MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
SALINAN
PERATURAN MENTERI KEUANGAN
NOMOR 191/PMK.09/2008
TENTANG
PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO
DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN KEUANGAN
MENTERI KEUANGAN,
Menimbang |
: |
a. |
bahwa dalam rangka penyelenggaraan pengelolaan keuangan dan kekayaan negara di lingkungan Departemen Keuangan, perlu menerapkan manajemen risiko dalam rangka mendukung pencapaian tugas dan fungsi organisasi secara efektif dan efisien; |
||
|
|
b. |
bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Penerapan Manajemen Risiko di Lingkungan Departemen Keuangan; |
||
Mengingat |
: |
1. |
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); |
||
|
|
2. |
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); |
||
|
|
3. |
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4890); |
||
|
|
4. |
Keputusan Presiden Nomor 20/P Tahun 2005; |
||
|
|
5. |
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 464/KMK.01/2005 tentang Pedoman Strategi dan Kebijakan Departemen Keuangan (Road-Map Departemen Keuangan) Tahun 2005-2009; |
||
|
|
6. |
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 100/PMK.01/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Keuangan sebagaimana telah diubah dengan 149/PMK.01/2008; |
||
|
|
MEMUTUSKAN : |
|||
Menetapkan |
: |
PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN KEUANGAN. |
|||
|
Pasal 1 |
||||
|
|
Dalam Peraturan Menteri Keuangan ini yang dimaksud dengan : |
|||
|
|
1. |
Manajemen Risiko adalah pendekatan sistematis untuk menentukan tindakan terbaik dalam kondisi ketidakpastian. |
||
|
|
2. |
Risiko adalah segala sesuatu yang berdampak negatif terhadap pencapaian tujuan yang diukur berdasarkan kemungkinan dan dampaknya. |
||
|
|
3. |
Compliance Office for Risk Management adalah Inspektorat jenderal yang bertugas melaksanakan audit terhadap penerapan Manajemen Risiko pada Unit Eselon I di lingkungan Departemen Keuangan. |
||
|
Pasal 2 |
||||
|
|
(1) |
Setiap unit Eselon I di lingkungan Departemen Keuangan harus menerapkan dan mengembangkan Manajemen Risiko di lingkungan masing-masing. |
||
|
|
(2) |
penerapan dan pengembangan Manajemen Risiko sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh seluruh unit Eselon II sebagai unit yang memiliki Risiko yang selanjutnya disebut Unit Pemilik Risiko. |
||
|
|
(3) |
Pimpinan unit Eselon II sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan Pemilik Risiko. |
||
|
Pasal 3 |
||||
|
|
(1) |
Terhadap penerapan dan pengembangan Manajemen Risiko sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) dilakukan pengendalian. |
||
|
|
(2) |
Pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi : |
||
|
|
|
a. |
Pengendalian tingkat kebijakan; dan |
|
|
|
|
b. |
Pengendalian tingkat operasional. |
|
|
Pasal 4 |
||||
|
|
(1) |
Pengendalian tingkat kebijakan dilakukan oleh Komite Manajemen Risiko yang dibentuk dengan keputusan pimpinan unit Eselon I. |
||
|
|
(2) |
Susunan keanggotaan Komite Manajemen Risiko terdiri dari : |
||
|
|
|
a. |
Pimpinan unit Eselon I sebagai Ketua Komite Manajemen Risiko; dan |
|
|
|
|
b. |
Dua orang pejabat Eselon II sebagai Anggota. |
|
|
|
(3) |
Salah satu pejabat Eselon II sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b ditunjuk sebagai Ketua Manajemen Risiko dengan keputusan pimpinan unit Eselon I. |
||
|
Pasal 5 |
||||
|
|
(1) |
Pengendalian tingkat operasional pada masing-masing unit Eselon II dilakukan oleh para Pemilik Risiko. |
||
|
|
(2) |
