PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK
INDONESIA
NOMOR 25 TAHUN 1996
TENTANG
IZIN PENGUSAHA BARANG
KENA CUKAI
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
MEMUTUSKAN:
Menetapkan
: |
PERATURAN
PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG IZIN PENGUSAHA BARANG KENA CUKAI. |
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Pemerintah ini yang
dimaksud dengan:
1.
|
Undang-undang adalah Undang-undang
Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai.
Pengusaha Barang Kena Cukai adalah
badan hukum atau orang pribadi yang mengusahakan Pabrik atau Tempat Penyimpanan
atau Tempat Penjualan Eceran Etil Alkohol dan Minuman Mengandung Etil Alkohol
atau mengimpor Barang Kena Cukai yang pelunasan cukainya dengan cara pelekatan
pita cukai.
|
2.
|
Pabrik adalah tempat tertentu termasuk
bangunan, halaman, dan lapangan yang merupakan bagian daripadanya, yang
diper-gunakan untuk menghasilkan Barang Kena Cukai dan/atau untuk mengemas
Barang Kena Cukai dalam kemasan untuk penjualan eceran.
|
3.
|
Tempat Penyimpanan adalah tempat,
bangunan, dan/atau lapangan yang bukan merupakan bagian dari Pabrik, yang
dipergunakan untuk menyimpan Barang Kena Cukai berupa etil alkohol yang
masih terutang cukai dengan tujuan untuk disalurkan, dijual, atau diekspor;
|
4.
|
Menteri adalah Menteri Keuangan.
|
|
Pasal 2
|
(1) |
Pengusaha Barang Kena Cukai wajib
memiliki izin dari Menteri.
|
(2)
|
Kewajiban sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) tidak berlaku terhadap pembuat Barang Kena Cukai sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 8 ayat (1) Undang-undang dan Tempat Penjualan Eceran etil alkohol
yang besar penjualannya rata-rata tidak lebih dari 1.000 (seribu) liter
setiap bulan.
|
Pasal 3
(1) |
Izin sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 meliputi:
|
|
|
|
|
a.
|
Izin Usaha Pabrik.
|
|
|
|
b.
|
Izin Usaha Tempat Penyimpanan.
|
|
|
|
c.
|
Izin Usaha Tempat Penjualan Eceran
Etil Alkohol dan Minuman Mengandung Etil Alkohol; atau
|
|
|
|
d.
|
Izin Usaha Importir Barang Kena
Cukai.
|
|
|
(2)
|
Izin sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) tidak mengurangi izin yang dipersyaratkan oleh Departemen atau instansi
lain.
|
|
|
|
BAB II
PEMBERIAN IZIN
Pasal 4
Izin usaha sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 diberikan kepada:
|
|
a.
|
badan hukum atau orang pribadi yang
berkedudukan di Indonesia; atau
|
b.
|
badan hukum atau orang pribadi yang
secara sah mewakili badan hukum atau orang pribadi yang berkedudukan di
luar Indonesia.
|
Pasal
5
(1) |
Untuk mendapatkan izin usaha sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3, pemohon mengajukan permohonan secara tertulis kepada
Menteri dengan melampirkan:
|
|
|
|
|
a.
|
Berita Acara Pemeriksaan dan gambar
denah lokasi/ bangunan/tempat usaha;
|
|
|
|
b.
|
Salinan atau photocopy surat atau
izin dari instansi terkait sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku yang telah dilegalisir oleh pejabat yang berwenang;
|
|
|
|
c.
|
Pernyataan untuk tidak menjual minuman
mengandung etil alkohol kepada yang berusia di bawah 21 (dua puluh satu)
tahun, khusus untuk permohonan Izin Usaha Tempat Penjualan Eceran Minuman
Mengandung Etil Alkohol.
|
|
|
(2)
|
Lokasi/bangunan/tempat usaha sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a harus memenuhi ketentuan:
|
|
|
|
|
a.
|
Untuk Pabrik:
|
|
|
|
|
(1)
|
dilarang berhubungan langsung dengan
Pabrik lainnya atau Tempat Penyimpanan;
|
|
|
|
(2)
|
dilarang berhubungan langsung dengan
rumah tinggal atau Tempat Penjual Eceran Barang Kena Cukai;
|
|
|
|
(3)
|
harus berbatasan langsung dengan
jalan umum.
|
|
|
b.
|
Untuk Tempat Penyimpanan:
|
|
|
|
|
(1)
|
dilarang berhubungan langsung dengan
Pabrik atau Tempat Penyimpanan lainnya;
|
|
|
|
(2)
|
dilarang berhubungan langsung dengan
rumah tinggal atau Tempat Penjualan Eceran Barang Kena Cukai;
|
|
|
|
(3)
|
harus berbatasan langsung dengan
jalan umum.
|
|
|
c.
|
Untuk Tempat Usaha Importir Barang
Kena Cukai yang pelunasan cukainya dengan cara pelekatan pita cukai:
|
|
|
|
|
(1)
|
dilarang berhubungan langsung dengan
Pabrik, Tempat Penyimpanan atau Tempat Penjualan Eceran Barang Kena Cukai;
|
|
|
|
(2)
|
harus berbatasan langsung dengan
jalan umum.
