KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK
NOMOR: 236/KMK.03/2003
TENTANG
PERUBAHAN KEDUA KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 254/KMK.03/2001
TENTANG PENUNJUKAN PEMUNGUT PAJAK PENGHASILAN PASAL 22, SIFAT
DAN BESARNYA PUNGUTAN SERTA TATA CARA PENYETORAN
DAN PELAPORANNYA
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK
Menimbang |
: |
bahwa dalam rangka memberikan dukungan bagi peningkatkan terhadap produktivitas petani padi, produksi beras nasional, dan persediaan serta pelaksanaan penyaluran beras bagi kelompok masyarakat miskin dan rawan pangan,
perlu menetapkan Keputusan menteri Keuanan tentang Perubahan Kedua Atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor 254/KMK.03/2001 tentang Penunjukan Pemungut Pajak Penghasilan Pasal 22, Sifat dan Besarnya Pungutan Serta Tata Cara Penyetoran dan Pelaporannya; |
||||
Mengingat |
: |
1. |
Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3262) sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 16 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1983 Nomor
126, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor
3984); |
|||
|
|
2. |
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1983 Nomor
50, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor
3263) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3985); |
|||
|
|
3. |
Undang-undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3612); |
|||
|
|
4. |
Keputusan Presiden Nomor 228/M Tahun 2001; |
|||
|
|
5. |
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 254/KMK.03/2001 tentang Penunjukan Pemungut Pajak Penghasilan Pasal 22, Sifat dan Besarnya Pungutan Serta Tata Cara penyetoran dan Pelaporannya sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 392/KMK.03/2001 |
|||
|
|
|
MEMUTUSKAN |
|||
Menetapkan |
: |
KEPUTUSAN
MENTERI KEUANGAN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS KEPUTUSAN MENTERI NOMOR
245/KMK.03/2001 TENTANG PENUNJUKAN PEMUNGUT PAJAK PENGHASILAN PASAL 22, SIFAT
DAN BESARNYA PUNGUTAN SERTA TATA CARA PENYETORAN DAN PELAPORANNYA. |
||||
|
|
Pasal 1 |
||||
|
|
Beberapa ketentuan dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 254/KMK.03/2001 tentang Penunjukan Pemungut Pajak Penghasilan Pasal 22, Sifat dan Besarnya Pungutan Serta Tata Cara Penyetoran dan Pelaporannya sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 392/KMK.03/2001 diubah sebagai berikut : |
||||
|
|
1. |
Ketentuan Pasal 1 angka 7 diubah, sehingga keseluruhan Pasal 1 berbunyi
sebagai berikut : |
|||
|
|
|
“Pasal 1 |
|||
|
|
|
Pemungut Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan, adalah : |
|||
|
|
|
1. |
Bank Devisa
dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, atas impor
barang. |
||
|
|
|
2. |
Direktorat Jenderal Anggaran, Bendaharawan Pemerintah baik di tingkat Pemerintah
Pusat maupun di tingkat Pemerintah
Daerah, yang melakukan pembayaran atas pembelian barang. |
||
|
|
|
3. |
Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik
Daerah, yang melakukan pembelian barang dengan dana yang bersumber dari belanja Negara (APBN) dan atau belanja daerah (APBD), kecuali badan-badan tersebut pada butir 4. |
||
|
|
|
4. |
Bank Indonesia (BI), Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN), Badan Urusan Logistik (BULOG), PT Telekomunikasi
Indonesia (Telkom), PT Perusahaan
Listrik Negara (PLN), PT Garuda
Indonesia, PT Indosat, PT Krakatau
Steel, Pertamina, dan
Bank-bank BUMN yang melakukan pembelian
barang yang dananya bersumber baik dari APBN maupun non-APBN. |
||
|
|
|
5. |
Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri semen, industri rokok, industri kertas, industri baja, dan industri
otomotif, yang ditunjuk oleh Kepala Kantor
Pelayanan Pajak, atas penjualan hasil produksinya di dalam negeri. |
||
|
|
|
6. |
Pertamina serta badan usaha lainnya
yang bergerak dalam bidang bahan bakar minyak jenis premix, super TT dan gas atas penjualan hasil produksinya. |
||
|
|
|
7. |
Industri dan eksportir yang bergerak dalam sektor perhutanan, perkebunan, pertanian, dan perikanan yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak atas pembelian bahan-bahan untuk keperluan industri atau ekspor mereka
dari pedagang pengumpul.” |
||
|
|
2. |
Ketentuan Pasal 3 ayat (1) ditambah 1 (satu) huruf yaitu
huruf I, dan ayat (4) diubah, sehingga keseluruhan Pasal 3 berbunyi sebagai berikut : |
|||
|
|
|
“Pasal 3 |
|||
|
|
|
(1) |
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah : |
||
|
|
|
|
a. |
Impor barang dan
atau penyerahan barang yang berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan tidak terutang Pajak Penghasilan; |
|
|
|
|
|
b. |
Impor barang yang dibebaskan dari pungutan Bea Masuk dan atau Pajak
pertambahan Nilai; |
|
|
|
|
|
|
1) |
barang perwakilan
Negara asing beserta para pejabatnya yang bertugas di |
|
|
|
|
|
2) |