Pengendalian tingkat operasional seluruh unit Eselon II dikoordinasikan oleh Ketua Manajemen Risiko melalui rapat berkala. |
||
|
Pasal 6 |
||||
|
|
(1) |
Proses Manajemen Risiko terdiri dari : |
||
|
|
|
a. |
penetapan konteks; |
|
|
|
|
b. |
identifikasi risiko; |
|
|
|
|
c. |
analisis risiko; |
|
|
|
|
d. |
evaluasi risiko; |
|
|
|
|
e. |
penanganan risiko; |
|
|
|
|
f. |
monitoring dan reviu; dan |
|
|
|
|
g. |
komunikasi dan konsultasi. |
|
|
|
(2) |
Penerapan proses Manajemen Risiko sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disesuaikan dengan tugas dan fungsi masing-masing unit Eselon I dan diselesaikan dalam jangka waktu 6 (enam) bulan setelah Peraturan Menteri Keuangan ini ditetapkan. |
||
|
Pasal 7 |
||||
|
|
(1) |
penetapan konteks sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf a, dilakukan dengan cara menjabarkan latar belakang, ruang lingkup, tujuan, dan kondisi lingkungan pengendalian dimana manajemen risiko akan diterapkan. |
||
|
|
(2) |
Identifikasi risiko sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf b, dilakukan dengan cara mengidentifikasi lokasi, waktu, sebab dan proses terjadinya peristiwa risiko yang dapat menghalangi, menurunkan, atau menunda tercapainya sasaran unit Eselon I. |
||
|
|
(3) |
Analisis risiko sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf c, dilakukan dengan cara mencermati sumber risiko dan tingkat pengendalian yang ada serta dilanjutkan dengan menilai risiko dari sisi konsekuensi dan kemungkinan terjadinya. |
||
|
|
(4) |
Evaluasi risiko sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf d, dilakukan untuk pengambilan keputusan mengenai perlu tidaknya dilakukan penanganan risiko lebih lanjut serta prioritas penanganannya. |
||
|
|
(5) |
penanganan risiko sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf e, dilakukan dengan mengidentifikasi berbagai opsi penanganan risiko yang tersedia dan memutuskan opsi penanganan risiko yang terbaik yang dilanjutkan dengan pengembangan rencana mitigasi risiko. |
||
|
|
(6) |
Monitoring dan Reviu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf f, dilakukan dengan cara memantau efektivitas rencana penanganan risiko, strategi, dan sistem manajemen risiko. |
||
|
|
(7) |
Komunikasi dan konsultasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf g, dilakukan dengan cara mengembangkan komunikasi kepada stakeholder internal maupun eksternal. |
||
|
Pasal 8 |
||||
|
|
Dalam menerapkan dan mengembangkan Manajemen Risiko, setiap unit Eselon I mengacu pada : |
|||
|
|
a. |
Pedoman Umum Manajemen Risiko sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran I Peraturan Menteri Keuangan ini; dan |
||
|
|
b. |
Pedoman Pelaksanaan Manajemen Risiko sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran II Peraturan Menteri Keuangan ini. |
||
|
Pasal 9 |
||||
|
|
(1) |
Setiap unit Eselon I di lingkungan Departemen Keuangan dapat meminta konsultasi dan pembimbingan dalam penerapan Manajemen Risiko kepada Compliance Office for Risk Management. |
||
|
|
(2) |
Konsultasi dan pembimbingan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilaksanakan sejak tanggal ditetapkannya Peraturan Menteri Keuangan ini. |
||
|
Pasal 10 |
||||
|
|
Peraturan Menteri Keuangan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. |
|||
|
|
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman Peraturan Menteri Keuangan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. |
|||
|
|
|
|
|
Ditetapkan di Jakarta |
|
|
|
|
|
pada tanggal 24 November 2008 |
|
|
|
|
|
MENTERI KEUANGAN |
ttd. | |||||
SRI MULYANI INDRAWATI |