MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
SALINAN
PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 167/PMK.011/2011
TENTANG
PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN
NOMOR 181/PMK. 011/2009 TENTANG TARIF CUKAI HASIL TEMBAKAU
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang |
: |
a. |
bahwa dalam rangka pengaturan kebijakan tarif cukai hasil tembakau telah ditetapkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 181/PMK.011/2009 tentang Tarif Cukai Hasil Tembakau sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.011/2010; |
||||||||
b. |
bahwa dalam rangka mempertegas fungsi pengendalian produksi dan konsumsi hasil tembakau, dengan tetap memperhatikan potensi penerimaan di bidang cukai hasil tembakau, diperlukan kebijakan tarif cukai hasil tembakau yang berkesinambungan melalui penyesuaian terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam huruf a; |
||||||||||
c. |
bahwa berdasarkan Laporan Panitia Kerja Asumsi Dasar, Pendapatan, Defisit, dan Pembiayaan Dalam Rangka Pembicaraan Tingkat I/Pembahasan Rancangan Undang-Undang tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2012 Beserta Nota Keuangannya, Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia antara lain menyepakati untuk menaikkan tarif cukai hasil tembakau pada tahun 2012 sebagai salah satu upaya pencapaian target penerimaan pajak; |
||||||||||
d. |
bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, serta dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 5 ayat (5) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 181/PMK.011/2009 tentang Tarif Cukai Hasil Tembakau; |
||||||||||
Mengingat |
: |
1. |
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3613) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 105, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4755); |
||||||||
2. |
|||||||||||
3. |
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 181/PMK.011/2009 tentang Tarif Cukai Hasil Tembakau sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.011/2010; |
||||||||||
|
|
MEMUTUSKAN: |
|||||||||
Menetapkan |
: |
PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 181/PMK.011/2009 TENTANG TARIF CUKAI HASIL TEMBAKAU. |
|||||||||
|
|
Pasal I |
|||||||||
Beberapa ketentuan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 181/PMK.011/2009 tentang Tarif Cukai Hasil Tembakau sebagaimana telah beberapa kali diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan: |
|||||||||||
|
|
a. |
Nomor 99/PMK.011/2010 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 181/PMK.011/2009 tentang Tarif Cukai Hasil Tembakau; |
||||||||
|
|
b. |
Nomor 190/PMK.011/2010 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 181/PMK.011/2009 tentang Tarif Cukai Hasil Tembakau, |
||||||||
|
|
diubah sebagai berikut: |
|||||||||
|
|
1. |
Ketentuan Pasal 3 ayat (2) diubah sehingga Pasal 3 ayat (2) berbunyi sebagai berikut: |
||||||||
|
|
|
Pasal 3 |
||||||||
|
|
|
(2) |
Penetapan tarif cukai hasil tembakau sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku ketentuan sebagai berikut: |
|||||||
a. |
penetapan tarif cukai hasil tembakau didasarkan pada: |
||||||||||
|
|
|
|
|
1) |
golongan pengusaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1); dan |
|||||
|
|
|
|
|
2) |
batasan harga jual eceran per batang atau gram yang ditetapkan oleh Menteri; |
|||||
|
|
|
|
b. |
batasan harga jual eceran per gram sebagaimana dimaksud pada huruf a angka 2) hanya berlaku bagi jenis TIS dan HPTL. |
||||||
|
|
2. |
Batasan Harga Jual Eceran per Batang atau Gram dan tarif cukai per batang atau gram sebagaimana tercantum dalam Lampiran II diubah, sehingga menjadi sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. |
||||||||
|
|
3. |
Ketentuan Pasal 4 ayat (2) diubah sehingga Pasal 4 ayat (2) berbunyi sebagai berikut: |
||||||||
