MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN MENTERI KEUANGAN
NOMOR: 112/PMK.07/2005
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERTURAN MENTERI KEUANGAN
NOMOR 31/PMK.07/2005 TENTANG TATA CARA PENGAJUAN USUL, PENELITIAN,
DAN PENETAPAN PENGHAPUSAN PIUTANG PERUSAHAAN NEGARA/
DAERAH DAN PIUTANG NEGARA/DAERAH
MENTERI KEUANGAN,
Menimbang |
: |
a. |
bahwa dalam rangka optimalisasi tingkat penyelesaian Piutang Perusahaan Negara/Daerah yang disalurkan/terjadi di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan/atau Kabupaten Nias-Provinsi Sumatera Utara dan di eks Provinsi Timor Timur, dipandang perlu melakukan penyempurnaan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 31/PMK.07/ 2005 tentang Tata Cara Pengajuan Usul, Penelitian, dan Penetapan Penghapusan Piutang Perusahaan Negara/Daerah dan Piutang Negara/Daerah; |
||||
|
|
b. |
bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 31/PMK.07/2005 tentang Tata Cara Pengajuan Usul, Penelitian, dan Penetapan Penghapusan Piutang Perusahaan Negara/Daerah dan Piutang Negara/Daerah; |
||||
Mengingat |
: |
1. |
Undang-Undang Nomor 49 Prp Tahun 1960 tentang Panitia Urusan Piutang Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 156, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2104); |
||||
|
|
2. |
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4286); |
||||
|
|
3. |
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 4355); |
||||
|
|
4. |
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400); |
||||
|
|
5. |
Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2005 tentang tata Cara Penghapusan Piutang Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4488); |
||||
|
|
6. |
Keputusan Presiden Nomor 187/M Tahun 2004; |
||||
|
|
7. |
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 300/KMK.01/2002 tentang Pengurusan Piutang Negara; |
||||
|
|
8. |
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 31/PMK.07/2005 tentang Tata Cara Pengajuan Usul, Penelitian, dan Penetapan Penghapusan Piutang Perusahaan Negara/Daerah dan Piutang Negara/Daerah; |
||||
|
|
MEMUTUSKAN: |
|||||
Menetapkan |
: |
PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 31/PMK.07/2005 TENTANG TATA CARA PENGAJUAN USUL, PENELITIAN, DAN PENETAPAN PENGHAPUSAN PIUTANG PERUSAHAAN NEGARA/DAERAH DAN PIUTANG NEGARA/DAERAH |
|||||
|
|
Pasal I |
|||||
|
|
Beberapa ketentuan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 31/PMK.07/2005 tentang Tata Cara Pengajuan Usul, Penelitian, dan Penetapan Penghapusan Piutang Perusahaan Negara/Daerah dan Piutang Negara/Daerah, diubah sebagai berikut: |
|||||
|
|
1. |
Ketentuan Pasal 10 diubah, sehingga keseluruhan Pasal 10 berbunyi sebagai berikut: |
||||
|
|
|
“Pasal 10 |
||||
|
|
|
(1) |
Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf a, ayat (2) huruf a, Penghapusan Secara Mutlak dapat dilakukan terhadap Piutang Perusahaan Negara/Daerah yang disalurkan/terjadi di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan/atau Kabupaten Nias-Provinsi Sumatera Utara, dengan ketentuan: |
|||
|
|
|
|
a. |
piutang telah disalurkan/terjadi sebelum tanggal 26 Desember 2004, dan |
||
|
|
|
|
b. |
piutang telah dihapuskan secara bersyarat sebelum atau pada tanggal 31 Desember 2005. |
||
|
|
|
(2) |
Dalam hal dari hasil analisis Perusahaan Negara/Daerah menunjukan bahwa tingkat pengembalian piutang lebih rendah dari tingkat pengembalian piutang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2), maka Penghapusan Secara Mutlak terhadap Piutang Perusahaan Negara/Daerah yang disalurkan/terjadi di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan/atau Kabupaten Nias-Provinsi Sumatera Utara dilakukan dengan ketentuan: |
