LAMPIRAN I PERATURAN
MENTERI KEUANGAN NOMOR
96/PMK.06/2007 TENTANG TATA CARA
PELAKSANAAN PENGGUNAAN, PEMANFAATAN,
PENGHAPUSAN, DAN PEMINDAH TANGANAN BARANG MILIK NEGARA |
TATA CARA PELAKSANAAN
PENGGUNAAN BARANG MILIK NEGARA |
||||||
I |
Ketentuan Pokok Penggunaan Barang Milik Negara |
|||||
|
1. |
Barang Milik Negara berupa tanah dan/atau bangunan
harus ditetapkan status penggunaannya oleh Pengelola Barang. |
||||
|
2. |
Barang Milik Negara selain tanah dan/atau bangunan yang
harus ditetapkan status penggunaannya oleh Pengelola Barang, yaitu: |
||||
|
|
a. |
barang-barang yang mempunyai bukti kepemilikan, seperti
sepeda motor, mobil, kapal, pesawat terbang; |
|||
|
|
b. |
barang-barang dengan nilai perolehan di atas Rp
25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah) per unit/satuan. |
|||
|
3. |
Barang Milik Negara selain tanah dan/atau bangunan
dengan nilai perolehan sampai dengan Rp 25.000.000,00 (dua puluh lima juta
rupiah) per unit/satuan ditetapkan status penggunaannya oleh Pengguna Barang. |
||||
|
4. |
Barang Milik Negara pada Tentara Nasional Indonesia
(TNI) dan Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) yang merupakan alat
utama sistem persenjataan, tidak memerlukan penetapan status penggunaan dari
Pengelola Barang. |
||||
|
5. |
Pencatatan Barang Milik Negara diatur sebagai berikut : |
||||
|
|
a. |
pencatatan oleh Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang
dilakukan dalam Daftar Barang Pengguna/Kuasa Pengguna Barang untuk seluruh
Barang Milik Negara yang berada dalam penguasaan pengguna/Kuasa Pengguna
Barang; |
|||
|
|
b. |
pencatatan oleh Pengelola Barang dilakukan dalam Daftar
Barang Milik Negara untuk tanah dan/atau bangunan, dan barang lainnya
sebagaimana dimaksud pada angka 2 di atas. |
|||
|
6. |
Barang Milik Negara yang dari awal pengadaannya direncanakan untuk penyertaan modal pemerintah pusat atau dihibahkan harus ditetapkan status penggunaannya oleh Pengelola Barang dengan terlebih dahulu diaudit oleh aparat pengawas fungsional. |
||||
|
7. |
Barang Milik Negara
yang telah ditetapkan status penggunaannya pada Pengguna Barang, dapat
digunakan sementara oleh Pengguna Barang lainnya dalam jangka waktu tertentu
tanpa harus mengubah status penggunaan Barang Milik Negara tersebut setelah
terlebih dahulu mendapatkan persetujuan Pengelola Barang. |
||||
|
8. |
Pengguna Barang/Kuasa
Pengguna Barang wajib menyerahkan Barang Milik Negara berupa tanah dan/atau
bangunan yang tidak digunakan untuk penyelenggaraan tugas pokok dan fungsinya
kepada Pengelola Barang. |
||||
|
9. |
Pengelola Barang
menetapkan Barang Milik Negara berupa tanah dan/ atau bangunan yang harus
diserahkan oleh Pengguna Barang karena sudah tidak digunakan untuk
penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi kementerian/lembaga yang bersangkutan. |
||||
|
10. |
Dalam rangka
optimalisasi Barang Milik Negara sesuai dengan tugas pokok dan fungsi
Pengguna Barang, Pengelola Barang dapat mengalihkan status penggunaan Barang
Milik Negara dari suatu Pengguna Barang kepada Pengguna Barang lainnya. |
||||
|
11. |
Dalam hal Barang Milik Negara berupa bangunan dibangun di atas tanah pihak lain, usulan penetapan status penggunaan bangunan tersebut harus disertai perjanjian antara Pengguna Barang dengan pihak lain tersebut yang memuat jangka waktu, dan kewajiban para pihak. |
||||
II. |
Tata Cara Penetapan
Status Penggunaan Barang Milik Negara |
|||||
|
1. |
Tata cara penetapan
status penggunaan Barang Milik Negara berupa tanah dan/ atau bangunan. |
||||
|
|
a. |
Tahap persiapan |
|||
|
|
|
1) |
Pengguna Barang atau Kuasa Pengguna Barang harus
menyelesaikan dokumen kepemilikan (antara lain sertifikat tanah, IMB, dll.)
atas Barang Milik Negara berupa tanah dan/atau bangunan yang pengadaannya
atas beban APBN atau perolehan lainnya yang sah, untuk dijadikan dasar
pengajuan permintaan penetapan status penggunaan Barang Milik Negara kepada
Pengelola Barang. |
||
|
|
|
2) |
Penyelesaian dokumen kepemilikan atas tanah, berupa
sertifikat atas nama Pemerintah Republik Indonesia sebagaimana dimaksud pada
butir 1), diajukan kepada Kantor Pertanahan setempat. |
||
|
|
|
3) |
Penyelesaian dokumen perizinan atas bangunan
sebagaimana dimaksud pada butir 1), dilakukan sebelum proses pembangunan
dimulai. |
||
|
|
b. |
Tahap pengajuan usulan |
|||
|
|
|
1) |
Kuasa Pengguna Barang mengajukan permintaan penetapan
status penggunaan kepada Pengguna Barang disertai dengan asli dokumen
kepemilikan dan dokumen pendukung lainnya atas tanah dan/atau bangunan yang
bersangkutan paling lama 1(satu) bulan sejak diterimanya dokumen kepemilikan. |
||
|
|
|
2) |
Pengguna Barang mengajukan permintaan penetapan status
penggunaan kepada Pengelola Barang dengan disertai asli dokumen kepemilikan
dan dokumen pendukung lainnya paling lama 1(satu) bulan sejak diterimanya
usulan dari Kuasa Pengguna Barang. |
||
|
|
c. |
Tahap penetapan status penggunaan |
|||
|
|
|
Pengelola Barang menetapkan status penggunaan tanah
dan/atau bangunan dengan keputusan. |
|||
|
|
d. |
Tahap pendaftaran, pencatatan, dan penyimpanan dokumen
kepemilikan |
|||
|
|
|
1) |
Pengelola Barang melakukan pendaftaran dan pencatatan
atas tanah dan/atau bangunan ke dalam Daftar Barang Milik Negara, dan
menyimpan dokumen kepemilikan asli dan dokumen pendukung lainnya menyatu
dengan salinan keputusan penetapan status penggunaannya. |
||
|
|
|
2) |
Pengguna Barang melakukan pendaftaran dan pencatatan
tanah dan/atau bangunan ke dalam Daftar Barang Pengguna dan menyimpan
fotokopi dokumen kepemilikan dan dokumen pendukung lainnya menyatu dengan
asli keputusan penetapan status penggunaannya. |
||
|
|
|
3) |
Kuasa Pengguna Barang melakukan pendaftaran dan
pencatatan ke dalam Daftar Barang Kuasa Pengguna atas tanah dan/atau bangunan
dan menyimpan fotokopi dokumen kepemilikan dan dokumen pendukung lainnya
menyatu dengan salinan keputusan penetapan status penggunaannya. |
||
|
2. |
Tata cara penetapan status penggunaan Barang Milik
Negara selain tanah dan/atau bangunan |
||||
|
|
a. |
Tahap persiapan |
|||
|
|
|
Kuasa Pengguna Barang harus menyelesaikan dokumen/bukti
kepemilikan atau berita acara serah terima barang dari pihak lain atas
perolehan Barang Milik Negara selain tanah dan/atau bangunan. |
|||
|
|
b. |
Tahap pengajuan usulan |
|||
|
|
|
1) |
Kuasa Pengguna Barang mengajukan usul penetapan status
penggunaan kepada Pengguna Barang disertai dengan fotokopi dokumen/bukti
kepemilikan atau berita acara serah terima dan dokumen pendukung lainnya
paling lama 1(satu) bulan sejak diterimanya dokumen/bukti kepemilikan atau
berita acara serah terima. |
||
|
|
|
2) |
Dalam hal Kuasa Pengguna Barang merupakan instansi
vertikal di daerah, Kuasa Pengguna Barang dimaksud dapat mengajukan
permintaan penetapan status penggunaan barang kepada instansi vertikal
Pengelola Barang di daerah setelah menerima kuasa untuk itu dari Pengguna
Barang. |
||
|
|
|
3) |
Pengguna Barang mengajukan usul penetapan status
penggunaan Barang Milik Negara selain tanah dan/atau bangunan kepada
Pengelola Barang dengan disertai fotokopi dokumen kepemilikan atau berita
acara serah terima barang, paling lama 1(satu) bulan sejak diterimanya usulan
dari Kuasa Pengguna Barang. |
||
|
|
c. |
Tahap penetapan status penggunaan |
|||
|
|
|
1) |
Pengelola Barang menetapkan status penggunaan Barang
Milik Negara selain tanah dan/atau bangunan setelah diterimanya permintaan
beserta dokumen pendukung secara lengkap dari Pengguna Barang/ Kuasa Pengguna
Barang. |
||
|
|
|
2) |
Status penggunaan barang ditetapkan dengan keputusan Pengelola
Barang dalam rangka penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi Pengguna
Barang/Kuasa Pengguna Barang. |
||
|
|
d. |
Tahap pendaftaran, pencatatan, dan penyimpanan dokumen
kepemilikan |
|||
|
|
|
1) |
Pengguna Barang melakukan pendaftaran dan pencatatan
Barang Milik Negara selain tanah dan/atau bangunan ke dalam Daftar Barang
Pengguna dan menyimpan fotokopi dokumen kepemilikan menyatu dengan asli
keputusan penetapan status penggunaan. |
||
|
|
|
2) |
Kuasa Pengguna Barang melakukan pendaftaran dan
pencatatan Barang Milik Negara selain tanah dan/atau bangunan ke dalam Daftar
