PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 25 TAHUN 2012
TENTANG
GUGUS TUGAS PENCEGAHAN DAN PENANGANAN PORNOGRAFI
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang |
: |
bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 42 Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Gugus Tugas Pencegahan dan Penanganan Pornografi; |
|||||
Mengingat |
: |
1. |
Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; |
||||
|
|
2. |
Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 181, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4928);
|
||||
MEMUTUSKAN: |
|||||||
Menetapkan |
: |
PERATURAN PRESIDEN TENTANG GUGUS TUGAS PENCEGAHAN DAN PENANGANAN PORNOGRAFI.
|
|||||
BAB I |
|||||||
KETENTUAN UMUM |
|||||||
Pasal 1 |
|||||||
Dalam Peraturan Presiden ini yang dimaksud dengan Gugus Tugas Pencegahan dan Penanganan Pornografi, yang selanjutnya disebut Gugus Tugas adalah lembaga koordinatif yang bertugas mengoordinasikan upaya pencegahan dan penanganan pornografi.
|
|||||||
BAB II |
|||||||
KEDUDUKAN DAN TUGAS |
|||||||
Pasal 2 |
|||||||
Gugus Tugas berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden. |
|||||||
Pasal 3 |
|||||||
Gugus Tugas berkedudukan di Ibukota Negara Republik Indonesia. |
|||||||
Pasal 4 |
|||||||
Gugus Tugas mempunyai tugas: |
|||||||
a. |
mengoordinasikan upaya pencegahan dan penanganan masalah pornografi; |
||||||
b. |
memantau pelaksanaan pencegahan dan penanganan pornografi; |
||||||
c. |
melaksanakan sosialisasi, edukasi, dan kerjasama pencegahan dan penanganan pornografi; dan |
||||||
d. |
melaksanakan evaluasi dan pelaporan.
|
||||||
BAB III |
|||||||
ORGANISASI |
|||||||
Pasal 5 |
|||||||
|
|
(1) |
Susunan Organisasi Gugus Tugas terdiri atas Pimpinan dan Anggota. |
||||
|
|
(2) |
Pimpinan Gugus Tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas: |
||||
|
|
|
a. |
Ketua |
: |
Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat; |
|
|
|
|
b. |
Ketua Harian |
: |
Menteri Agama. |
|
|
|
(3) |
Anggota Gugus Tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas: |
||||
|
|
|
a. |
Menteri Komunikasi dan Informatika; |
|||
|
|
|
b. |
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak; |
|||
|
|
|
c. |
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia; |
|||
|
|
|
d. |
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan; |
|||
|
|
|
e. |
Menteri Dalam Negeri; |
|||
|
|
|
f. |
Menteri Perindustrian; |
|||
|
|
|
g. |
Menteri Perdagangan; |
|||
|
|
|
h. |
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, |
|||
|
|
|
i. |
Menteri Kesehatan; |
|||
|
|
|
j. |
Menteri Sosial; |
|||
|
|
|
k. |
Menteri Pemuda dan Olahraga; |
|||
|
|
|
1. |
Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia; |
|||
|
|
|
m. |
Jaksa Agung Republik Indonesia; |
|||
|
|
|
n. |
Ketua Komisi Penyiaran Indonesia; dan |
|||
|
|
|
o. |
Ketua Lembaga Sensor Film. |
|||
Pasal 6 |
|||||||
|
|
(1) |
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, Gugus Tugas dapat membentuk Sub Gugus Tugas. |
||||
|
|
(2) |
Sub Gugus Tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikoordinasikan oleh pejabat setingkat eselon I di lingkungan Kementerian Agama. |
||||
|
|
(3) |
Anggota Sub Gugus Tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas unsur pemerintah dan dapat melibatkan masyarakat, akademisi, praktisi, dan penegak hukum. |
||||
|
|
(4) |
Ketentuan mengenai keanggotaan, tugas, dan tata kerja Sub Gugus Tugas diatur oleh Ketua Gugus Tugas.
