MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
SALINAN
PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 217/PMK.05/2014
TENTANG
PERKIRAAN DEFISIT YANG MELAMPAUI TARGET DEFISIT ANGGARAN
PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2014 DAN
TAMBAHAN PEMBIAYAAN DEFISIT YANG DIPERKIRAKAN MELAMPAUI
TARGET DEFISIT ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA
TAHUN ANGGARAN 2014
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang |
: |
bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 20A Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2013 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2014 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2014, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Perkiraan Defisit Yang Melampaui Target Defisit Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2014 Dan Tambahan Pembiayaan Defisit Yang Diperkirakan Melampaui Target Defisit Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2014; |
|||||||
Mengingat |
: |
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2013 tentang Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2014 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5462), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2014 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 142, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5547); |
|||||||
|
|||||||||
MEMUTUSKAN: |
|||||||||
Menetapkan |
: |
PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG PERKIRAAN DEFISIT YANG MELAMPAUI TARGET DEFISIT ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2014 DAN TAMBAHAN PEMBIAYAAN DEFISIT YANG DIPERKIRAKAN MELAMPAUI TARGET DEFISIT ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2014. |
|||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Pasal 1 |
|||||||||
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: |
|||||||||
1. |
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang selanjutnya disingkat APBN adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat. |
||||||||
2. |
Defisit adalah selisih kurang antara pendapatan dan belanja selama 1 (satu) periode pelaporan. |
||||||||
3. |
Komite Asset-Liability Management Kementerian Keuangan yang selanjutnya disebut Komite ALM adalah komite yang bertugas untuk membantu Menteri Keuangan antara lain untuk menentukan kebijakan pengendalian risiko likuiditas (shortage of cash) dan risiko pendanaan (shortage of financing) yang timbul dalam pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dalam kerangka ALM. |
||||||||
|
|
4. |
Saldo Anggaran Lebih yang selanjutnya disingkat SAL adalah akumulasi neto dari Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) dan Sisa Kurang Pembiayaan Anggaran (SiKPA) tahun anggaran yang lalu dan tahun anggaran yang bersangkutan setelah ditutup, ditambah/dikurangi dengan koreksi pembukuan. |
||||||
|
|
5. |
Pinjaman Siaga adalah pinjaman yang berasal dari lembaga multilateral dan bilateral, antara lain World Bank (Program For Economic Resilience, Investment and Social Assisstance in Indonesia (PERISAI)), Asian Development Bank (Precautionary Financing Facility dan/atau Countercyclical Support Facility). |
||||||
|
|
6. |
Surat Berharga Negara yang selanjutnya disingkat SBN meliputi Surat Utang Negara dan Surat Berharga Syariah Negara. |
||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Pasal 2 |
|||||||||
|
|
Target Defisit APBN Tahun Anggaran 2014 ditetapkan sebesar Rp241.494.273.662.000,00 (dua ratus empat puluh satu triliun empat ratus sembilan puluh empat miliar dua ratus tujuh puluh tiga juta enam ratus enam puluh dua ribu rupiah). |
|||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Pasal 3 |
|||||||||
|
|
(1) |
Dalam rangka mengantisipasi Defisit yang melampaui target Defisit APBN Tahun Anggaran 2014 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Komite ALM menghitung besaran perkiraan Defisit. |
||||||
|
|
(2) |
Besaran perkiraan Defisit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung berdasarkan: |
||||||
|
|
|
a. |
Proyeksi perkembangan asumsi ekonomi makro; |
|||||
|
|
|
b. |
Proyeksi pendapatan negara; |
|||||
|
|
|
c. |
Proyeksi belanja negara; dan |
|||||
|
|
|