Barang Kuasa Pengguna dan menyimpan asli dokumen kepemilikan menyatu dengan
salinan keputusan penetapan status penggunaan. |
||
|
|
|
3) |
Pengelola Barang melakukan pencatatan Barang Milik
Negara selain tanah dan/atau bangunan berupa barang yang mempunyai bukti
kepemilikan dan barang dengan nilai perolehan di atas Rp 25.000.000,00 (dua
puluh lima juta rupiah) per unit/satuan ke dalam Daftar Barang Milik Negara,
serta menyimpan salinan keputusan penetapan status penggunaannya. |
||
|
|
|
4) |
Pengelola Barang menghimpun laporan Barang Milik Negara
selain tanah dan/atau bangunan. |
||
|
3. |
Tata cara penetapan status penggunaan Barang Milik
Negara yang dioperasikan oleh pihak lain dalam rangka menjalankan pelayanan
umum sesuai tugas pokok dan fungsi kementerian/lembaga |
||||
|
|
a. |
Tahap persiapan |
|||
|
|
|
Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang menyelesaikan
dokumen kepemilikan atas perolehan Barang Milik Negara yang pengadaannya atas
beban APBN atau perolehan lainnya yang sah, sebagaimana diatur pada angka
Romawi II angka 1 dan angka 2 di atas. |
|||
|
|
b. |
Tahap pengajuan usulan |
|||
|
|
|
Pengguna Barang mengajukan permintaan penetapan status
penggunaan Barang Milik Negara, yang akan dioperasikan oleh pihak lain,
kepada Pengelola Barang disertai dengan penjelasan dan pertimbangan, dengan
melampirkan asli dokumen kepemilikan /berita acara serah terima barang. |
|||
|
|
c. |
Tahap penetapan status penggunaan |
|||
|
|
|
1) |
Pengelola Barang menetapkan status penggunaan Barang
Milik Negara yang akan dioperasikan oleh pihak lain dengan keputusan setelah
diterimanya usulan secara lengkap dari Pengguna Barang. |
||
|
|
|
2) |
Pengguna Barang menindaklanjuti keputusan penetapan
status penggunaan Barang Milik Negara dengan membuat: |
||
|
|
|
|
a) |
keputusan penunjukan pengoperasian; dan |
|
|
|
|
|
b) |
berita acara serah terima pengoperasian Barang Milik
Negara. |
|
|
|
|
3) |
Dalam hal Barang Milik Negara yang telah ditetapkan status penggunaannya untuk dioperasikan oleh pihak lain akan dialih-operasikan kepada pihak lainnya lagi, maka pelaksanaan pengalih-operasian tersebut harus dilaporkan kepada Pengelola Barang. |
||
|
|
|
4) |
Dalam hal Barang Milik Negara yang telah ditetapkan status penggunaannya untuk dioperasikan oleh pihak lain, kemudian akan digunakan kembali oleh Pengguna Barang, maka harus dimintakan persetujuan kembali untuk penetapan status penggunaan kepada Pengelola Barang. |
||
|
|
|
5) |
Barang Milik Negara sebagaimana dimaksud pada angka 3
dapat dioperasikan kembali oleh pihak lain setelah mendapat persetujuan
Pengelola Barang. |
||
|
|
d. |
Tahap pendaftaran, pencatatan, dan penyimpanan dokumen
kepemilikan |
|||
|
|
|
1) |
Pengelola Barang melakukan pendaftaran dan pencatatan
Barang Milik Negara berupa tanah dan/atau bangunan yang dioperasikan oleh
pihak lain ke dalam Daftar Barang Milik Negara dan menyimpan asli dokumen
kepemilikan dan dokumen pendukung lainnya menyatu dengan salinan keputusan
penetapan status penggunaannya. |
||
|
|
|
2) |
Pengelola Barang menghimpun data Barang Milik Negara selain tanah dan/atau bangunan yang dioperasikan oleh pihak lain dan menyimpan fotokopi dokumen kepemilikan menyatu dengan salinan keputusan penetapan status penggunaannya. |
||
|
|
|
3) |
Pengguna Barang melakukan pendaftaran dan pencatatan
Barang Milik Negara ke dalam Daftar Barang Pengguna dan menyimpan
asli/fotokopi dokumen kepemilikan dan dokumen pendukung lainnya menyatu
dengan asli keputusan penetapan status penggunaannya. |
||
|
4. |
Tata cara penetapan kembali status penggunaan Barang
Milik Negara berupa tanah dan/atau bangunan yang tidak dipergunakan untuk
penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang |
||||
|
|
a. |
Tahap persiapan |
|||
|
|
|
1) |
Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang wajib menyampaikan laporan Barang Milik Negara berupa tanah dan/atau bangunan yang tidak digunakan untuk kepentingan penyelenggaraan tugas pokok dan fungsinya kepada Pengelola Barang, disertai penjelasan mengenai lokasi dan kondisi tanah dan/atau bangunan. |
||
|
|
|
2) |
Pengelola Barang melakukan penelitian atas laporan yang
disampaikan Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang. |
||
|
|
|
3) |
Dalam hal terdapat permasalahan terkait dengan tanah
dan/atau bangunan yang akan diserahkan, maka permasalahan tersebut terlebih
dahulu harus diselesaikan oleh Pengguna Barang dan/atau bersama Pengelola
Barang sesuai batas kewenangannya dan dapat melibatkan instansi yang terkait. |
||
|
|
b. |
Tahap penetapan penyerahan |
|||
|
|
|
1) |
Berdasarkan laporan Pengguna Barang/Kuasa Pengguna
Barang, Pengelola Barang menetapkan keputusan mengenai penyerahan Barang
Milik Negara berupa tanah dan/atau bangunan dari Pengguna Barang/Kuasa
Pengguna Barang kepada Pengelola Barang. |
||
|
|
|
2) |
Dalam hal Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang tidak
menyampaikan laporan sebagaimana dimaksud dalam angka 4 huruf a poin 1,
Pengelola Barang menetapkan Barang Milik Negara berupa tanah dan/atau
bangunan, berdasarkan: |
||
|
|
|
|
i. |
hasil inventarisasi tanah dan/ atau bangunan; |
|
|
|
|
|
ii. |
hasil audit atas penggunaan tanah dan/ atau bangunan; atau |
|
|
|
|
|
iii. |
Laporan Barang Pengguna Semesteran (LBPS) dan Laporan
Barang Pengguna Tahunan (LBPT) |
|
|
|
c. |
Tahap penghapusan |
|||
|
|
|
Pelaksanaan penghapusan dari Daftar Barang Pengguna
dan/atau Daftar Kuasa Pengguna berpedoman pada tata cara penghapusan Barang
Milik Negara sebagaimana diatur dalam Lampiran VI Peraturan Menteri Keuangan
ini. |
|||
|
|
d. |
Tahap penyerahan |
|||
|
|
|
1) |
Setelah dilakukan penghapusan dari Daftar Barang
Pengguna dan/atau Daftar Barang Kuasa Pengguna, Pengguna Barang/Kuasa
Pengguna Barang menyerahkan Barang Milik Negara berupa tanah dan/atau
bangunan kepada Pengelola Barang disertai fotokopi dokumen kepemilikan,
keputusan penetapan status penggunaan asli, paling lama 1(satu) bulan sejak
tanggal keputusan penghapusan. |
||
|
|
|
2) |
Penyerahan Barang Milik Negara berupa tanah dan/atau
bangunan dituangkan dalam berita acara serah terima. |
||
|
|
e. |
Tahap pencatatan |
|||
|
|
|
Berdasarkan berita acara serah terima barang, Pengelola
Barang menyesuaikan catatan pada daftar Barang Milik Negara. |
|||
|
|
f. |
Tindak lanjut penyerahan |
|||
|
|
|
Atas penyerahan tanah dan/atau bangunan sebagaimana
tersebut di atas, Pengelola Barang melakukan tindak lanjut sebagai berikut: |
|||
|
|
|
1) |
menetapkan status penggunaan untuk penyelenggaraan
tugas pokok dan fungsi instansi pemerintah lainnya; |
||
|
|
|
2) |
memanfaatkan dalam rangka optimalisasi Barang Milik
Negara; atau |
||
|
|
|
3) |
memindahtangankan. |
||
|
5. |
Tata cara pengalihan status penggunaan Barang Milik
Negara antar Pengguna Barang |
||||
|
|
a. |
Tahap pengajuan usulan |
|||
|
|
|
1) |
Kuasa Pengguna Barang mengajukan usulan pengalihan
status penggunaan kepada Pengguna Barang, disertai dengan, penjelasan,
pertimbangannya, dan dokumen pendukung, serta dokumen kepemilikan yang wajib
disimpannya. |
||
|
|
|
2) |
Pengguna Barang meneliti usulan pengalihan status
penggunaan. |
||
|
|
|
3) |
Pengguna Barang mengajukan usulan tersebut kepada
Pengelola Barang, dengan disertai penjelasan dan pertimbangan, keputusan
penetapan status penggunaan, serta surat pernyataan kesediaan menerima
pengalihan Barang Milik Negara dari calon Pengguna Barang baru. |
||
|
|
b. |
Tahap persetujuan |
|||
|
|
|
1) |
Pengelola Barang melakukan penelitian atas usulan
Pengguna Barang setelah diterimanya usulan secara lengkap, termasuk melakukan
peninjauan lapangan dalam hal diperlukan. |
||
|
|
|
2) |
Berdasarkan hasil penelitian di atas, Pengelola Barang
menerbitkan surat persetujuan pengalihan status penggunaan yang disampaikan
kepada Pengguna Barang lama dan tembusannya disampaikan kepada Pengguna
Barang baru. |
||
|
|
|
3) |
Surat persetujuan tersebut sekurang-kurangnya memuat: |
||
|
|
|
|
i. |
kewajiban Pengguna Barang lama untuk menghapus barang
tersebut dari Daftar Barang Pengguna dengan keputusan Pengguna Barang; dan |
|
|
|
|
|
ii. |
pengalihan status penggunaan Barang Milik Negara
tersebut dituangkan dalam berita acara serah terima antara Pengguna Barang
lama dan Pengguna Barang baru. |
|
|
|
c. |
Tahap penghapusan |
|||
|
|
|
Pelaksanaan penghapusan dari Daftar Barang Pengguna
berpedoman pada tata cara penghapusan Barang Milik Negara sebagaimana diatur
dalam Lampiran VI Peraturan Menteri Keuangan ini. |
|||
|
|
d. |
Tahap penetapan status penggunaan |
|||
|
|
|
Berdasarkan laporan penghapusan dari Daftar Barang
Pengguna Barang lama, Pengelola Barang menerbitkan keputusan penetapan status
penggunaan kepada Pengguna Barang baru. |
|||
|
|
e. |
Tahap serah terima |
|||
|
|
|
Pengguna Barang lama melakukan serah terima kepada
Pengguna Barang baru, yang dituangkan dalam berita acara serah terima barang,
paling lama 1(satu) bulan sejak keputusan penghapusan dimaksud diterbitkan