|
|
|
d.
|
Untuk Tempat Penjualan Eceran Minuman
Mengandung Etil Alkohol:
|
|
|
|
|
(1)
|
dilarang berdekatan dengan tempat
ibadah umum, sekolah atau rumah sakit;
|
|
|
|
(2)
|
dilarang berhubungan langsung dengan
Pabrik atau Tempat Penyimpanan;
|
|
|
|
(3)
|
harus berbatasan langsung dengan
jalan umum.
|
|
Pasal 6
(1) |
Menteri memberikan keputusan berupa
menerima atau menolak permohonan sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 ayat
(1) dalam jangka waktu paling lama 60 (enam puluh) hari sejak permohonan
diterima secara lengkap dan benar.
|
(2)
|
Apabila dalam jangka waktu 60 (enam
puluh) hari Menteri tidak memberikan keputusan, permohonan yang bersangkutan
dianggap ditolak.
|
(3)
|
Dalam hal permohonan diterima, diterbitkan
Surat Izin Usaha.
|
(4) |
Dalam hal
permohonan ditolak, diterbitkan Surat Penolakan kepada pemohon. |
Pasal 7
(1) |
Izin Usaha Pabrik, Izin Usaha Tempat
Penyimpanan, Izin Usaha Impor Barang Kena Cukai dan Izin Usaha Tempat Penjualan
Eceran Etil Alkohol, berlaku selama Pengusaha Barang Kena Cukai masih menjalankan
usahanya.
|
(2)
|
Izin Usaha Tempat Penjualan Minuman
mengandung Etil Alkohol berlaku untuk jangka waktu lima tahun, dan dapat
diperpanjang.
|
BAB III
PENCABUTAN IZIN
Pasal 8
(1) |
Izin sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 dapat dicabut dalam hal:
a. atas permohonan pemegang
izin yang bersangkutan;
b. tidak dilakukan kegiatan
selama satu tahun;
c. persyaratan perizinan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 ayat (1)
dan (2) tidak lagi dipenuhi;
d. pemegang izin tidak
lagi secara sah mewakili badan hukum atau
orang pribadi yang berkedudukan
di luar Indonesia;
e. pemegang izin dinyatakan
pailit;
f. tidak lagi dipenuhi
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal pasal
14 ayat (3) Undang-undang;
g. pemegang izin dipidana
berdasarkan keputusan hakim yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap karena
melanggar Undang-undang;
h. pemegang izin melanggar
ketentuan Pasal 30 Undang-undang.
|
(2) |
a. dilakukan renovasi;
b. terjadi bencana alam
atau keadaan lain yang berada di luar kemampuan
Pengusaha Barang Kena Cukai.
|
|
|
(3) |
Pemegang izin wajib melaporkan kepada
Kepala Kantor Direktorat Jenderal Bea dan Cukai :
a. dalam waktu 7 (tujuh)
hari, sebelum kegiatan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (2) huruf a dilakukan;
b. dalam jangka waktu 7 (tujuh)
hari, terhitung sejak peristiwa sebagaimana dimaksud
dalam ayat (2) huruf b terjadi.
|
|
|
(4) |
Pencabutan
izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Menteri. |
Pasal 9
(1) |
Dalam hal
izin Usaha Pabrik atau Izin Usaha Tempat Penyimpanan dicabut, terhadap
Barang Kena Cukai yang masih berada dalam Pabrik atau Tempat Penyimpanan
harus dilunasi cukainya dan dikeluarkan dari Pabrik atau Tempat Penyimpanan
dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya surat keputusan
pencabutan izin. |
(2) |
Untuk mendapatkan
kepastian jumlah Barang Kena Cukai yang belum dilunasi cukainya, Direktur
Jenderal Bea dan Cukai yang masih berada dalam Pabrik atau Tempat Penyimpanan
tersebut. |
Pasal 10
Terhadap Pengusaha Barang Kena Cukai
yang izin usahanya dicabut, dapat dilakukan pencacahan terhadap pita cukai
yang masih tersisa di tempat usahanya.
BAB
IV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 11
Ketentuan lebih lanjut yang diperlukan
bagi pelaksanaan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini diatur oleh Menteri.
Pasal 12
Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku
pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya,
memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan penempatannya
dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 2 April 1996
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
SOEHARTO
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK
INDONESIA TAHUN 1996 NOMOR 39.
