MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
SALINAN
KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK
NOMOR
90 / KMK.04 / 2002
TENTANG
TATA CARA PEMBERIAN PEMBEBASAN BEA MASUK DAN
CUKAI
ATAS BARANG PERWAKILAN NEGARA ASING DAN
PEJABATNYA
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK
Menimbang |
: |
a. |
bahwa
dengan adanya perubahan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang otomotif, perlu
dilakukan pengaturan kembali ketentuan pemberian pembebasan bea masuk dan
cukai atas barang untuk keperluan perwakilan negara asing dan pejabatnya yang
bertugas di Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Keputusan Menteri Keuangan
Nomor 146/KMK.05/1997 tentang Tata Cara Pemberian Pembebasan Bea Masuk Dan
Cukai Atas Impor Barang Untuk Keperluan Badan Internasional Beserta Para
Pejabatnya Yang Bertugas Di Indonesia, agar sesuai dengan kebijaksanaan
pemerintah dimaksud; |
|||
|
|
b. |
bahwa
berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan
Keputusan menteri Keuangan tentang Tata Cara Pemberian Pembebasan Bea Masuk
Dan Cukai Atas Barang Perwakilan Negara Asing Dan Pejabatnya; |
|||
Mengingat |
: |
1. |
Undang-undang
Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3612); |
|||
|
|
2. |
Undang-undang
Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1995 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3613); |
|||
|
|
3. |
Peraturan
Pemerintah Nomor 8 Tahun 1957 tentang Pembebasan dari Bea Masuk atas Dasar
Hubungan Internasional; |
|||
|
|
4. |
Keputusan
Menteri Keuangan Nomor 243/KMK.05/1996 tentang Pembebasan Cukai; |
|||
|
|
5. |
Keputusan
Menteri Keuangan Nomor 25/KMK.05/1996 tentang Tata Laksana Kepabeanan
Dibidang Impor; |
|||
|
MEMUTUSKAN : |
|||||
Menetapkan
|
: |
KEPUTUSAN
MENTERI KEUANGAN TENTANG TATA CARA PEMBERIAN PEMBEBASAN BEA MASUK DAN CUKAI
ATAS BARANG PERWAKILAN NEGARA ASING DAN PEJABATNYA. |
||||
|
BAB I KETENTUAN UMUM |
|||||
|
Pasal 1 |
|||||
|
|
Dalam
Keputusan Menteri Keuangan ini yang dimaksud dengan : |
||||
|
|
1. |
Perwakilan
negara asing adalah perwakilan diplomatik, perwakilan konsuler, dan
organisasi internasional yang diperlakukan sebagai perwakilan
diplomatik/konsuler sebagaimana tercantum dalam Lampiran I Keputusan Menteri
Keuangan ini. |
|||
|
|
2. |
Azas
timbal balik adalah azas perlakuan yang sama mengenai hak istimewa dan
kekebalan terhadap perwakilan negara asing (diplomatik dan konsuler) beserta
pejabatnya yang berstatus diplomatic di Indonesia sebagaimana perlakuan
terhadap perwakilan Republik |
|||
|
|
3. |
Pejabat
adalah staf diplomatik yang ditugaskan pada perwakilan negara asing di |
|||
|
|
4. |
Pejabat
Senior adalah staf pada perwakilan negara asing setingkat counsellor ke atas. |
|||
|
|
5. |
Kendaraan
bermotor adalah kendaraan bermotor roda empat yang dipergunakan dalam rangka
pelaksanaan tugas perwakilan diplomatik. |
|||
|
|
6. |
Barang
pindahan adalah barang yang karena kepindahan pemiliknya ke
Indonesia,dimasukkan ke dalam daerah pabean Indonesia yang terdiri dari
barang rumah tangga yang digunakan dalam rangka menunjang tugas diplomatiknya
di Indonesia dan akan tetap sebagai bagian dari rumah tangganya, termasuk
kendaraan bermotor. |
|||
|
|
7. |
Jumlah
yang wajar adalah jumlah kendaraan bermotor yang disesuaikan dengan kebutuhan
perwakilan negara asing berdasarkan jumlah pejabat kantor perwakilan yang
bersangkutan dan berdasarkan azas timbal balik. |
|||
|
|
8. |
Kewajaran
tipe adalah kewajaran tipe dan jenis kendaraan bermotor yang diimpor sesuai
dengan jenjang kepangkatan/gelar diplomatik dan kebutuhan pejabat yang
bersangkutan dalam rangka menunjang pekerjaan dan misi diplomatik di
Indonesia. |
|||
|
BAB II PEMBEBASAN BEA MASUK DAN CUKAI |
|||||
|
Pasal 2 |
|||||
|
|
Pembebasan
bea masuk dan cukai diberikan atas impor barang milk perwakilan negara asing
beserta pejabatnya dalam upaya menunjang tugas/fungsi diplomatik perwakilan
negara asing di |
||||
|
Pasal 3 |
|||||
|