dan dilaporkan kepada Pengelola Barang. |
|||
|
|
f. |
Tahap pencatatan |
|||
|
|
|
1) |
Berdasarkan keputusan penetapan status penggunaan dari Pengelola Barang, Pengguna Barang baru mencatat ke dalam Daftar Barang Pengguna atas penyerahan barang tersebut untuk dipergunakan sesuai tugas pokok dan fungsinya dan menyimpan asli/fotokopi dokumen kepemilikan dan dokumen pendukung lainnya menyatu dengan asli keputusan penetapan status penggunaannya. |
||
|
|
|
2) |
Berdasarkan berita acara serah terima barang, Pengelola
Barang menyesuaikan catatan dalam Daftar Barang Milik Negara. |
||
III. |
Ketentuan Peralihan |
|||||
|
1. |
Terhadap Barang Milik Negara berupa tanah dan/atau
bangunan yang telah ada sebelum berlakunya Peraturan Menteri Keuangan ini,
wajib dilakukan penetapan status penggunaan oleh Pengelola Barang. Dalam hal
tanah dan/atau bangunan tersebut belum dilengkapi dengan dokumen kepemilikan
(antara lain sertifikat, IMB, dll.) Pengguna Barang wajib menyelesaikannya
terlebih dahulu sebelum diajukan usulan penetapan status penggunaannya kepada
Pengelola Barang. |
||||
|
2. |
Pelaksanaan penetapan status penggunaan dimaksud di
atas dilaksanakan dengan berpedoman pada prosedur sebagaimana dimaksud pada
Peraturan Menteri Keuangan ini. |
||||
|
|
|
||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
MENTERI KEUANGAN |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
SRI MULYANI INDRAWATI |
|
|
|
|
|
|
|
LAMPIRAN II PERATURAN
MENTERI KEUANGAN NOMOR
96/PMK.06/2007 TENTANG TATA CARA
PELAKSANAAN PENGGUNAAN, PEMANFAATAN,
PENGHAPUSAN, DAN PEMINDAH TANGANAN
BARANG MILIK NEGARA |
TATA CARA PELAKSANAAN
SEWA BARANG MILIK NEGARA |
|||||||
I. |
Definisi |
||||||
|
Sewa adalah pemanfaatan Barang Milik Negara oleh pihak
lain dalam jangka waktu tertentu dan menerima imbalan uang tunai. |
||||||
II. |
Pertimbangan untuk Menyewakan Barang Milik Negara |
||||||
|
Penyewaan Barang Milik Negara dilakukan untuk mengoptimalkan
pemanfaatan Barang Milik Negara yang belum/tidak dipergunakan dalam
pelaksanaan tugas pokok dan fungsi penyelenggaraan pemerintahan, menunjang
pelaksanaan tugas pokok dan fungsi kementerian/lembaga, atau mencegah
penggunaan Barang Milik Negara oleh pihak lain secara tidak sah. |
||||||
III. |
Barang Milik Megara yang Dapat Disewakan |
||||||
|
Barang Milik Negara
yang dapat disewakan adalah tanah dan/atau bangunan, baik yang ada pada
Pengelola Barang maupun yang status penggunaannya ada pada Pengguna Barang,
dan Barang Milik Negara selain tanah dan/atau bangunan. |
||||||
IV. |
Subjek Pelaksana Sewa |
||||||
|
1. |
Pihak yang dapat menyewakan Barang Milik Negara: |
|||||
|
|
a. |
Pengelola Barang, untuk tanah dan/atau bangunan yang
berada pada Pengelola Barang; |
||||
|
|
b. |
Pengguna Barang dengan persetujuan Pengelola Barang,
untuk: |
||||
|
|
|
1) |
sebagian tanah dan/atau bangunan yang status
penggunaannya ada pada Pengguna Barang;
|
|||
|
|
|
2) |
Barang Milik Negara selain tanah dan/ atau bangunan. |
|||
|
2. |
Pihak yang dapat menyewa Barang Milik Negara meliputi: |
|||||
|
|
a. |
Badan Usaha Milik Negara; |
||||
|
|
b. |
Badan Usaha Milik Daerah; |
||||
|
|
c. |
Badan Hukum lainnya; |
||||
|
|
d. |
perorangan. |
||||
V. |
Ketentuan dalam Penyewaan Barang Milik Negara |
||||||
|
1. |
Barang Milik Negara yang dapat disewakan adalah Barang
Milik Negara yang dalam kondisi belum atau tidak digunakan oleh Pengguna
Barang atau Pengelola Barang. |
|||||
|
2. |
jangka waktu sewa Barang Milik Negara paling lama 5
(lima) tahun sejak ditandatanganinya perjanjian, dan dapat diperpanjang. |
|||||
|
3. |
Perpanjangan jangka waktu sewa Barang Milik Negara dilakukan
dengan ketentuan sebagai berikut : |
|||||
|
|
a. |
untuk sewa yang dilakukan oleh Pengelola Barang,
perpanjangan dilakukan setelah dilakukan evaluasi oleh Pengelola Barang; |
||||
|
|
b. |
untuk sewa yang dilakukan oleh Pengguna Barang, perpanjangan
dilakukan setelah dievaluasi oleh Pengguna Barang dan disetujui oleh
Pengelola Barang. |
||||
|
4. |
Penghitungan besaran sewa minimum didasarkan pada
formula tarif sewa yang diatur dalam Lampiran II.A Peraturan Menteri Keuangan
ini. |
|||||
|
5. |
Penghitungan nilai Barang Milik Negara dalam rangka
penentuan besaran sewa minimum dilakukan sebagai berikut: |
|||||
|
|
a. |
penghitungan nilai Barang Milik Negara berupa tanah
dan/atau bangunan yang berada pada Pengelola Barang dilakukan oleh penilai
yang ditugaskan oleh Pengelola Barang; |
||||
|
|
b. |
penghitungan nilai Barang Milik Negara untuk sebagian
