Menimbang |
: |
a. |
bahwa untuk meningkatkan ekspor kendaraan bermotor dipandang
dan atau bahan dari Gudang Berikat untuk diolah,dirakit atau dipasang pada
barang lain untuk pembuatan kendaraan bermotor dengan tujuan diekspor;
|
|
|
|
|
b. |
bahwa untuk maksud tersebut huruf a, dipandang dengan perlu
menerbitkan Keputusan Menteri Keuangan; |
|
|
Mengingat |
: |
1. |
Undang-undang
Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Tahun1995 Nomor
75, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3612); |
|
|
|
|
2. |
Peraturan
Pemerintah Nomor 33 Tahun 1996 tentang Tempat Penimbunan Berikat (Lembaran
Negara Tahun 1996 Nomor 50, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3638) sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 43 Tahun 1997 (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 40,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3717); |
|
|
|
|
3. |
Keputusan
Presiden Nomor 122/M tahun 1998; |
|
|
|
|
4. |
Keputusan Menteri Keuangan Nomor
: 399/KMK.01/1996 tentang Gudang Berikat; |
|
|
|
|
MEMUTUSKAN :
|
|
|
|
Menetapkan |
: |
KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
TENTANG PEMBEBASAN BEA MASUK ATAS IMPOR BARANG DAN ATAU BAHAN DARI GUDANG
BERIKAT UNTUK DIOLAH DIRAKIT ATAU DIPASANG PADA BARANG LAIN UNTUK PEMBUATAN
KENDARAAN BERMOTOR DENGAN TUJUAN DIEKSPOR.
Pasal 1
Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan :
|
|
|
|
|
|
1.
|
Impor adalah kegiatan memasukkan barang ke dalam daerah pabean;
|
|
|
|
|
2.
|
Ekspor adalah kegiatan mengeluarkan barang dari daerah pabean;
|
|
|
|
|
3.
|
pembebasan adalah pembebasan bea masuk diolah, dirakit, atau dipasang
pada barang lain untuk pembuatan kendaraan bermotor
dengan tujuan untuk diekspor;
|
|
|
|
|
4.
|
Pejabat Bea dan Cukai adalah pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
yang ditunjuk dalam jabatan tertentu untuk melaksanakan
tugas tertentu;
|
|
|
|
|
5.
|
Gudang Berikat adalah suatu bangunan atau tempat dengan batas-batas
tertentu yang didalamnya dilakukan kegiatan usaha penimbunan, pengemasan,
penyortiran, pengepakan, pemberian merk/label, pemotongan, atau kegiatan
lain dalam rangka fungsinya sebagai pusat distribusi barang-barang
asal impor untuk tujuan dimasukkan ke daerah Pabean Indonesia lainnya (DPIL),
Kawasan Berikat, atau direekspor tanpa adanya pengolahan.
|
|
|
|
|
Pasal 2
Terhadap barang dan atau bahan asal Gudang Berikat untuk diolah, dirakit,
atau dipasang pada barang lain untuk pembuatan kendaraan bermotor, yang
diimpor oleh perusahaan sendiri perakitan kendaraan bermotor dengan tujuan
untuk diekspor dapat diberikan fasilitas pembebasan.
Pasal 3
Untuk memperoleh fasilitas pembebasan sebagaimana dimaksud dalam pasal
2, perusahaan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
|
|
|
|
|
|
1.
|
Mengajukan permohonan kepada Direktur Jenderal Bea dan Cukai dengan
mengunakan formulir sebagaimana contoh yang ditetapkan
dalam Lampiran I keputusan ini.
|
|
|
|
|
2.
|
Diajukan oleh perusahaan industri perakitan kendaraan bermotor yang
mengimpor barang dan atau bahan dari Gudang berikat.
|
|
|
|
|
3.
|
Melampirkan Daftar Keterkaitan antara barang dan atau bahan asal impor
dengan kendaraan bermotor yang diekspor dengan
mengunakan formulir sebagaimana contoh yang ditetapkan
dalam Lampiran II Keputusan ini.
|
|
|
|
|
4.
|
Terhadap barang dan atau bahan yang diipor dari Gudang Berikat untuk
diolah, dirakit atau dipasang pada barang lain
untuk pembuatan kendaraan bermotor harus diekspor seluruhnya.
|
|
|
|
|
Pasal 4
Permohonan sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 diproses untuk disetujui
ditolak dalam jangka waktu 14 ( empat belas )hari kerja terhitung sejak
permohonan diterima secara lengkap dan benar.
