MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
SALINAN
PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 158/PMK.06/2013
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN
NOMOR 174/PMK.06/2010 TENTANG PEJABAT LELANG
KELAS I
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang |
: |
a. |
bahwa dalam rangka pengembangan profesi pejabat lelang Kelas I serta meningkatkan pelayanan lelang yang lebih efisien, efektif, transparan, akuntabel, adil, dan menjamin kepastian hukum, perlu melakukan penyempurnaan ketentuan mengenai Pejabat Lelang Kelas I; |
|||
b. |
bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 174/PMK.06/2010 tentang Pejabat Lelang Kelas I; |
|||||
Mengingat |
: |
1. |
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 93/PMK.06/2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 106/PMK.06/2013; |
|||
|
|
2. |
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 174/PMK.06/2010 tentang Pejabat Lelang Kelas I; |
|||
MEMUTUSKAN: |
||||||
Menetapkan |
: |
PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 174/PMK.06/2010 TENTANG PEJABAT LELANG KELAS I. |
||||
Pasal I |
||||||
|
|
Beberapa ketentuan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 174/PMK.06/2010 tentang Pejabat Lelang Kelas I diubah sebagai berikut: |
||||
|
|
1. |
Ketentuan Pasal 3 huruf b dan huruf e diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut: |
|||
Pasal 3 |
||||||
|
|
|
Syarat-syarat untuk diangkat sebagai Pejabat Lelang Kelas I sebagai berikut: |
|||
|
|
|
a. |
sehat jasmani dan rohani; |
||
|
|
|
b. |
berpendidikan paling rendah Sarjana (S1) atau yang disetarakan, diutamakan bidang hukum, ekonomi manajemen/akuntansi, atau penilai; |
||
|
|
|
c. |
berpangkat paling rendah Pengatur (Golongan II/c); |
||
|
|
|
d. |
lulus pendidikan dan pelatihan (diklat) Pejabat Lelang, Diklat Lelang II, Diklat Lelang III, atau DPT III PPLN; dan |
||
|
|
|
e. |
tidak sedang menjalani “hukuman disiplin sedang atau berat” atau tidak pernah menjalani “hukuman disiplin berat”, yang dinyatakan dengan surat keterangan dari atasan setingkat eselon III dalam unit kerja yang bersangkutan. |
||
|
|
2. |
Ketentuan Pasal 4 huruf a dan huruf d diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut: |
|||
Pasal 4 |
||||||
|
|
|
Pengangkatan Pejabat Lelang Kelas I diusulkan oleh Kepala KPKNL/Kepala Kantor Wilayah/Pejabat Eselon II Kantor Pusat DJKN dengan disertai dokumen persyaratan yang meliputi: |
|||
|
|
|
a. |
fotokopi ijazah sarjana (S1) atau yang disetarakan; |
||
|
|
|
b. |
fotokopi surat keputusan kepangkatan terakhir; |
||
|
|
|
c. |
fotokopi sertifikat kelulusan Diklat Pejabat Lelang, Diklat Lelang II, Diklat Lelang III, atau DPT III PPLN; dan |
||
|
|
|
d. |
surat keterangan dari atasan setingkat eselon III dalam unit kerja yang bersangkutan yang menerangkan bahwa tidak sedang menjalani “hukuman disiplin sedang atau berat” atau tidak pernah menjalani “hukuman disiplin berat”. |
||
|
|
3. |
Ketentuan Pasal 13 huruf d diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut: |
|||
Pasal 13 |
||||||
|
|
|
Pejabat Lelang Kelas I dalam melaksanakan jabatannya berkewajiban: |
|||
|
|
|
a. |
bertindak jujur, seksama, mandiri, tidak berpihak, dan menjaga kepentingan pihak yang terkait; |
||
|
|
|
b. |
meneliti legalitas formal subjek dan objek lelang; |
||
|
|
|
c. |
membuat bagian Kepala Risalah Lelang sebelum pelaksanaan lelang; |
||
|
|
|
d. |
membacakan bagian Kepala Risalah Lelang di hadapan peserta lelang pada saat pelaksanaan lelang, kecuali dalam Lelang yang penawarannya melalui tromol pos atau teknologi informasi dan komunikasi (termasuk email dan internet); |
||
|
|
|
e. |
menjaga ketertiban pelaksanaan lelang; |
||
|
|
|
f. |
membuat Minuta Risalah Lelang; |
||
|
|
|
g. |
membuat Salinan Risalah Lelang, Kutipan Risalah Lelang atau Grosse Risalah Lelang sesuai peraturan perundang-undangan; dan |
||
|
|
|
h. |