tanah dan/atau bangunan yang berada pada Pengguna Barang dilakukan oleh tim
yang ditetapkan oleh Pengguna Barang dan dapat melibatkan instansi teknis
terkait dan/atau penilai; |
||||
|
|
c. |
penghitungan nilai Barang Milik Negara selain tanah
dan/atau bangunan, dilakukan oleh tim yang ditetapkan oleh Pengguna Barang
dan dapat melibatkan instansi teknis terkait dan/atau penilai. |
||||
|
6. |
Penetapan besaran sewa |
|||||
|
|
a. |
Besaran sewa atas Barang Milik Negara berupa tanah
dan/atau bangunan yang berada pada Pengelola Barang ditetapkan oleh Pengelola
Barang berdasarkan hasil perhitungan penilai; |
||||
|
|
b. |
Besaran sewa atas Barang Milik Negara sebagian tanah
dan/atau bangunan yang berada pada Pengguna Barang dan Barang Milik Negara
selain tanah dan/atau bangunan, ditetapkan oleh Pengguna Barang setelah
mendapat persetujuan Pengelola Barang. |
||||
|
7. |
Pembayaran uang sewa dilakukan secara sekaligus paling
lambat pada saat penandatanganan kontrak. |
|||||
|
8. |
Selama masa sewa, pihak penyewa atas persetujuan Pengelola Barang hanya dapa mengubah bentuk Barang Milik Negara tanpa mengubah konstruksi dasar bangunan, dengan ketentuan bagian yang ditambahkan pada bangunan tersebut menjadi Barang Milik Negara. |
|||||
|
9. |
Seluruh biaya yang timbul dalam rangka penilaian,
dibebankan pada APBN. |
|||||
|
10. |
Rumah negara golongan I dan golongan II yang disewakan
kepada pejabat negara/pegawai negeri, pelaksanaannya berpedoman pada
ketentuan yang mengatur mengenai rumah negara. |
|||||
VI. |
Tatacara Pelaksanaan Sewa Barang Milik Negara |
||||||
|
1. |
Penyewaan tanah dan/atau bangunan oleh Pengelola Barang
|
|||||
|
|
a. |
Pengelola Barang melakukan penelitian mengenai: |
||||
|
|
|
1) |
kemungkinan penyewaan Barang Milik Negara yang ada
dalam pengelolaannya, yang didasarkan pada kebutuhan Pengelola Barang untuk
melakukan penyewaan tanah dan/ atau bangunan dimaksud; |
|||
|
|
|
2) |
kemungkinan kelayakan penyewaan tanah dan/atau bangunan berdasarkan permintaan pihak lain yang akan menyewa tanah dan/atau bangunan dimaksud. |
|||
|
|
b. |
Pengelola Barang menetapkan tanah dan/atau bangunan
yang akan disewakan berdasarkan hasil penelitian kelayakan tersebut. |
||||
|
|
c. |
Pengelola Barang membentuk tim yang beranggotakan unsur Pengelola Barang, yang akan melakukan penelitian dalam rangka penyewaan dimaksud terhadap tanah dan/atau bangunan yang akan disewakan serta menyiapkan hal-hal yang bersifat teknis. |
||||
|
|
d. |
Pengelola Barang menugaskan penilai untuk melakukan
penghitungan Barang Milik Negara dalam rangka penentuan besaran tarif sewa
minimum dan melaporkan hasil penilaiannya kepada Pengelola Barang melalui
Tim. |
||||
|
|
e. |
Tim menyampaikan laporan pelaksanaan tugasnya disertai
laporan penilaian Barang Milik Negara kepada Pengelola Barang. |
||||
|
|
f. |
Pengelola Barang memutuskan untuk menyetujui atau tidaknya
permintaan sewa Barang Milik Negara dengan mempertimbangkan laporan Tim. |
||||
|
|
g. |
Dalam hal Pengelola Barang tidak menyetujui permintaan
tersebut, Pengelola Barang memberitahukan kepada pihak yang mengajukan
permintaan sewa, disertai alasannya. |
||||
|
|
h. |
Dalam hal Pengelola Barang menyetujui permintaan tersebut, Pengelola Barang menetapkan surat keputusan penyewaan tanah dan/atau bangunan, yang sekurang-kurangnya memuat tanah dan/atau bangunan yang disewakan, nilai tanah dan/atau bangunan, besaran sewa atas tanah dan/atau bangunan, pihak penyewa dan jangka waktu sewa. |
||||
|
|
i. |
Penyewa menyetorkan keseluruhan uang sewa ke rekening
kas umum negara, paling lambat pada saat surat perjanjian sewa menyewa
ditandatangani. |
||||
|
|
j. |
Penyewaan tanah dan/atau bangunan dituangkan dalam
perjanjian sewa menyewa yang ditandatangani oleh Pengelola Barang dan pihak
penyewa. |
||||
|
|
k. |
Pengelola Barang menatausahakan pelaksanaan sewa tanah
dan/atau bangunan. |
||||
|
|
l. |
Setelah berakhirnya masa sewa, penyewa menyerahkan tanah dan/atau bangunan yang disewa kepada Pengelola Barang, yang penyerahannya dituangkan dalam berita acara serah terima. |
||||
|
|
m. |
Dalam hal penyewa mengajukan permintaan perpanjangan jangka waktu sewa, maka permintaan tersebut harus disampaikan kepada Pengelola Barang paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum berakhirnya jangka waktu sewa. |
||||
|
|
n. |
Pengelola Barang melakukan monitoring dan evaluasi atas
pelaksanaan penyewaan Barang Milik Negara. |
||||
|
2. |