Pasal 5
Dalam hal permohonan disetujui, pemohon wajib :
|
|
|
|
|
|
1.
|
menyerahkan jaminan berupa Jaminan Bank, Customs Bond atau jaminan
lainnya kepada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai sebesar bea masuk yang
tertang sebelumnya pengeluaran dan atau bahan yang dilakukan.
|
|
|
|
|
2.
|
menyimpan dan memelihara dokumen, buku-buku dan laporan yang berkaitan
dengan kegiatan impor dan ekspor sekurang-kurangnya
10 (sepuluh) tahun.
|
|
|
|
|
3.
|
menyampaikan laporan Ekspor kepada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan sekali menggunakan
formulir sebagaimana contoh yang ditetapkan dalam
Lampiran III dan IV keputusan ini, disertai dokumaen:
|
|
|
|
|
|
a.
|
fotokopi PIB yang telah diberikan persetujuan keluar oleh pejabat
Bea dan Cukai;
|
|
|
|
|
b.
|
fotokopi Surat Tanda Terima Jaminan dari Direktorat Jenderal Bea dan
Cuaki;
|
|
|
|
|
c.
|
fotokopi PEB yang telah mendapat persetujuan muat oleh pejabat Bea
Dan Cukai
|
|
|
|
|
d.
|
fotokopi Bill of Lading atau Airway Bill.
|
|
|
|
4.
|
menyampaikan Laporan Penyerahan Barang ke Dalam Negeri atas Penggunaan
Barang dan Bahan asal impor yang mendapat Fasilitas Pembebasan
Kepada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai sekurang- kurangnya 6 (enam) bulan
sekali menggunakan formulir sebagaimana contoh yang ditetapkan dalm Lampiran
V dan VI Keputusan Ini, disertai dokumun:
|
|
|
|
|
a.
|
fotokopi PIB yang telah diberikan persetujuan keluar oleh Pejabat Bea
dan Cukai;
|
|
|
|
|
b.
|
fotokopi SSBC.
|
|
|
|
|
Pasal 6
Pemberian fasilitas pembebasan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2, dilaksanakan
dalam oleh Direktur Jenderal Bea dan Cukai atas nama Menteri Keuangan dalam
bentuk Keputusan Menteri Keuangan sebagaimana contoh yang telah ditetapakn
dalam Lampiran VII Keputusan ini.
Pasal 7
|
|
|
|
|
|
(1)
|
Realisasi ekspor harus terlaksana dalam jangka waktu 6 (enam) bulan
terhitung sejak tanggal pengimporan.
|
|
|
|
|
(2)
|
apabila ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak terpenuhi,
Jaminan dikembalikan selambat-lambatnya 14 (empat belas)hari keja setelah
Laporan Ekspor diseyuji.
|
|
|
|
|
(3)
|
Apabila ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak terpenuhi,
Bea masuk yang terutang atas impornya
wajib dibayar dan ditagih bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan dari
bea masuk yang terutang terhitung sejak jatuh tempo jangka waktu 6 (enam
) bulan sampai pelaksanaan ekspor selama-lamanya 12 (dua belas) bulan.
|
|
|
|
|
(4)
|
Apabila realisasi ekspor dilaksanakan setelah bea masuk dibayar selama-lamanya
12 (dua belas) bulan sejak tanggal pengimporan dapat diberikan restitusi
bea masuk
|
|
|
|
|
Pasal 8
|
|
|
|
|
|
(1)
|
Apabila sebelum jangka waktu 6 (enam) bulan dilakukan penyerahan kedalam
negeri, Bea masuk dibayar ditambah dengan sanksi administrasi berupa denda
sebesar 100% (seratus persen) dari bea masuk yang seharunya dibayar;
|
|
|
|
|
(2)
|
Apabila penyerahan ke dalam negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
bulan jaminana dicairkan dan ditagih bunga sebesar 12% (dua belas persen)
dari bea masuk yang seharusnya dibayar.