|
||||
BAB IV |
|||||||
GUGUS TUGAS PROVINSI DAN |
|||||||
GUGUS TUGAS KABUPATEN/KOTA |
|||||||
Pasal 7 |
|||||||
|
|
(1) |
Di Provinsi dapat dibentuk Gugus Tugas Provinsi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. |
||||
|
|
(2) |
Gugus Tugas Provinsi berada di bawah dan bertanggung jawab kepada gubernur. |
||||
Pasal 8 |
|||||||
|
|
(1) |
Di Kabupaten/Kota dapat dibentuk Gugus Tugas Kabupaten/Kota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. |
||||
|
|
(2) |
Gugus Tugas Kabupaten/Kota berada di bawah dan bertanggung jawab kepada bupati/wali kota. |
||||
Pasal 9 |
|||||||
|
|
Pengaturan mengenai tugas, susunan organisasi, keanggotaan, dan tata kerja Gugus Tugas Provinsi dan Gugus Tugas Kabupaten/Kota diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dengan memperhatikan ketentuan yang diatur dalam Peraturan Presiden ini.
|
|||||
BAB V |
|||||||
TATA KERJA |
|||||||
Pasal 10 |
|||||||
|
|
(1) |
Ketua merupakan organ tertinggi dalam Gugus Tugas dan bertanggung jawab terhadap kebijakan pencegahan dan penanganan pornografi. |
||||
|
|
(2) |
Ketua Harian bertanggung jawab kepada Ketua dalam pelaksanaan tugas pencegahan dan penanganan pornografi. |
||||
Pasal 11 |
|||||||
|
|
(1) |
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, Gugus Tugas menyelenggarakan Rapat Pleno dan Rapat Harian. |
||||
|
|
(2) |
Rapat Pleno dihadiri oleh Pimpinan dan Anggota yang diselenggarakan paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun yang dipimpin oleh Ketua. |
||||
|
|
(3) |
Rapat Harian dihadiri oleh Anggota yang diselenggarakan paling sedikit 4 (empat) kali dalam I (satu) tahun yang dipimpin oleh Ketua Harian. |
||||
Pasal 12 |
|||||||
|
|
Dalam hal dipandang perlu, rapat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 dapat mengikutsertakan Gugus Tugas Provinsi dan Gugus Tugas Kabupaten/Kota.
|
|||||
BAB VI |
|||||||
SEKRETARIAT |
|||||||
Pasal 13 |
|||||||
|
|
(1) |
Untuk membantu kelancaran pelaksanaan tugas, Gugus Tugas dibantu oleh Sekretariat. |
||||
|
|
(2) |
Sekretariat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh seorang Kepala Sekretariat yang secara ex officio dijabat oleh pejabat eselon II di lingkungan Kementerian Agama. |
||||
|
|
(3) |
Sekretariat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertugas memberikan dukungan teknis dan administratif kepada Gugus Tugas.
|
||||
BAB VII |
|||||||
PEMANTAUAN, EVALUASI, DAN PELAPORAN |
|||||||
Pasal 14 |
|||||||
|
|
Gugus Tugas melakukan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan pencegahan dan penanganan pornografi secara berkala. |
|||||
Pasal 15 |
|||||||
|
|
(1) |
Ketua Gugus Tugas wajib melaporkan pelaksanaan tugas pencegahan dan penanganan pornografi kepada Presiden secara tahunan dan lima tahunan. |
||||
|
|
(2) |
Laporan tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada Presiden paling lambat 3 (tiga) bulan setelah akhir tahun anggaran. |
||||
|
|
(3) |
Laporan 5 (lima) tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada Presiden paling lambat 3 (tiga) bulan setelah akhir tahun anggaran.
|
||||
BAB VIII |
|||||||
PEMBIAYAAN |
|||||||
Pasal 16 |
|||||||
|
|
(1) |
Segala biaya yang diperlukan bagi pelaksanaan tugas Gugus Tugas dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara c.q Anggaran Belanja Kementerian Agama. |
||||
|
|
(2) |
Segala biaya yang diperlukan bagi pelaksanaan tugas Gugus Tugas Provinsi, Gugus Tugas Kabupaten/Kota dibebankan pada masing-masing Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota.
|
||||
BAB IX |
|||||||
KETENTUAN PENUTUP |
|||||||
Pasal 17 |
|||||||
|
|
Peraturan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. |
|||||
|
|
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Presiden ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. |
|||||
Ditetapkan di Jakarta |
|||||||
pada tanggal 2 Maret 2012 |
|||||||
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
|
|||||||
Diundangkan di Jakarta |
|||||||
pada tanggal 2 Maret 2012 |
|||||||
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
|
|||||||
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2012 NOMOR 66 |