|
|
|
Pasal 4 |
||||||||
|
|
|
(2) |
Untuk dapat digolongkan dalam penetapan tarif cukai per batang atau gram sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk setiap jenis hasil tembakau ditentukan berdasarkan jenis, jumlah produksi, dan: |
|||||||
|
|
|
|
a. |
harga jual eceran yang tercantum dalam penetapan tarif cukai yang masih berlaku berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 181/PMK.011/2009 tentang Tarif Cukai Hasil Tembakau sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.011/2010; |
||||||
|
|
|
|
b. |
harga jual eceran yang diberitahukan oleh Pengusaha Pabrik hasil tembakau untuk hasil tembakau merek baru; atau |
||||||
|
|
|
|
c. |
harga jual eceran yang mengalami kenaikan. |
||||||
|
|
4. |
Ketentuan Pasal 20A ayat (1) diubah sehingga Pasal 20A ayat (1) berbunyi sebagai berikut: |
||||||||
|
|
|
Pasal 20A |
||||||||
|
|
|
(1) |
Batasan jumlah Produksi Pabrik untuk Pengusaha Pabrik jenis SKT atau SPT sebagaimana dimaksud dalam Nomor Urut 3 Lampiran I Peraturan Menteri Keuangan Nomor 181/PMK.011/2009 tentang Tarif Cukai Hasil Tembakau sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Meteri Keuangan Nomor 190/PMK.011/2010, ditetapkan sebagai berikut: |
|||||||
|
|
|
|
No. |
Pengusaha Pabrik |
Batasan Jumlah Produksi |
|
|
|||
|
|
|
|
Jenis |
Golongan |
|
|
||||
|
|
|
|
3 |
SKT atau |
I |
Lebih dari 2 milyar batang |
|
|
||
|
|
|
|
II |
Lebih dari 300 juta batang tetapi tidak lebih dari 2 milyar batang |
|
|
||||
|
|
|
|
III |
Tidak lebih dari 300 juta batang |
|
|
||||
|
|
5. |
Tarif cukai per batang atau gram sebagaimana tercantum dalam Lampiran III diubah, sehingga menjadi sebagaimana tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. |
||||||||
|
|
Pasal II |
|||||||||
|
|
1. |
Dengan berlakunya Peraturan Menteri ini: |
||||||||
|
|
|
a. |
Penetapan tarif cukai oleh Kepala Kantor berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 181/PMK.011/2009 tentang Tarif Cukai Hasil Tembakau sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.011/2010 masih tetap berlaku sampai dengan tanggal 31 Desember 2011. |
|||||||
|
|
|
b. |
Masing-masing tarif cukai yang masih berlaku berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 181/PMK.011/2009 tentang Tarif Cukai Hasil Tembakau sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.011/2010 ditetapkan kembali oleh Kepala Kantor berdasarkan: |
|||||||
|
|
|
|
1) |
golongan sebagaimana dimaksud dalam Lampiran I Peraturan Menteri Keuangan Nomor 181/PMK.011/2009 tentang Tarif Cukai Hasil Tembakau sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.011/2010; dan |
||||||
|
|
|
|
2) |
tarif cukai sebagaimana dimaksud dalam Lampiran I dan/atau Lampiran II Peraturan Menteri ini, |
||||||
|
|
|
|
dan penetapan kembali tersebut mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2012. |
|||||||
|
|
|
c. |
Penetapan kembali sebagaimana dimaksud huruf b dapat digunakan untuk kegiatan penyediaan pita cukai yang dilaksanakan setelah diundangkannya Peraturan Menteri ini. |
|||||||
|
|
2. |
Ketentuan mengenai: |
||||||||
|
|
|
a. |
batasan harga jual eceran dan tarif cukai per batang atau gram hasil tembakau buatan dalam negeri sebagaimana tercantum dalam Lampiran I Peraturan Menteri ini; |
|||||||
|
|
|
b. |
batasan jumlah Produksi Pabrik untuk Pengusaha Pabrik jenis SKT atau SPT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20A; dan |
|||||||
|
|
|
c. |
tarif cukai dan harga jual eceran minimum hasil tembakau yang diimpor sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Peraturan Menteri ini, |
|||||||
|
|
|
mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2012. |
||||||||
|
|
3. |
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. |
||||||||
|
|
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. |
|||||||||
|
|
|
|
|
|