barang untuk keperluan badan internasional yang diakui dan terdaftar pada Pemerintah |
|
|
|
|
|
3) |
barang kiriman hadiah untuk keperluan ibadah umum, amal, sosial,
atau kebudayaan; |
|
|
|
|
|
4) |
barang untuk keperluan museum, kebun binatang, dan tempat lain semacam itu yang terbuka untuk umum; |
|
|
|
|
|
5) |
barang untuk keperluan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan; |
|
|
|
|
|
6) |
barang untuk keperluan khusus kaum tunanetra dan penyandang cacat lainnya; |
|
|
|
|
|
7) |
peti atau kemasan lain yang berisi jenazah atau abu jenazah; |
|
|
|
|
|
8) |
barang pindahan; |
|
|
|
|
|
9) |
barang pribadi penumpang, awak sarana pengangkut, pelintas batas, dan barang kiriman
sampai batas jumlah tertentu sesuai dengan ketentuan perundang-undangan Pabean; |
|
|
|
|
|
10) |
barang yang diimpor oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah
Daerah yang ditujukan untuk kepentingan umum; |
|
|
|
|
|
11) |
persenjataan, amunisi, dan perlengkapan militer, termasuk suku cadang yang diperuntukan bagi keperluan pertahanan dan keamanan Negara; |
|
|
|
|
|
12) |
barang dan bahan yang dipergunakan untuk menghasilkan barang bagi keperluan
pertahanan dan keamanan negara; |
|
|
|
|
|
13) |
Vaksin Polio dalam rangka pelaksanaan program Pekan Imunisasi Nasional (PIN); |
|
|
|
|
|
14) |
buku-buku pelajaran umum, kitab suci
dan buku-buku pelajaran agama; |
|
|
|
|
|
15) |
kapal laut, kapal angkutan sungai, kapal angkutan danau, dan kapal angkutan
penyeberangan, kapal pandu, kapal tunda, kapal penangkap ikan, kapal tongkang, dan suku cadang
serta alat keselamatan pelayaran atau alat keselamatan
manusia yang diimpor dan digunakan oleh Perusahaan Pelayaran Niaga Nasional atau perusahaan penangkapan ikan nasional; |
|
|
|
|
|
16) |
Pesawat udara dan suku cadang
serta alat keselamatan penerbangan atau keselamatan manusia, peralatan untuk perbaikan atau pemeliharaan yang diimpor dan digunakan
oleh Perusahaan angkutan Udara Niaga Nasional; |
|
|
|
|
|
17) |
Kereta api dan suku cadang
serta peralatan untuk perbaikan atau pemeliharaan serta prasarana yang diimpor dan digunakan
oleh PT Kereta Api Indonesia; |
|
|
|
|
|
18) |
Peralatan yang digunakan untuk penyediaan data batas dan photo udara wilayah Negara Republik |
|
|
|
|
c. |
Dalam hal impor sementara jika pada waktu
impornya nyata dimaksudkan untuk diekspor kembali; |
|
|
|
|
|
d. |
Pembayaran yang jumlahnya
paling banyak Rp
1.000.000,00 (satu juta rupiah) dan tidak
merupakan pembayaran yang
terpecah-pecah; |
|
|
|
|
|
e. |
Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, air minum/PDAM dan benda-benda pos; |
|
|
|
|
|
f. |
emas batangan yang akan diproses untuk menghasilkan barang perhiasan dari emas untuk
tujuan ekspor; |
|
|
|
|
|
g. |
Pembayaran/pencairan dana Jaringan Pengaman Sosial (JPS) oleh Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara; |
|
|
|
|
|
h. |
Impor kembali (re-impor), yang meliputi barang-barang yang telah diekspor kemudian diimpor kembali dalam kualitas yang sama atau barang-barang
yang telah diekspor untuk keperluan perbaikan, pengerjaan dan pengujian, yang telah memenuhi syarat yang ditentukan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. |
|
|
|
|
|
i. |
Pembayaran untuk pembelian gabah dan/atau beras oleh BULOG. |
|
|
|
|
(2) |
Pengecualian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf f dinyatakan
dengan Surat Keterangan Bebas Pajak Penghasilan Pasal 22 yang diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak. |
||
|
|
|
(3) |
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b dan c dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. |
||
|
|
|
(4) |
Pengecualian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, e, g, h dan I dilakukan secara otomatis tanpa Surat Keterangan
Bebas (SKB). |
||
|
|
Pasal II |
||||
|
|
Keputusan Menteri Keuangan ini mulai berlaku
sejak tanggal ditetapkan dan mempunyai daya laku surut terhitung
sejak tanggal 2 Januari 2003. |
||||
|
|
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman Keputusan Menteri Keuangan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik |
||||
|
|
Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 3 Juni 2003 MENTERI KEUANGAN REPUBLIK
NDONESIA, BOEDIONO |
LAMPIRAN
II
KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK
ENTANG PENETAPAN
RNCIAN DANA
PENYESUAIAN DAERAH PROVINSI, DAERAH
KABUPATEN, DAN
RINCIAN DANA PENYESUAIAN MURNI TAHUN ANGGARAN 2005
(dalam
jutaan rupiah)
No |
Daerah |
Jumlah |
1 |
Provinsi Riau |
111.154 |
2 |
Provinsi Riau Kepulauan |
22.672 |
3 |
Provinsi DKI |
4.944 |
4 |
Provinsi Jawa Barat |
56.719 |
5 |
Provinsi Jawa Tengah |
204.847 |
6 |
Provinsi DI Yogyakarta |
9.357 |
7 |
Provinsi Jawa Timur |
205.737 |
8 |
Provinsi Kalimantan Timur |
154.560 |
9 |
Provinsi Nusa Tenggara Timur |
5.490 |
|
|
|
|
Total Nasional |
805.480 |
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK
JUSUF ANWAR