PENJELASAN ATAS
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 25 TAHUN 1996
TENTANG
IZIN PENGUSAHA BARANG
KENA CUKAI
UMUM
1. |
Kewajiban memiliki izin dari Menteri
keuangan bagi setiap Pengusaha Pabrik, Pengusaha Tempat Penyimpanan, Pengusaha
Tempat Penjualan Eceran Etil Alkohol dan Minuman Mengandung Etil Alkohol
dan Importir Barang Kena Cukai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat
(1) Undang-undang, mempunyai tujuan:
a. untuk memberikan legitimasi
yuridis bagi Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Bea
dan Cukai dalam melakukan peng-awasan terhadap Pengusaha Pabrik, Pengusaha
Tempat Penyimpanan dan Importir, yang melakukan kegiatan produksi, penyimpanan
dan peredaran Barang Kena Cukai dalam rangka pengamanan hak-hak
negara berupa pungutan cukai serta pengawasan terhadap Pengusaha Tempat
Penjualan Eceran Etil Alkohol dan Minuman Mengandung Etil Alkohol yang
mempunyai dampak negatif yang luas terhadap
kesehatan, lingkungan hidup dan tertib sosial,
walaupun terhadap Barang Kena Cukai tersebut telah dilunasi cukainya.
b. untuk memberikan jaminan
kepastian hukum dan kepastian berusaha bagi Pengusaha Barang
Kena Cukai.
|
2. |
Dalam Peraturan Pemerintah ini ditetapkan
jenis-jenis izin yang diperlukan bagi badan hukum atau orang pribadi yang
bergerak dibidang pengusahaan Barang Kena Cukai, yang wajib memerlukan
izin dari Menteri Keuangan yaitu:
a. Izin Usaha Pabrik.
b. Izin Usaha Tempat
Penyimpanan.
c. Izin Usaha Tempat
Penjualan Eceran Etil Alkohol dan Minuman Mengandung Etil Alkohol.
d. Izin Usaha Importir
Barang Kena Cukai.
Izin
tersebut diatas, masing-masing diberikan hak tersendiri berdasarkan bidang
usaha, jenis Barang Kena Cukai, serta lokasi
tempat usaha.
|
3.
|
Berdasarkan alasan-alasan dan pertimbangan-pertimbangan
tertentu, izin usaha dapat dicabut. Pencabutan izin tersebut membawa konsekuensi
bagi Pemerintah maupun bagi Pengusaha. Bagi Pemerintah c.q. Menteri Keuangan
dalam hal ini Direktur Jenderal Bea dan Cukai adalah keharusan melakukan
pencacahan terhadap bahan dan/atau Barang Kena Cukai yang berada ditempat
usaha, khususnya yang masih terutang cukai. Bagi pengusaha adalah kewajiban
untuk melunasi cukai atas Barang Kena Cukai yang masih terutang, atau memindahkan
barang-barang tersebut ke Pabrik, Tempat Penyimpanan lain, mengekspor atau
memusnahkannya.
|
4. |
Izin yang
diberikan Menteri Keuangan sama sekali tidak mengurangi izin-izin dari
instansi terkait lainnya berdasarkan lingkup tugas, fungsi dan wewenangnya
masing-masing sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. |
PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Pasal 2
Pasal 3
Ayat (1)
Lingkup tugas, fungsi dan wewenang
Menteri Keuangan dalam kaitannnya dengan undang-undang adalah dibidang
pengamanan hak-hak negara dan pengawasan terhadap produksi, distribusi
dan pemakaian Barang Kena Cukai yang dapat menimbulkan dampak negatif bagi
kesehatan, lingkungan hidup, dan tertib sosial. Oleh karena itu, izin yang
dikeluarkan Menteri Keuangan sesuai dengan lingkup kewenangannya terbatas
pada pengamanan hak-hak negara dan pengawasan Barang Kena Cukai.
Ayat (2)
Pasal 4
Pasal 5
Pasal 6
Ayat (1)
Ayat (2)
Ayat (3)
Ayat (4)
Pasal 7
Pasal 8
Ayat (1)
Huruf a
huruf b
1. Pengertian "tidak
dilakukan kegiatan" adalah bahwa usaha menghasilkan Barang Kena
Cukai di Pabrik sama sekali terhenti; atau
untuk Tempat Penyimpanan dan Tempat Penjualan
Eceran Barang Kena Cukai tertentu adalah
tidak adanya mutasi Barang Kena Cukai di
tempat-tempat usaha tersebut; atau untuk
importir Barang Kena Cukai adalah tidak adanya
kegiatan mengimpor Barang Kena Cukai.
2. Pengertian selama "satu
tahun" yaitu periode dua belas bulan berturut-turut dihitung dari
hari setelah kegiatan terakhir dilakukan
pengusaha.
Huruf c
Cukup jelas
Huruf d
Cukup jelas
Huruf e
Cukup jelas
Huruf f
Cukup jelas
Huruf g
Cukup jelas
Huruf h
Cukup jelas
Ayat (2)
Mengingat tidak dilakukannya kegiatan
selama satu tahun dapat juga disebabkan karena adanya renovasi yang dapat
berupa kegiatan perluasan kapasitas terpasng atau perbaikan mesin/peralatan
penghasil Barang Kena Cukai, atau keadaan lain di luar kemampuan Pengusaha
Barang Kena Pajak (force majeur), maka pencabutan izin usaha dimaksud tidak
serta merta dilakukan, tetapi perlu diteliti atas dasar kasus per kasus
dan sepanjang dipenuhi persyaratan pelaporan yang ditetapkan.
Ayat (3)
Ayat (4)
Pasal 9
Pasal 10
Pasal 11
Pasal 12