meminta dan meneliti keabsahan bukti pelunasan harga lelang, Bea Lelang, Pajak Penghasilan Final, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan, dan pungutan-pungutan lain yang diatur sesuai peraturan perundang-undangan. |
||
|
|
4. |
Ketentuan Pasal 17 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut: |
|||
Pasal 17 |
||||||
|
|
|
(1) |
Dalam hal terjadi kekosongan/kekurangan Pejabat Lelang Kelas I pada suatu KPKNL, lelang dapat dilaksanakan oleh Pejabat Lelang Kelas I yang berkedudukan di KPKNL lain yang masih dalam satu wilayah kerja Kantor Wilayah yang sama, atau Pejabat Lelang Kelas I yang berkedudukan di Kantor Wilayah setempat. |
||
|
|
|
(2) |
Penunjukan Pejabat Lelang Kelas I yang berkedudukan di KPKNL lain atau Kantor Wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan secara tertulis oleh Kepala Kantor Wilayah, setelah menerima permintaan dari Kepala KPKNL yang membutuhkan. |
||
|
|
|
(3) |
Pejabat Lelang Kelas I sebagaimana dimaksud pada ayat (2) melaksanakan lelang berdasarkan surat tugas yang dikeluarkan oleh Kepala KPKNL yang melaksanakan lelang. |
||
|
|
5. |
Ketentuan ayat 1 (satu) Pasal 32 ditambahkan satu huruf, yakni huruf d, sehingga Pasal 32 berbunyi sebagai berikut: |
|||
Pasal 32 |
||||||
|
|
|
(1) |
Pejabat Lelang Kelas I diberhentikan tidak dengan hormat dari jabatannya, jika: |
||
a. |
melaksanakan lelang tanpa surat tugas Kepala KPKNL; |
|||||
b. |
melakukan pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (3); |
|||||
c. |
dijatuhi hukuman pidana penjara berdasarkan putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (5); atau |
|||||
|
|
|
|
d. |
dijatuhi hukuman disiplin berat berdasarkan ketentuan di bidang kepegawaian. |
|
|
|
|
(2) |
Sanksi pemberhentian tidak dengan hormat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak perlu didahului dengan surat peringatan. |
||
|
|
6. |
Ketentuan ayat 1 (satu) Pasal 33 ditambahkan satu huruf, yakni huruf d, sehingga Pasal 33 berbunyi sebagai berikut: |
|||
Pasal 33 |
||||||
|
|
|
(1) |
Kepala Kantor Wilayah mengajukan usulan pemberhentian tidak dengan hormat Pejabat Lelang Kelas I secara tertulis kepada Direktur Jenderal melalui Sekretaris DJKN dengan tembusan kepada Direktur, paling kurang dengan melampirkan: |
||
|
|
|
|
a. |
surat keterangan Kepala Kantor Wilayah berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap Pejabat Lelang Kelas I yang melakukan tindakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (1) huruf a dan huruf b; |
|
|
|
|
|
b. |
salinan atau fotokopi keputusan majelis hakim yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (1) huruf c; |
|
|
|
|
|
c. |
keputusan pembebastugasan kesatu dan kedua serta surat keterangan Kepala Kantor Wilayah berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap Pejabat Lelang Kelas I yang mengulangi perbuatan pelanggaran yang sama/pelanggaran lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (2); dan/atau |
|
|
|
|
|
d. |
salinan atau fotokopi keputusan penjatuhan hukuman disiplin berat di bidang kepegawaian dari pejabat yang berwenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (1) huruf d. |
|
(2) | Direktur Jenderal menerbitkan Keputusan Pemberhentian Tidak Dengan Hormat kepada Pejabat Lelang Kelas I dengan tembusan kepada Direktur, paling lama 30 (tiga puluh) hari setelah usulan pemberhentian dari Kepala Kantor Wilayah diterima oleh Direktur Jenderal. | |||||
Pasal II |
||||||
|
|
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. |
||||
|
|
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. |
||||
|
|
|
|
|
|
Ditetapkan di Jakarta |
|
|
|
|
|
|
pada tanggal 14 November 2013 |
|
|
|
|
|
|
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
ttd. |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
MUHAMAD CHATIB BASRI |
Diundangkan di Jakarta |
||||||
pada tanggal 14 November 2013 |
||||||
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA |
||||||
|
||||||
ttd. |
||||||
|
||||||
AMIR SYAMSUDIN |
||||||
|
||||||
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2013 NOMOR 1337 |