|||
|
|
|
|
a. |
memenuhi syarat-syarat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan b; |
||
|
|
|
|
b. |
penanggung Utang hanya mampu menyelesaikan sebagian hutangnya dan/atau barang jaminan tidak ada/rusak berat/hilang/musnah, karena Penanggung Utang/barang jaminan terkena bencana Tsunami atau menjadi korban konflik bersenjata; dan |
||
|
|
|
|
c. |
besarnya tingkat pengembalian piutang didasarkan pada hasil analisis yang dilaksanakan oleh Perusahaan Negara/Daerah yang bersangkutan. |
||
|
|
|
(3) |
Dalam hal dokumen-dokumen yang dipersyaratkan untuk penyerahan pengurusan atau untuk kelengkapan usul penghapusan Piutang Perusahaan Negara/Daerah yang disalurkan/terjadi di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan/atau Kabupaten Nias-Provinsi Sumatera Utara, tidak dapat dipenuhi, dapat menggunakan dokumen lain yang berupa: |
|||
|
|
|
|
a. |
dokumen-dokumen pengganti berupa fotocopi data rekapitulasi yang terkait dengan dokumen piutang yang akan dihapuskan; dan |
||
|
|
|
|
b. |
surat pernyataan dari Perusahaan Negara/Daerah. |
||
|
|
|
(4) |
Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) berlaku baik untuk: |
|||
|
|
|
|
a. |
kredit produktif/piutang dengan lokasi proyek/usaha atau salah satu lokasi proyek/usaha berada di wilayah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan/atau Kabupaten Nias-Provinsi Sumatera Utara; dan/atau |
||
|
|
|
|
b. |
kredit /piutang yang disalurkan/terjadi di wilayah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan/atau Kabupaten Nias-Provinsi Sumatera Utara, yang tidak ditujukan untuk kegiatan produksi.” |
||
|
|
2. |
Ketentuan Pasal 11 diuabh, sehingga keseluruhan Pasal 11 berbunyi sebagai berikut: |
||||
|
|
|
“Pasal 11 |
||||
|
|
|
(1) |
Selain memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 dan Pasal 8, Penghapusan Secara Mutlak dapat dilakukan terhadap Piutang Perusahaan Negara/Daerah yang disalurkan/terjadi di eks Provinsi Timor Timur, dengan ketentuan piutang telah disalurkan/terjadi sebelum tanggal 20 Mei 2002. |
|||
|
|
|
(2) |
Dalam hal dari hasil analisis menunjukan bahwa tingkat pengembalian piutang lebih rendah dari tingkat pengembalian piutang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2), maka Penghapusan Secara Mutlak terhadap Piutang Perusahaan Negara/Daerah yang disalurkan/terjadi di eks Provinsi Timor Timur dilakukan dengan ketentuan: |
|||
|
|
|
|
a. |
piutang telah disalurkan/terjadi sebelum tanggal 20 Mei 2002; |
||
|
|
|
|
b. |
Penanggung Utang hanya mampu menyelesaikan sebagian hutangnya dan barang jaminan berada di eks Provinsi Timor Timur; dan |
||
|
|
|
|
b. |
besarnya tingkat pengembalian piutang didasarkan pada hasil analisis yang dilaksanakan oleh Perusahaan Negara/Daerah yang bersangkutan. |
||
|
|
|
(3) |
Dalam hal Piutang Perusahaan Negara/Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) belum diserahkan pengurusannya oleh Perusahaan Negara/Daerah, pengurusan piutang diserahkan kepada PUPN Cabang Nusa Tenggara Timur/Kantor Pelayanan Kupang. |
|||
|
|
|
(4) |
Dalam hal dokumen-dokumen yang dipersyaratkan untuk penyerahan pengurusan atau untuk kelengkapan usul penghapusan Piutang Perusahaan Negara/Daerah yang disalurkan/terjadi di eks Provinsi Timor Timur tidak dapat dipenuhi, dapat menggunakan dokumen lain yang berupa: |
|||
|
|
|
|
c. |
dokumen-dokumen pengganti berupa fotocopi data rekapitulasi yang terkait dengan dokumen piutang yang akan dihapuskan; dan |
||
|
|
|
|
d. |
surat pernyataan dari Perusahaan Negara/Daerah. |
||
|
|
|
(5) |
Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) berlaku baik untuk: |
|||
|
|
|
|
a. |
kredit produktif/piutang dengan lokasi proyek/usaha atau salah satu lokasi proyek/usaha berada di wilayah eks Provinsi Timor Timur, dan/atau |
||
|
|
|
|
b. |
kredit/piutang yang disalurkan/terjadi di wilayah eks Provinsi Timor Timur, yang tidak ditujukan untuk kegiatan produksi.” |
||
|
|
3. |
Ketentuan Pasal 12 diubah, sehingga keseluruhan Pasal 12 berbunyi sebagai berikut: |
||||
|
|
|
“Pasal 12 |
||||
|
|
|
(1) |
Dalam hal berdasarkan hasil analisis Perusahaan Negara/Daerah tidak diperlukan adanya tingkat pengembalian piutang, pengajuan usul Penghapusan Secara Mutlak dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1). |
|||
|
|
|
(2) |
Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku dengan syarat: |
|||
|
|
|
|
a. |
sisa piutang pokok paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah); dan |
||
|
|
|
|
b. |
dalam hal Piutang Perusahaan Negara/Daerah yang disalurkan/terjadi di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan/atau Kabupaten Nias-Provinsi Sumatera Utara, Penanggung Utang tidak diketahui keberdaannya/telah meninggal. |
||
|
|
|
|
c. |
dalam hal Piutang Perusahaan Negara/Daerah yang disalurkan/terjadi di eks provinsi timor Timur, Penanggung Utang tidak diketahui keberadaannya di wilayah Republik Indonesia/berada di wilayah eks Provinsi. |
||
|
|
|
(3) |
Pengajuan Usul Penghapusan Secara Mutlak berdasarkan ketentuan ayat (1), dapat dilakukan paling cepat setelah: |
|||
|
|
|
|
a. |
dilakukan pemanggilan dan dibuat Berita Acara Tanya Jawab oleh Kantor Pelayanan; atau |
||
|
|
|
|
b. |
diterbitkan Penetapan Jumlah Piutang Negara oleh PUPN Cabang.” |
||
|
|
4. |
Ketentuan Pasal 15 diubah, sehingga keseluruhan Pasal 15 berbunyi sebagai berikut: |
||||
|
|
|
“Pasal 15 |
||||
|
|
|
(1) |
Dalam hal Piutang Perusahaan Negara disalurkan/terjadi di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan/atau Kabupaten Nias-Provinsi Sumatera Utara, usul Penghapusan Secara Mutlak atas Piutang Perusahaan Negara dilampiri dengan dokumen sekurang-kurangnya: |
|||
|
|
|
|
a. |
dalam hal diperlukan adanya tingkat pengembalian piutang dokumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (10 huruf a, huruf c, dan huruf e; |
||
|
|
|
|
b. |
dalam hal Piutang Perusahaan Negara telah dinyatakan sebagai PSBDT, dokumen sebagaimana dimaksud pada Pasal 14 ayat (1) huruf a, huruf c, dan huruf d; atau |
||
|
|
|
|
c. |
dalam hal tidak diperlukan adanya tingkat pengembalian piutang atau tingkat pengembalian piutang lebih rendah dari tingkat pengembalian piutang sebagaimanadimaksud dalam Pasal 8 ayat (2); |
||
|
|
|
|
|
1) |
dokumen sebagaimana dimaksuddalam Pasal 14 ayat (1) huruf a, dan huruf c; dan |
|
|
|
|
|
|
2) |
surat keterangan dari Aparat/Pejabat yang berwenang menyatakan bahwa Penanggung Utang tidak mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan sisa kewajibannya/tidak diketahui keberadaannya/telah meninggal dunia dan/atau bukti bahwa barang jaminan tidak ada/rusak berat/hilang/musnah; dan |
|
|
|
|
|
d. |
surat keputusan/berita acara/surat pernyataan dari Pejabat yang berwenang atau dokumen lain yang membuktikan bahwa piutang telah seluruhnya dihapuskan secara bersyarat dari pembukuan sebelum atau pada tanggal 31 Desember 2005. |
||
|
|
|
(2) |
Dalam hal Piutang Perusahaan Negara yang disalurkan/terjadi di Provinsi nanggroe Aceh Darssalam dan/atau Kabupaten Nias-Provinsi Sumatera Utara, merupakan Piutang Perusahaan Negara sebagaimana dimaksud Pasal 3 ayat (6), usul Penghapusan Secara mutlak atas Piutang Perusahaan Negara dilampiri dengan dokumen sekurang-kurangnya: |