Penyewaan sebagian tanah dan/atau bangunan oleh
Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang. |
|||||
|
|
a. |
Pengguna Barang mengajukan usulan kepada Pengelola Barang untuk menyewakan sebagian tanah dan/atau bangunan dengan disertai pertimbangan penyewaan, bukti kepemilikan, gambar lokasi, luas yang akan disewakan, nilai perolehan dan NJOP tanah dan/atau bangunan, data transaksi sebanding dan sejenis, calon penyewa, nilai sewa, serta jangka waktu penyewaan. |
||||
|
|
b. |
Pengelola Barang melakukan penelitian atas usulan untuk
menyewakan Barang Milik Negara dari Pengguna Barang tersebut. |
||||
|
|
c. |
Dalam hal Pengelola Barang tidak menyetujui usulan
tersebut, Pengelola Barang memberitahukan kepada Pengguna Barang, disertai
alasannya |
||||
|
|
d. |
Dalam hal Pengelola Barang menyetujui usulan tersebut, Pengelola Barang menerbitkan surat persetujuan penyewaan atas sebagian tanah dan/atau bangunan, yang sekurang-kurangnya memuat tanah dan/atau bangunan yang disewakan, nilai tanah dan/atau bangunan, pihak penyewa, nilai sewa dan jangka waktu sewa. |
||||
|
|
e. |
Pengguna Barang menetapkan keputusan pelaksanaan penyewaan yang sekurang-kurangnya memuat informasi tentang tanah dan/atau bangunan yang akan disewakan, besaran tarif sewa, calon penyewa dan jangka waktu sewa. |
||||
|
|
f. |
Penyewa menyetorkan keseluruhan uang sewa ke rekening
kas umum negara, paling lambat pada saat surat perjanjian sewa menyewa
ditandatangani. |
||||
|
|
g. |
Penyewaan tanah dan/atau bangunan dituangkan dalam perjanjian sewa menyewa yang memuat sekurang-kurangnya hak dan kewajiban para pihak, serta ditandatangani oleh Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang dan pihak penyewa. |
||||
|
|
h. |
Pengguna Barang melaporkan pelaksanaan sewa menyewa
sebagian tanah dan/atau bangunan kepada Pengelola Barang dengan disertai
bukti setor dan perjanjian sewa menyewa. |
||||
|
|
i. |
Dalam hal penyewa mengajukan permintaan perpanjangan jangka waktu sewa, maka permintaan tersebut harus disampaikan oleh Pengguna Barang kepada Pengelola Barang paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum berakhirnya jangka waktu sewa. |
||||
|
|
j. |
Dalam hal diperlukan, Pengelola Barang dapat membentuk
Tim dan/atau menugaskan penilai untuk melakukan penelitian dan kajian atas
usulan sewa Barang Milik Negara berupa sebagian tanah dan/atau bangunan dari
Pengguna Barang guna menentukan besaran tarif sewa dimaksud. |
||||
|
3. |
Penyewaan Barang Milik Negara selain tanah dan/atau
bangunan oleh Pengguna Barang. |
|||||
|
|
a. |
Pengguna Barang mengajukan usulan kepada Pengelola Barang disertai dengan hasil penelitian mengenai kelayakan kemungkinan penyewaan Barang Milik Negara selain tanah dan/atau bangunan dimaksud, termasuk pertimbangan mengenai calon penyewa, nilai sewa dan jangka waktu penyewaan. |
||||
|
|
b. |
Pengelola Barang melakukan penelitian atas usulan untuk
menyewakan Barang Milik Negara tersebut. |
||||
|
|
c. |
Dalam hal Pengelola Barang tidak menyetujui usulan
tersebut, Pengelola Barang memberitahukan kepada Pengguna Barang, disertai
alasannya. |
||||
|
|
d. |
Dalam hal Pengelola Barang menyetujui usulan tersebut, Pengelola Barang menerbitkan surat persetujuan, yang sekurang-kurangnya memuat Barang Milik Negara yang disewakan, calon penyewa, nilai sewa, dan jangka waktu sewa. |
||||
|
|
e. |
Pengguna
Barang menetapkan |
||||
|
|
f. |
Penyewa menyetorkan keseluruhan uang sewa ke rekening
kas umum negara, paling lambat pada saat surat perjanjian ditandatangani. |
||||
|
|
g. |
Penyewaan Barang Milik Negara selain tanah dan/atau bangunan dituangkan dalam perjanjian sewa menyewa yang memuat sekurang-kurangnya hak dan kewajiban para pihak, serta ditandatangani oleh Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang dan pihak penyewa. |
||||
|
|
h. |
Pengguna Barang melaporkan pelaksanaan sewa menyewa
Barang Milik Negara selain tanah dan/atau bangunan tersebut kepada Pengelola
Barang dengan disertai bukti setor dan perjanjian sewa menyewa. |
||||
|
|
i. |
Dalam hal penyewa mengajukan permintaan perpanjangan jangka waktu sewa, permintaan tersebut harus disampaikan oleh Pengguna Barang kepada Pengelola Barang paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum berakhirnya jangka waktu sewa. |
||||
|
|
j. |
Dalam hal diperlukan, Pengelola Barang dapat membentuk Tim dan/atau menugaskan penilai untuk melakukan penelitian dan kajian atas usulan sewa Barang Milik Negara selain tanah dan/atau bangunan dari Pengguna Barang guna menentukan besaran tarif sewa dimaksud. |