d. |
Proyeksi pembiayaan anggaran. |
|||||
|
|||||||||
Pasal 4 |
|||||||||
|
|
(1) |
Dalam hal besaran perkiraan Defisit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 melampaui target Defisit APBN Tahun Anggaran 2014 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, perkiraan tambahan Defisit tersebut dibiayai dengan menggunakan tambahan pembiayaan. |
||||||
|
|
(2) |
Tambahan pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersumber dari: |
||||||
|
|
|
a. |
Dana SAL; |
|||||
|
|
|
b. |
Penarikan Pinjaman Siaga; dan/atau |
|||||
|
|
|
c. |
Penerbitan SBN. |
|||||
|
|
|
|
|
|||||
Pasal 5 |
|||||||||
|
|
Dalam rangka membiayai perkiraan tambahan Defisit, Komite ALM memilih dan menghitung besaran sumber tambahan pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2). |
|||||||
|
|||||||||
Pasal 6 |
|||||||||
|
|
(1) |
Berdasarkan perhitungan Komite ALM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, Menteri Keuangan menetapkan besaran perkiraan Defisit yang melampaui target Defisit APBN Tahun Anggaran 2014 dan besaran tambahan pembiayaan Defisit yang diperkirakan melampaui target Defisit APBN Tahun Anggaran 2014 dalam Keputusan Menteri Keuangan. |
||||||
|
|
(2) |
Keputusan Menteri Keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat: |
||||||
|
|
|
a. |
Besaran perkiraan tambahan Defisit; |
|||||
|
|
|
b. |
Besaran perkiraan Defisit yang melampaui target Defisit APBN Tahun Anggaran 2014; |
|||||
|
|
|
c. |
Besaran tambahan pembiayaan; |
|||||
|
|
|
d. |
Sumber tambahan pembiayaan; dan |
|||||
|
|
|
e. |
Besaran tambahan pembiayaan dari masing-masing sumber sebagaimana dimaksud pada huruf d. |
|||||
|
|
(3) |
Keputusan Menteri Keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat sesuai format sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. |
||||||
|
|||||||||
Pasal 7 |
|||||||||
|
|
(1) |
Dalam hal tambahan pembiayaan sesuai Keputusan Menteri Keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 bersumber dari dana SAL, Direktur Jenderal Perbendaharaan melakukan pemindahbukuan dana SAL dari Rekening Kas Saldo Anggaran Lebih ke Rekening Kas Umum Negara dalam Rupiah. |
||||||
|
|
(2) |
Mekanisme pemindahbukuan dana SAL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan mengenai pengelolaan SAL. |
||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Pasal 8 |
|||||||||
|
|
(1) |
Dalam hal tambahan pembiayaan sesuai Keputusan Menteri Keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 bersumber dari penarikan Pinjaman Siaga, Direktur Jenderal Pengelolaan Utang melakukan penarikan Pinjaman Siaga. |
||||||
|
|
(2) |
Mekanisme penarikan Pinjaman Siaga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai ketentuan mengenai penarikan Pinjaman Siaga. |
||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Pasal 9 |
|||||||||
|
|
(1) |
Dalam hal tambahan pembiayaan sesuai Keputusan Menteri Keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 bersumber dari penerbitan SBN, Direktur Jenderal Pengelolaan Utang melakukan penerbitan SBN. |
||||||
|
|
(2) |
Mekanisme penerbitan SBN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai Peraturan Menteri Keuangan mengenai SBN. |
||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Pasal 10 |
|||||||||
|
|
Penggunaan dana SAL, penarikan Pinjaman Siaga, dan/atau penerbitan SBN sebagai tambahan pembiayaan ditetapkan dan dilaporkan dalam Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) Tahun 2014. |
|||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Pasal 11 |
|||||||||
|
|
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. |
|||||||
|
|
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. |
|||||||
Ditetapkan di Jakarta |
|||||||||
pada tanggal 5 Desember 2014 |
|||||||||
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, |
|||||||||
|
ttd. |
||||||||
BAMBANG P. S. BRODJONEGORO |
|||||||||
Diundangkan di Jakarta |
|||||||||
pada tanggal 5 Desember |
|||||||||
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA |
|||||||||
|
|||||||||
ttd. |
|||||||||
|
|||||||||
YASONNA H. LAOLY |
|||||||||
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 NOMOR 1860 |
Lampiran.......................................