|
Barang
perwakilan negara asing beserta para pejabatnya sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2, meliputi : |
||||
|
|
a. |
Barang
yang dipakai untuk keperluan resmi; |
|||
|
|
b. |
Barang
yang digunakan untuk pendirian dan/atau perbaikan gedung yang ditempati oleh
perwakilan negara asing; |
|||
|
|
c. |
Barang
pindahan milik pejabat perwakilan negara asing; |
|||
|
|
d. |
Barang
yang dipakai untuk keperluan sendiri termasuk pemakaian oleh anggota keluarga
dari pejabat perwakilan negara asing. |
|||
|
Pasal 4 |
|||||
|
|
Atas
pemasukan barang-barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf c dan d
diberikan pembebasan bea masuk dan cukai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
dengan ketentuan : |
||||
|
|
a. |
pejabat
perwakilan Negara asing tersebut tidak menjalankan pekerjaan lain di luar
tugasnya di |
|||
|
|
b. |
prosedur
pengangkatannya tidak dilakukan di |
|||
|
|
c. |
pejabat perwakilan negara asing tersebut
merupakan warga negara asing. |
|||
|
BAB III |
|||||
|
Pasal 5 |
|||||
|
|
(1) |
Untuk
keperluan Kantor perwakilan diplomatik, diberikan pembebasan bea masuk atas
impor atau pembelian kendaraan bermotor dalam keadaan jadi (CBU) paling banyak
16 (enam belas) unit untuk Kantor dengan pejabat senior lebih dari 10
(sepuluh) orang dan 10 (sepuluh) unit untuk Kantor dengan pejabat senior 10
(sepuluh) orang atau kurang. |
|||
|
|
(2) |
Untuk
keperluan Kantor perwakilan konsuler dan Kantor perwakilan organisasi
internasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 1 diberikan pembebasan
bea masuk atas impor atau pembelian kendaraan bermotor dalam keadaan jadi
(CBU) paling banyak 6 (enam) unit untuk Kantor dengan pejabat senior lebih
dari 5 ( |
|||
|
|
(3) |
Dalam
hal kantor perwakilan negara asing memerlukan kendaraan bermotor melebihi
jumlah yang ditentukan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dan ayat (2)
dapat pula diberikan pembebasan bea masuk atas pembelian kendaraan bermotor
yang diproduksi/dirakit dalam negeri (CKD). |
|||
|
|
(4) |
Berdasarkan
azas timbal balik, selain jumlah yang diatur dalam ayat (1), dan ayat (2)
pembebasan bea masuk dapat pula diberikan atas impor atau pembelian kendaraan
bermotor dalam keadaan jadi (CBU) dalam jumlah yang sama dengan yang
diperoleh perwakilan |
|||
|
|
(5) |
Dalam
hal kantor perwakilan negara asing memerlukan kendaraan bermotor dengan jenis
selain yang diatur dalam Pasal 1 butir 5, dapat pula diberikan pembebasan bea
masuk atas pembelian atau impor kendaraan bermotor tersebut berdasarkan azas
timbal balik. |
|||
|
Pasal 6 |
|||||
|
|
(1) |
Pembebasan
bea masuk diberikan atas impor atau pmbelian kendaraan bermotor dalam keadaan
jadi (CBU) oleh pejabat perwakilan
negara asing, dengan ketentuan : |
|||
|
|
|
a. |
Untuk
Duta besar perwakilan negara asing, paling banyak 1 (satu) unit selama
bertugas di |
||
|
|
|
b. |
Untuk
Kepala perwakilan pejabat negara asing yang bukan duta besar, pejabat
perwakilan negara asing, yang berstatus diplomatik serta pejabat dari
organisasi internasional yang tercantum dalam Lampiran I Keputusan ini,
paling banyak 1 (satu) unit selama bertugas di |
||
|
|
(2) |
Dalam
hal pejabat perwakilan negara asing sbagaimana dimaksud dalam ayat (1)
memerlukan lebih dari 1 (satu) unit kendaraan bermotor, yang bersangkutan
dapat pula diberikan pembebasan bea masuk atas pembelian paling banyak 1
(satu) unit kendaraan bermotor yang diproduksi/dirakit di dalam negeri (CKD). |
|||
|
Pasal 7 |
|||||
|
|
(1) |
Untuk
keperluan staf administrasi dan teknik perwakilan negara asing yang memiliki
paspor diplomatik selama bertugas di |
|||
|
|
(2) |
Selam
bertugas di |
|||
|
Pasal 8 |
|||||
|
|
(1) |
Keputusan
pembebasan bea masuk dan cukai diberikan oleh Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai atas permohonan kepala perwakilan negara asing atau pejabat yang
ditunjuk setelah mendapat persetujuan dari Departemen Luar Negeri. |
|||
|
|
(2) |
Permohonan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dibuat menurut contoh sebagaimana
ditetapkan dalam Lampiran II Keputusan Menteri Keuangan ini. |
|||
|
BAB IV PENJUALAN DAN PEMINDAHTANGANAN KENDARAAN BERMOTOR |
|||||
|
Pasal 9 |
|||||
|
|
(1) |
Kendaraan
bermotor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dapat dijual atau
dipindahtangankan dengan ketentuan : |
|||
|
|
|
a. |
Telah
digunakan selama 3 (tiga) tahun sejak tanggal keputusan Direktur Jenderal Bea
dan Cukai; atau |
||
|
|
|
b. |
Kendaraan
bermotor tersebut secara meyakinkan terbukti tidak dapat dipergunakan lagi
sebelum jangka waktu 3 (tiga) tahun. |
||
|
|
(2) |
Keputusan
pemberianizin penjualan atau pemindahtanganan kendaraan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) diberikan oleh Direktur Jenderal Bea dan Cukai setelah
mendapatkan persetujuan Departemen Luar Negeri. |
|||
|
|
(3) |
Pembelian
atau pengimporan kendaraan bermotor baru oleh dan untuk kantor perwakilan Negara
asing sebagai pengganti kendaraan bermotor yang telah dijual atau
dipindahtangankan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat dilakukan setelah
bea masuk dan pajak dalam rangka impor atas kendaraan bermotor yang dijual
atau dipindahtangankan dilunasi. |
|||
|
Pasal 10 |
|||||
|
|
Kendaraan
bermotor sebagimana dimaksud dalam Pasal 6 dan Pasal 7 hanya dapat dijual
atau dipindahtangankan kepada pihak lain, dengan ketentuan : |
||||
|
|
a. |
Telah
digunakan sekurang-kurangnya selama 2 (dua) tahun sejak tanggal keputusan
Direktur Jenderal Bea dan Cukai; atau |
|||
|
|
b. |
Masa
tugas yang bersangkutan di |
|||
|
|
c. |
Kendaraan
bermotor tersebut secara meyakinkan terbukti tidak dapat/tidak layak
dipergunakan lagi dalam melaksanakan tugas sebelum 2 (dua) tahun. |
|||
|
Pasal 11 |
|||||
|
|
(1) |
Permohonan
penjualan atau pemindahtanganan kendaraan bermotor diajukan kepada Direktur
Jenderal Bea dan Cukai oleh pemilik/pejabat yang memiliki atau kuasanya
berdasarkan persetujuan dari Departemen Luar Negeri dengan menyebutkan alasan
pemindahtanganan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 dan Pasal 10. |
|||
|
|
(2) |
Permohonan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diajukan dengan menggunakan Formulir
sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran III Keputusan Menteri Keuangan ini. |
|||
|
Pasal 12 |
|||||
|
|
Atas
penjualan atau pemindahtanganan kendaraan bermotor sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9 dan Pasal 10, bea masuk dan pajak dalam rangka impor yang terhutang
harus dilunasi dengan menggunakan tarif pembebanan dan nilai pabean yang
berlaku pada saat kendaraan bermotor dimaksud dijual atau dipindahtangankan. |
||||
|
BAB VI |
|||||
|
Pasal 14 |
|||||
|
|
Ketentuan
teknis yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan ketentuan dalam Keputusan
Menteri Keuangan ini diatur lebih lanjut dengan Keputusan Direktur Jenderal
Bea dan Cukai. |
||||
|
Pasal 15 |
|||||
|
|
Pada
saat Keputusan Menteri Keuangan ini mulai berlaku, : |
||||
|
|
1. |
Keputusan
Menteri Keuangan Nomor 452/KMK.01/1995; dan |
|||
|
|
2. |
Keputusan
Menteri Keuangan Nomor 146/KMK.05/1997; |
|||
|
Pasal 16 |
|||||
|
|
Keputusan
Menteri Keuangan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. |
||||
|
|
Agar
setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman Keputusan Menteri
Keuangan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik |
||||
|
|
|
Ditetapkan
di Jakarta pada
tanggal 12 Maret
2002 MENTERI
KEUANGAN REPUBLIK BOEDIONO |
|||
LAMPIRAN I |
KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK |
NOMOR 90
/ KMK.04 / 2002 TENTANG
TATA CARA |
PEMBERIAN PEMBEBASAN BEA MASUK DAN CUKAI ATAS |
BARANG PERWAKILAN NEGARA ASING DAN |
PEJABATNYA |
DAFTAR
NAMA ORGANISASI INTERNASIONAL :
1. |
Asean (Association of |
2. |
ASEAN Foundation |
3. |
UNTAET (United Nations Transitional
Administration in |
|
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK BOEDIONO |