluhan: agar efektif, pastikan bahwa media penyuluhan yang berbeda diberikan pada kelompok sasaran yang memerlukan media dan informasi yang berbeda, sedangkan cara distribusinya disesuaikan dengan kebiasaan yang berbeda dari masing-masing kelompok sasaran. |
||||
|
|
Indikator Input 2 |
|
- |
Tersedianya tenaga penyuluh kesehatan laki-laki dan perempuan |
|
|
- |
Tersedianya media penyuluhan yang sesuai untuk masing-masing kelompok sasaran |
||||
|
|
Indikator Output 2 |
|
Pelaksanaan penyuluhan yang efektif kepada kelompok sasaran yang relevan (dewasa & anak sekolah, perempuan & laki-laki, miskin & kaya) |
||
|
|
Grup Akun 3 |
|
Tata Laksana Penderita : |
||
|
- |
Penyediaan layanan kesehatan: pastikan pelayanan memadai bagi kelompok keluarga miskin, kelompok perempuan yang saat terjangkit DBD sedang hamil; pastikan tidak terdapat kontra- indikasi atas pemakaian obat tertentu. |
||||
|
- |
Jamkesmas bagi Keluarga Miskin: pastikan bahwa keluarga miskin mendapatkan Jamkesmas dengan pelayanan yang adil dan kualitas yang sama dengan layanan bagi pemanfaat lain; pastikan bahwa keluarga miskin yang dikepalai perempuan juga mendapat akses dan pelayanan serta manfaat yang sama dengan pemanfaat yang lain. |
||||
|
|
Indikator Input 3 |
|
Tersedianya sarana pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin |
||
|
|
Indikator Output 3 |
|
Tertanganinya seluruh penderita DBD dengan layanan berkualitas, baik perempuan dan laki-laki, miskin dan kaya |
||
|
Anggaran sub- |
|
|
Rp. 1.000.000,- (contoh) |
||
|
Indikator |
|
|
- |
Menurunnya angka kesakitan, baik penderita perempuan dan laki-laki, menjadi < 20/100.000 penduduk; |
|
|
- |
Menurunnya Cash Fatality Rate, baik penderita perempuan dan penderita laki-laki, menjadi < 1 %; |
||||