PERATURAN PEMERINTAH REPUBLlK.INDONESIA
NOMOR 10 TAHUN 1980
TENTANG
PEMBERIAN TUNJANGAN KEHORMATAN KEPADA BEKAS
ANGGOTA KOMITE NASIONAL INDONESIA PUSAT DAN JANDA/DUDANYA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang |
: |
bahwa dipandang perlu memberikan tunjangan kehormatan kepada bekas Anggota Komite Nasional Indonesia Pusat atas pengabdiannya dalam memperjuangkan dan membela kemerdekaan Republik Indonesia; |
|||
Mengingat |
: |
1. |
|||
|
|
2. |
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1980 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 1980/1981 (Lembaran Negara Tahun 1980 Nomor 14, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3159); |
||
|
|
MEMUTUSKAN : |
|||
Menetapkan |
: |
PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PEMBERIAN TUNJANGAN KEHORMATAN KEPADA BEKAS ANGGOTA KOMITE NASIONAL INDONESIA PUSAT DAN JANDA/DUDANYA. |
|||
|
Pasal 1 |
||||
|
|
Kepada bekas Anggota Komite Nasional Indonesia Pusat diberikan tunjangan kehormatan sebesar Rp.50.000,- (lima puluh ribu rupiah) sebulan. |
|||
|
Pasal 2 |
||||
|
|
Apabila bekas Anggota Komite Nasional Indonesia Pusat meninggal dunia, kepada janda/duda atau ahli warisnya diberikan tunjangan wafat sebesar 3 (tiga) bulan tunjangan kehormatan yang dibayarkan sekaligus. |
|||
|
Pasal 3 |
||||
|
|
(1) |
Apabila bekas Anggota Komite Nasional Indonesia Pusat meninggal dunia, kepada janda/ dudanya yang sah diberikan tunjangan kehormatan sebesar Rp.30.000,- (tiga puluh ribu rupiah) sebulan. |
||
|
|
(2) |
Dalam hal tersebut lebih dari seorang isteri yang sah, maka yang mendapat tunjangan kehormatan adalah isteri yang pertama. |
||
|
|
(3) |
Yang dimaksud dengan isteri pertama, adalah isteri yang paling lama dinikahinya tanpa terputus oleh perceraian. |
||
|
|
(4) |
Pembayaran tunjangan kehormatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dihentikan apabila janda/duda bekas Anggota Komite Nasional Indonesia Pusat yang bersangkutan : |
||
|
|
|
a. |
meninggal dunia; atau |
|
|
|
|
b. |
kawin lagi. |
|
|
Pasal 4 |
||||
|
|
Hak atas tunjangan kehormatan hapus apabila : |
|||
|
|
a. |
penerima tunjangan kehormatan tidak seizin Pemerintah menjadi pegawai atau anggota tentara negara asing atau menjadi warganegara asing; |
||
|
|
b. |
penerima tunjangan kehormatan menurut keputusan pejabat/badan yang berwenang dinyatakan salah melakukan usaha atau kegiatan yang bertujuan mengubah Pancasila dan atau Undang-Undang Dasar 1945 atau terlibat dalam gerakan atau melakukan kegiatan yang menentang Negara dan atau Pemerintah. |
||
|
Pasal 5 |
||||
|
|
Tunjangan kehormatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 dan Pasal 3 diberikan dengan keputusan Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara. |
|||
|
Pasal 6 |
||||
|
|
Ketentuan-ketentuan teknis pelaksanaan Peraturan Pemerintah ini, ditetapkan lebih lanjut oleh Menteri Keuangan dan Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara baik secara bersama-sama atau secara sendiri-sendiri menurut bidang tugasnya masing-masing. |
|||
|
Pasal 7 |
||||
|
|
Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal 1 April 1980. |
|||
|
|
Agar supaya setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. |
|||
|
|
|
|
|
Ditetapkan di Jakarta |
|
|
|
|
|
pada tanggal 13 Maret 1980 |
|
|
|
|
|
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA |
SOEHARTO | |||||
|
|
Diundangkan di Jakarta |
|
||
|
|
pada tanggal 13 Maret 1980 |
|
||
|
|
MENTERI/SEKRETARIS NEGARA |
|
||
REPUBLIK INDONESIA, | |||||
SUDHARMONO, SH | |||||
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1980 NOMOR 17 |