PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 7 TAHUN 2011
TENTANG
RENCANA KEBUTUHAN PINJAMAN LUAR NEGERI TAHUN 2010-2014
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang |
: |
bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 6 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman dan/atau Penerimaan Hibah serta Penerusan Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri, perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Rencana Kebutuhan Pinjaman Luar Negeri Tahun 2010-2014; |
||
Mengingat |
: |
1. |
Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; |
|
|
|
2. |
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); |
|
|
|
3. |
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); |
|
|
|
4. |
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); |
|
|
|
5. |
Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman dan/atau Penerimaan Hibah serta Penerusan Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri; |
|
|
|
6. |
Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014; |
|
|
|
MEMUTUSKAN : |
||
Menetapkan |
: |
PERATURAN PRESIDEN TENTANG RENCANA KEBUTUHAN PINJAMAN LUAR NEGERI TAHUN 2010-2014. |
||
|
|
Pasal 1 |
||
(1) |
Rencana Kebutuhan Pinjaman Luar Negeri Tahun 2010-2014, yang selanjutnya disebut RKPLN 2010-2014, disusun berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014 (RPJMN 2010-2014). |
|||
(2) |
RKPLN 2010-2014 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi arah kebijakan pinjaman luar negeri, prinsip-prinsip pemanfaatan pinjaman luar negeri, indikasi kebutuhan pinjaman luar negeri, dan kriteria prioritas bidang pembangunan yang dapat dibiayai dari pinjaman luar negeri tahun 2010-2014. |
|||
|
|
Pasal 2 |
||
Arah kebijakan pinjaman luar negeri tahun 2010-2014 meliputi: |
||||
|
|
a. |
kebijakan makro yang diarahkan untuk mencapai kesinambungan fiskal; |
|
|
|
b. |
kebijakan pemanfaatan melalui penajaman fokus pemanfaatan yang lebih selektif sesuai prioritas pembangunan nasional dalam RPJMN 2010-2014; |
|
|
|
c. |
kebijakan pengelolaan risiko melalui peningkatan efektivitas dan mengutamakan sumber pinjaman dengan persyaratan (terms and conditions) yang wajar (favorable); |
|
|
|
d. |
kebijakan kelembagaan melalui penguatan kapasitas lembaga dan penyempurnaan mekanisme koordinasi pada seluruh tahap pengadaan pinjaman luar negeri; |
|
|
|
e. |
kebijakan pinjaman program diarahkan agar persyaratan penarikan pinjaman sejalan dengan kebijakan yang sedang dilakukan pemerintah. |
|
|
|
Pasal 3 |
||
|
|
Pemanfaatan pinjaman luar negeri harus berlandaskan pada prinsip-prinsip sebagai berikut: |
||
|
|
a. |
mempertimbangkan kemampuan keuangan negara; |
|
|
|
b. |
tidak merugikan kepentingan nasional baik dari aspek politik, ekonomi, sosial, budaya maupun pertahanan; |
|
|
|
c. |
mewujudkan kemandirian; |
|
|
|
d. |
kesetaraan dan kerjasama yang saling menguntungkan; |
|
|
|
e. |
dilaksanakan selaras dengan kesepakatan Pemerintah Republik Indonesia dengan lembaga dan negara pemberi pinjaman/hibah yang tertuang dalam Komitmen Jakarta tahun 2009; |
|
|
|
f. |
dilakukan secara hati-hati (prudent) dan akuntabel dengan memperhatikan biaya dan risiko pinjaman; |
|
|
|
g. |
meningkatkan kualitas pengelolaan pinjaman dalam rangka meningkatkan efektivitas dan efisiensi pinjaman; dan |
|
|
|
h. |
dalam hal pinjaman bersumber dari lembaga-lembaga multilateral dan bilateral, dilaksanakan dalam kerangka kerjasama pembangunan internasional. |
|
|
|
Pasal 4 |
||
|
|
Indikasi kebutuhan pinjaman luar negeri tahun 2010 - 2014 untuk proyek baru terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), ditetapkan dalam persentase sebagai berikut: |
||
|
|
a. |
tahun 2010 sebesar 0,56 - 0,68 persen; |
|
|
|
b. |
tahun 2011 sebesar 0,56 - 0,69 persen; |
|
c. |
tahun 2012 sebesar 0,49 - 0,60 persen; |
|||
|
|
d. |
tahun 2013 sebesar 0,41 - 0,50 persen; |
|
|
|
e. |
tahun 2014 sebesar 0,36 - 0,44 persen |
|
|
|
Pasal 5 |
||
|
|
Prioritas bidang pembangunan tahun 2010 - 2014 yang dapat dibiayai dari pinjaman luar negeri harus memenuhi kriteria kegiatan sebagai berikut: |
||
|
|
a. |
menyediakan pelayanan publik; |
|
|
|
b. |
mendorong peningkatan penggunaan barang dan jasa dalam negeri; |
|
|
|
c. |
mempunyai rentang manfaat luas dan bersifat inovatif sehingga dapat menjadi model untuk replikasi dan pengembangan melalui pendanaan rupiah atau pendanaan lainnya; |
|
|
|
d. |
mendorong pertumbuhan ekonomi (pro growth), penciptaan lapangan pekerjaan (pro job), penurunan kemiskinan secara nyata dan terukur (pro poor), dan/atau mendukung kesinambungan pembangunan yang berwawasan lingkungan (pro environment); |
|
|
|
e. |
mengurangi kesenjangan pembangunan antar wilayah; |
|
|
|
f. |
mampu memberikan manfaat transfer ilmu pengetahuan dan teknologi; dan/atau |
|
|
|
g. |
diutamakan kepada kementerian/lembaga, Pemerintah Daerah dan Badan Usaha Milik Negara yang memiliki rekam jejak yang baik dalam pengelolaan kegiatan yang dibiayai pinjaman luar negeri. |
|
|
|
Pasal 6 |
||
|
|
RKPLN 2010 - 2014 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 menjadi pedoman kementerian/lembaga, Pemerintah Daerah, dan BUMN yang akan mengusulkan kegiatan yang dapat dibiayai dari pinjaman luar negeri. |
||
|
|
Pasal 7 |
||
Peraturan Presiden ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan. |
||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Ditetapkan di Jakarta, |
|
|
|
|
pada tanggal 7 Februari 2011 |
|
|
|
|
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, |
|
|
|
|
ttd. |
|
|
|
|
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO |