PERATURAN MENTERI KEUANGAN
NOMOR 120/PMK.010/2006
TENTANG
PEMBEBASAN BEA MASUK ATAS IMPOR BARANG
UNTUK KEGIATAN USAHA PANAS BUMI
MENTERI KEUANGAN,
Menimbang |
: |
a. |
bahwa untuk mendorong kegiatan usaha di bidang panas bumi, dipandang perlu memberikan pembebasan Bea Masuk atas impor barang yang dipergunakan untuk kegiatan pengusahaan sumber daya panas bumi; |
||
|
|
b. |
bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Pembebasan Bea Masuk Atas Impor Barang Untuk Kegiatan Usaha Panas Bumi; |
||
Mengingat |
: |
1. |
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3162) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4661); |
||
|
|
2. |
Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2003 tentang Panas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4327); |
||
|
|
3. |
Keputusan Presiden Nomor 20/P Tahun 2005; |
||
|
|
4. |
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 547/KMK.01 /2003 tentang Penetapan Tarif Bea Masuk Atas Barang Impor; |
||
|
|
MEMUTUSKAN: |
|||
Menetapkan |
: |
PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG PEMBEBASAN BEA MASUK ATAS IMPOR BARANG UNTUK KEGIATAN USAHA PANAS BUMI. |
|||
|
|
Pasal 1 |
|||
|
|
Atas impor barang yang dipergunakan untuk kegiatan usaha panas bumi, sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran Peraturan Menteri Keuangan ini, diberikan pembebasan Bea Masuk sehingga tarif akhir Bea Masuknya menjadi 0% (nol perseratus). |
|||
|
|
Pasal 2 |
|||
|
|
Pembebasan Bea Masuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 diberikan kepada Badan Usaha yang mendapat Wilayah Kerja Pertambangan (WKP) atau Ijin Usaha Pertambangan Panas Bumi, PT. Pertamina (Persero), dan PT. Geo Dipa Energi. |
|||
|
|
Pasal 3 |
|||
|
|
(1) |
(1) Permohonan pembebasan Bea Masuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 diajukan kepada Direktur Jenderal Bea dan Cukai dengan tembusan kepada Direktur Jenderal Mineral, Batubara dan Panasbumi, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral. |
||
|
|
(2) |
Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilengkapi dengan Rencana Impor Barang (RIB) yang akan dimintakan fasilitas pembebasan Bea Masuknya. |
||
|
|
(3) |
RIB sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling sedikit memuat elemen data sebagai berikut : |
||
|
|
|
a. |
Nomor dan tanggal RIB; |
|
|
|
|
b. |
Nama Perusahaan; |
|
|
|
|
c. |
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); |
|
|
|
|
d |
Alamat; |
|
|
|
|
e. |
Wilayah Kerja; |
|
|
|
|
f. |
Kantor Pelayanan Bea dan Cukai Tempat Pemasukan Barang; |
|
|
|
|
g. |
Pos Tarif; |
|
|
|
|
h. |
Uraian Barang; |
|
|
|
|
i. |
Jumlah/Satuan Barang; |
|
|
|
|
j. |
Perkiraan Harga/Nilai Impor; |
|
|
|
|
k. |
Pimpinan Perusahaan. |
|
|
|
Pasal 4 |
|||
|
|
Direktur Jenderal Bea dan Cukai atas nama Menteri Keuangan menerbitkan Keputusan Menteri Keuangan tentang pemberian pembebasan Bea Masuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 dengan berpedoman pada Daftar Barang-Barang sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran Peraturan Menteri Keuangan ini. |
|||
|
|
Pasal 5 |
|||
|
|
Direktur Jenderal Bea dan Cukai diinstruksikan untuk melaksanakan ketentuan dalam Peraturan Menteri Keuangan ini. |
|||
|
|
Pasal 6 |
|||
|
|
Peraturan Menteri Keuangan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan sampai dengan tanggal 15 Juli 2007 dan mempunyai daya laku surut sejak tanggal 27 April 2006. |
|||
|
|
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman Peraturan Menteri Keuangan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. |
|||
|
|
|
|
|
Ditetapkan di Jakarta |
|
|
|
|
|
pada tanggal 4 Desember 2006 |
|
|
|
|
|
MENTERI KEUANGAN |
SRI MULYANI INDRAWATI |