|
|
|
|
|
Pasal 9
Pengawasan terhadap pemberian failitas pembebasan sebagaimana dimaksud
dalam keputusan ini dilakukan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
Pasal 10
Pelasanakan audit dibidang Kepabeanan dapat dilakukan sewaktu-waktu
sesuai ketentuan yang berlaku tentang pelaksanaan audit dibidang kepabeanan.
Pasal 11
Atas barang dan atau bahan hasil produksi seharusnya diekspor atau harus
ada di perusahaan, apabila tidak dapat dipertanggunjawabkan, penerima fasilitas
wajib membayar bea masuk yang terutang ditambah denda sebesar 100% (seratus
persen) dari bea masuk yang seharunya dibayar.
Pasal 12
|
|
|
|
|
|
(1)
|
Sisa barang dan atau bahan hasil produksi dan barang dan atau bahan
yang rusak yang diimpor dari Gudang Berikat dapat dijual didalam negeri
dengan dikenakan bea masuk sebesar 5% dari harga jual.
|
|
|
|
|
(2)
|
Terhadap barang-barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebelum dijual
di dalam negeri dilakukan pemerikasaan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
|
|
|
|
|
(3)
|
Sisa barang dan atau bahan dan barang dan atau bahan yang rusak sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) yang seharunya ada diperusahaan dan tidak dapat
dipertanggungjawabkan, peneriama fasilitas wajib membayar bea masuk yang
terutang ditambah denda sebesar 100% (seratus persen ) dari bea masuk yang
seharusnya dibayar.
|
|
|
|
|
Pasal 13
|
|
|
|
|
|
(1)
|
Sisa barang dan atau bahan hasil produksi dan barang dan bahan yang
rusak dapat dimusnahkan.
|
|
|
|
|
(2)
|
Sisa barang dan atau bahan hasil produksi dan barang dan atau bahan
yang rusak yang dimusnahkan, bea masuk tidak ditagih.
|
|
|
|
|
(3)
|
Permohonan Pemusnahan diajukan Kepada Kepala Kantor Pelayanan Bea dan
Cukai yang mengawasi perusahaan yang bersangkutan.
|
|
|
|
|
(4)
|
Hasil pemusnahan dituangkan dalam Berita dalam Berita Acara Pemusnahaan.
|
|
|
|
|
Pasal 14
Atas pembayaran sebagaimana dimaksud dalam pasal 12 ayat (1) dan pemusnahan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 13 dipertanggungjawabkan kepada Direktur
Jenderal Bea dan Cukai dengan menggunakan formulir sebagaimana contoh yang
ditetapkan dalam Lampiran VIII keputusan ini.
Pasal 15
|
|
|
|
|
|
(1)
|
Apabila hasil pemerikasaan menunjukan adanya kelebihan pembebasan,
maka atas kelebihan tersebut harus dikembalikan di tambah bunga 2% (dua
persen) setiap bulan selama-lamanya 12 (dua belas) bulan terhitung sejak
tanggal pengimporan.
|
|
|
|
|
(2)
|
Apabila kelebihan pembebasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memenuhi
unsur-unsur pidana, dikenai sanksi pidana sesuai ketentuan yang diatur
dalam undang-undang Nomor 10 Tahun 1995.
|
|
|
|
|
Pasal 16
Ketentuan teknis yang diperlukan bagi pelaksanan keputusan ini diatur
lebih lanjut oleh Direktur Jenderal Bea dan Cukai.
Pasal 17
Keputusan ini berlaku sejak tangga 1 Juli 1999
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman keputusan
ini dengan penempatannya dalam Berita Republik Indonesia
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|