|||
|
|
|
|
a. |
dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1), atau |
||
|
|
|
|
b. |
dokumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2) huruf b.” |
||
|
|
5. |
Ketentuan Pasal 16 diubah, sehingga keseluruhan pasal 16 berbunyi sebagai berikut: |
||||
|
|
|
“Pasal 16 |
||||
|
|
|
(1) |
Dalam hal Piutang Perusahaan Negara disalurkan/terjadi di eks Provinsi Timor Timur, usul Penghapusan Secara Mutlak atas Piutang Perusahaan Negara dilampiri dengan dokumen sekurang-kurangnya: |
|||
|
|
|
|
a. |
dalam hal diperlukan adanya tingkat pengembalian piutang, dokumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) huruf a, huruf c, dan huruf e; |
||
|
|
|
|
b. |
dalam hal Piutang Perusahaan Negara telah dinyatakan sebagai PSBDT, dokumen sebagaimana dimaksud pada Pasal 14 ayat (1) huruf a, huruf c, dan huruf d; atau |
||
|
|
|
|
c. |
dalam hal tidak diperlukan adanya tingkat pengembalian piutang atau tingkat pengembalian piutang lebih rendah dari tingkat pengembalian piutang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2); yaitu: |
||
|
|
|
|
|
1) |
dokumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) huruf a, dan huruf c; dan |
|
|
|
|
|
|
2) |
surat keterangan dari Aparat/Pejabat yang berwenang menyatakan bahwa Penanggung utang tidak mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan sisa kewajibannya/tidak diketahui keberadaannya/telah meninggal dunia dan/atau bukti bahwa barang jaminan tidak ada/rusak berat/hilang/musnah; dan |
|
|
|
|
|
d. |
surat keputusan/berita acara/surat pernyataan dari Pejabat yang berwenang atau dokumen lain yang membuktikan bahwa piutang telah seluruhnya dihapuskan secara bersyarat dari pembukuan sebelum atau pada tanggal 31 Desember 2005. |
||
|
|
|
|
e. |
Perjanjian Kredit atau dokumen lain sejenis yang membuktikan bahwa piutang telah disalurkan/terjadi sebelum tanggal 20 Mei 2002. |
||
|
|
|
(2) |
Dalam hal Piutang Perusahaan Negara yang disalurkan/terjadi di eks Provinsi Timor Timur merupakan Piutang Perusahaan Negara sebagaimana dimaksud Pasal 3 ayat 96), usul Penghapusan Secara Mutlak atas Piutang Perusahaan Negara dilampiri dengan dokumen sekurang-kurangnya: |
|||
|
|
|
|
a. |
dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1); atau |
||
|
|
|
|
b. |
dokumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2) huruf b.” |
||
|
|
|
“Pasal 24 |
||||
|
|
|
Dalam hal Piutang Perusahaan Daerah disalurkan/terjadi di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan/atau Kabupaten Nias-Provinsi Sumatera Utara, permintaan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (1) dilampiri dengan dokumen sekurang-kurangnya: |
||||
|
|
|
a. |
dokumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (2), atau; |
|||
|
|
|
b. |
dokumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (3); dan |
|||
|
|
|
c. |
dalam hal dari hasil analisis menunjukan bahwa tidak diperlukan adanya tingkat pengembalian piutang atau tingkat pengembalian piutang lebih rendah dari tingkat pengembalian piutang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2), berupa surat keterangan dari Aparat/Pejabat yang berwenang menyatakan bahwa Penanggung Utang tidak mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan sisa kewajibannya/tidak diketahui keberadaannya/telah meninggal dunia dan/atau bukti bahwa barang jaminan tidak ada/rusak berat/hilang/musnah.” |
|||
|
|
7. |
Ketentuan Pasal 25 diubah, sehingga keseluruhan Pasal 25 berbunyi sebagai berikut: |
||||
|
|
|
“Pasal 25 |
||||
|
|
|