||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Ditetapkan di Jakarta |
||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
pada tanggal 9 November 2011 |
||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
MENTERI KEUANGAN |
||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
ttd. |
||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
AGUS D.W. MARTOWARDOJO |
||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Diundangkan di Jakarta |
|||||||||||
pada tanggal 9 November 2011 |
|||||||||||
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
|
|||||||||||
ttd. |
|||||||||||
AMIR SYAMSUDDIN |
|||||||||||
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2011 NOMOR 700 |
|
LAMPIRAN I |
|
PERATURAN MENTERI KEUANGAN |
|
REPUBLIK INDONESIA |
|
NOMOR 167/PMK.011/2011 |
|
TENTANG |
|
PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN |
MENTERI KEUANGAN NOMOR |
|
|
181/PMK.011/2009 TENTANG TARIF |
|
CUKAI HASIL TEMBAKAU |
BATASAN HARGA JUAL ECERAN DAN TARIF CUKAI PER
BATANG ATAU GRAM
HASIL TEMBAKAU BUATAN DALAM NEGERI
No. |
Golongan pengusaha |
Batasan harga jual eceran |
Tarif cukai |
||
Jenis |
Golongan |
||||
1. |
SKM |
I |
Lebih dari Rp 660 |
Rp 355 |
|
Lebih dari Rp 630 sampai dengan Rp 660 |
Rp 345 |
||||
Paling rendah Rp 600 sampai dengan Rp 630 |
Rp 325 |
||||
II |
Lebih dari Rp 430 |
Rp 270 |
|||
Paling rendah Rp 374 sampai dengan Rp 430 |
Rp 235 |
||||
2. |
SPM |
I |
Paling rendah Rp 375 |
Rp 365 |
|
II |
Lebih dari Rp 300 |
Rp 235 |
|||
Lebih dari Rp 254 sampai dengan Rp 300 |
Rp 190 |
||||
Paling rendah Rp 217 sampai dengan Rp 254 |
Rp 125 |
||||
3. |
SKT atau |
I |
Lebih dari Rp 590 |
Rp 255 |
|
Paling rendah Rp 520 sampai dengan Rp 590 |
Rp 195 |
||||
II |
Lebih dari Rp 379 |
Rp 125 |
|||
Lebih dari Rp 349 sampai dengan Rp 379 |
Rp 115 |
||||
Paling rendah Rp 336 sampai dengan Rp 349 |
Rp 105 |
||||
III |
Paling rendah Rp 234 |
Rp 75 |
|||
4. |
SKTF atau |
I |
Lebih dari Rp 660 |
Rp 355 |
|
Lebih dari Rp 630 sampai dengan Rp 660 |
Rp 345 |
||||
Paling rendah Rp 600 sampai dengan Rp 630 |
Rp 325 |
||||
II |
Lebih dari Rp 430 |
Rp 270 |
|||
Lebih dari Rp 374 sampai dengan Rp 430 |
Rp 235 |
||||
5. |
TIS |
Tanpa |
Lebih dari Rp 250 |
Rp 21 |
|
Lebih dari Rp 149 sampai dengan Rp 250 |
Rp 19 |
||||
Paling rendah Rp 40 sampai dengan Rp 149 |
Rp 5 |
||||
6. |
KLB |
Tanpa |
Lebih dari Rp 250 |
Rp 25 |
|
Paling rendah Rp 180 sampai dengan Rp 250 |
Rp 18 |
||||
7. |
KLM |
Tanpa |
Paling rendah Rp 180 |
Rp 17 |
|
8. |
CRT |
Tanpa |
Lebih dari Rp 100.000 |
Rp 100.000 |
|
Lebih dari Rp 50.000 sampai dengan Rp 100.000 |
Rp 20.000 |
||||
Lebih dari Rp 20.000 sampai dengan Rp 50.000 |
Rp 10.000 |
||||
Lebih dari Rp 5.000 sampai dengan Rp 20.000 |
Rp 1.200 |
||||
Paling rendah Rp 275 sampai dengan Rp 5.000 |
Rp 250 |
||||
9. |
HPTL |
Tanpa |
Tanpa Golongan Paling rendah Rp 275 |
Rp 100 |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
MENTERI KEUANGAN, |
|
|
|
|
|
ttd. |
|
|
|
|
|
AGUS D.W. MARTOWARDOJO |
|
LAMPIRAN II |
|
PERATURAN MENTERI KEUANGAN |
|
REPUBLIK INDONESIA |
|
NOMOR 167/PMK.011/2011 |
|
TENTANG |
|
PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN |
|
MENTERI KEUANGAN NOMOR |
|
181/PMK.011/2009 TENTANG TARIF |
|
CUKAI HASIL TEMBAKAU |
|
|
TARIF CUKAI DAN HARGA JUAL ECERAN
MINIMUM |
|
|
|||
|
|
No. |
Jenis Hasil |
Batasan HJE |
Tarif Cukai per |
|
|
|
|
1. |
SKM |
Rp 661 |
Rp 355 |
|
|
|
|
2. |
SPM |
Rp 601 |
Rp 365 |
|
|
|
|
3. |
SKT atau SPT |
Rp 591 |
Rp 255 |
|
|
|
|
4. |
SKTF atau SPTF |
Rp 661 |
Rp 355 |
|
|
|
|
5. |
TIS |
Rp 251 |
Rp 21 |
|
|
|
|
6. |
KLB |
Rp 251 |
Rp 25 |
|
|
|
|
7. |
KLM |
Rp 180 |
Rp 17 |
|
|
|
|
8. |
CRT |
Rp 100.000 |
Rp 100.000 |
|
|
|
|
9. |
HPTL |
Rp 275 |
Rp 100 |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
MENTERI KEUANGAN, |
|
|
|
|
|
|
|
ttd. |
|
|
|
|
|
|
|
AGUS D.W. MARTOWARDOJO |
|
|