Dalam hal piutang Perusahaan Daerah disalurkan/terjadi di eks Provinsi Timor Timur, permintaan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (1) dilampiri dengan dokumen sekurang-kurangnya: |
||||
|
|
|
a. |
dokumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (2) atau ayat (3); |
|||
|
|
|
b. |
Perjanjian Kredit atau dokumen lain sejenis yang membuktikan bahwa piutang telah disalurkan/terjadi sebelum tanggal 20 Mei 2002; dan |
|||
|
|
|
c. |
dalam hal dari hasil analisis menunjukan bahwa tidak diperlukan adanya tingkat pengembalian piutang atau tingkat pengembalian piutang lebih rendah dari tingkat pengembalian piutang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2); berupa surat pernyataan dari perusahaan daerah yang menyatakan bahwa Penanggung Utang tidak mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan sisa kewajibannya/tidak diketahui keberadaannya/telah meninggal dunia dan/atau barang jaminan berada di eks Provinsi Timor Timur/tidak ada/ rusak berat/hilang/musnah.” |
|||
|
|
8. |
Ketentuan Pasal 30 diubah, sehingga keseluruhan Pasal 30 berbunyi sebagai berikut: |
||||
|
|
|
Pasal 30 |
||||
|
|
|
(1) |
Penetapan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 dan 28 digunakan PUPN Cabang sebagai dasar untuk menetapkan Piutang Negara Telah Dihapuskan Secara Mutlak (PTDM) dalam hal yang dihapuskan secara mutlak adalah: |
|||
|
|
|
|
a. |
Piutang Perusahaan Negara/Daerah yang telah dinyatakan sebagai PSBDT oleh PUPN cabang atau |
||
|
|
|
|
b. |
Piutang Perusahaan Negara/Daerah yang disalurkan/terjadi di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan/atau Kabupaten Nias-Provinsi Sumatera Utara atau di eks Provinsi Timor Timur yang belum dinyatakan sebagai PSBDT oleh PUPN Cabang tetapi telah diusulkan dan ditetapkan penghapusan secara mutlak. |
||
|
|
|
(2) |
Penetapan Piutang Negara Telah Dihapuskan Secara Mutlak (PTDM) disampaikan kepada: |
|||
|
|
|
|
a. |
Penanggung Utang; dan |
||
|
|
|
|
b. |
Direksi Perusahaan Negara/Daerah yang mengajukan usul penghapusan piutang Perusahaan Negara/Daerah.” |
||
|
|
9. |
Di antara BAB IV dan BAB V disisipkan 1 (satu) bab, yaitu BAB IV A sehingga berbunyi sebagai berikut: |
||||
|
|
“BAB IV A |
|||||
|
|
DOKUMEN PENGGANTI” |
|||||
|
|
10. |
DI antara Pasal 48 dan Pasal 49 disisipkan 1 (satu) pasal yang merupakan bagian BAB IV A, yaitu Pasal 48 A sehingga berbunyi sebagai berikut: |
||||
|
|
|
“Pasal 48 A |
||||
|
|
|
Dalam hal kelengkapan usul penghapusan berupa dokumen yang diterbitkan Panitia Cabang atau Kantor Pelayanan tidak dapat dipenuhi, dapat menggunakan dokumen lain yang berupa: |
||||
|
|
|
a. |
dokumen-dokumen pengganti berupa fotocopi data rekapitulasi yang terkait dengan dokumen piutang yang akan dihapuskan, dan |
|||
|
|
|
b. |
surat keterangan dari Kepala Kantor Pelayanan setempat.” |
|||
|
|
11. |
Di antara Pasal 50 dan Pasal 51 disisipkan 1 (satu) pasal, yaitu Pasal 50A sehingga berbunyi sebagai berikut: |
||||
|
|
|
“Pasal 50A |
||||
|
|
|
Dalam hal Piutang Perusahaan Negara/Daerah telah ditarik pengurusannya dari PUPN Cabang sebelum terbitnya Peraturan Menteri Keuangan ini, Direksi Perusahaan Negara/Daerah dapat langsung mengajukan usul/meminta pertimbangan Penghapusan Secara Mutlak terhadap Piutang Perusahaan Negara/Daerah.” |
||||
|
|
Pasal II |
|||||
|
|
Peraturan Menteri Keuangan ini
mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan. |
|||||
|
|
Agar setiap orang mengetahuinya,
memerintahkan pengumuman Peraturan Menteri Keuangan ini dengan penempatannya
dalam Berita Negara Republik Indonesia. |
|||||
|
|
|
|
|
|
|
Ditetapkan di Jakarta |
|
|
|
|
|
|
|
Pada tanggal 18 November 2005 |
|
|
|
|
|
|
|
|
MENTERI KEUANGAN, | |||||||
JUSUF ANWAR |