||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
MENTERI KEUANGAN, |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
SRI MULYANI INDRAWATI |
|
|
|
|
|
|
|
LAMPIRAN II.A PERATURAN
MENTERI KEUANGAN NOMOR
96/PMK.06/2007 TENTANG TATA CARA
PELAKSANAAN PENGGUNAAN, PEMANFAATAN,
PENGHAPUSAN, DAN PEMINDAH TANGANAN
BARANG MILIK NEGARA |
FORMULA TARIF SEWA
ATAS PELAKSANAAN SEWA |
|||||||||
Besarnya biaya sewa Barang Milik Negara dihitung dengan
formula sebagai berikut: |
|||||||||
|
1. |
Formula Sewa Tanah Kosong |
|||||||
|
|
St = 3,33 % x (Lt x Nilai tanah) |
|||||||
|
|
Keterangan: |
|||||||
|
|
a. |
St |
= |
Sewa tanah |
|
|
||
|
|
|
Lt |
= |
Luas tanah (M2) |
|
|
||
|
|
|
Nilai Tanah |
= |
Nilai tanah berdasarkan hasil penilaian dengan estimasi |
||||
|
|
|
|
|
terendah menggunakan NJOP (per M2) |
||||
|
|
b. |
Luas tanah dihitung berdasarkan pada gambar
situasi/peta tanah atau sertifikat tanah dalam meter persegi. |
||||||
|
2. |
Sewa Tanah dan Bangunan |
|||||||
|
|
Stb = (3,33% x Lt x Nilai tanah) +( 6,64% x Lb x Hs x
Nsb) |
|||||||
|
|
Keterangan: |
|||||||
|
|
a. |
Lb |
= |
Luas lantai Bangunan (M2) |
|
|
||
|
|
|
Hs |
= |
Harga satuan bangunan standar dalam keadaan baru
(Rp/M2) |
||||
|
|
|
Nsb |
= |
Nilai sisa bangunan (%) |
||||
|
|
|
|
|
- |
Penyusutan untuk bangunan permanen = 2 % /tahun |
|||
|
|
|
|
|
- |
Penyusutan untuk bangunan semi permanen = 4 % /tahun |
|||
|
|
|
|
|
- |
Penyusutan untuk bangunan darurat = 10 %/tahun |
|||
|
|
|
|
|
- |
penyusutan maksimal 80 % |
|||
|
|
b. |
Luas bangunan dihitung berdasarkan luas lantai bangunan
sesuai gambar dalam meter persegi. |
||||||
|
|
c. |
Harga satuan bangunan |
||||||
|
|
|
- |
Harga Satuan bangunan per M2 sesuai klasifikasi/tipe dalam keadaan baru berdasarkan keputusan pemerintah daerah kabupaten/kota setempat pada tahun yang bersangkutan. |
|||||
|
|
|
- |
Harga satuan tertinggi rata-rata per M2 bangunan
bertingkat untuk Bangunan Gedung Negara. |
|||||
|
Jumlah lantai bangunan |
Harga satuan per M2 tertinggi |
|
Bangunan 1 lantai |
1,000 standar harga gedung bertingkat |
|
Bangunan 2 lantai |
1,090 standar harga gedung bertingkat |
|
Bangunan 3 lantai |
1,120 standar harga gedung bertingkat |
|
Bangunan 4 lantai |
1,135 standar harga gedung bertingkat |
|
Bangunan 5 lantai |
1,162 standar harga gedung bertingkat |
|
Bangunan 6 lantai |
1,197 standar harga gedung bertingkat |
|
Bangunan 7 lantai |
1,236 standar harga gedung bertingkat |
|
Bangunan 8 lantai |
1,265 standar harga gedung bertingkat |
|
Bangunan 9 lantai |
1,299 standar harga gedung bertingkat |
|
Bangunan 10 lantai |
1,333 standar harga gedung bertingkat |
|
Bangunan 11 lantai |
1,364 standar harga gedung bertingkat |
|
Bangunan 12 lantai |
1,393 standar harga gedung bertingkat |
|
Bangunan 13 lantai |
1,420 standar harga gedung bertingkat |
|
Bangunan 14 lantai |
1,445 standar harga gedung bertingkat |
|
Bangunan 15 lantai |
1,468 standar harga gedung bertingkat |
|
Bangunan 16 lantai |
1,489 standar harga gedung bertingkat |
|
Bangunan 17 lantai |
1,508 standar harga gedung bertingkat |
|
Bangunan 18 lantai |
1,525 standar harga gedung bertingkat |
|
Bangunan 19 lantai |
1,541 standar harga gedung bertingkat |
|
Bangunan 20 lantai |
1,556 standar harga gedung bertingkat |
|
Bangunan 21 lantai |
1,570 standar harga gedung bertingkat |
|
Bangunan 22 lantai |
1,584 standar harga gedung bertingkat |
|
Bangunan 23 lantai |
1,597 standar harga gedung bertingkat |
|
Bangunan 24 lantai |
1,610 standar harga gedung bertingkat |
|
Bangunan 25 lantai |
1,622 standar harga gedung bertingkat |
|
Bangunan 26 lantai |
1,634 standar harga gedung bertingkat |
|
Bangunan 27 lantai |
1,645 standar harga gedung bertingkat |
|
Bangunan 28 lantai |
1,656 standar harga gedung bertingkat |
|
Bangunan 29 lantai |
1,666 standar harga gedung bertingkat |
|
Bangunan 30 lantai |
1,676 standar harga gedung bertingkat |
|
Bangunan 31 lantai |
1,686 standar harga gedung bertingkat |
|
Bangunan 32 lantai |
1,695 standar harga gedung bertingkat |
|
Bangunan 33 lantai |
1,704 standar harga gedung bertingkat |
|
Bangunan 34 lantai |
1,713 standar harga gedung bertingkat |
|
Bangunan 35 lantai |
1,722 standar harga gedung bertingkat |
|
Bangunan 36 lantai |
1,730 standar harga gedung bertingkat |
|
Bangunan 37 lantai |
1,738 standar harga gedung bertingkat |
|
Bangunan 38 lantai |
1,746 standar harga gedung bertingkat |
|
Bangunan 39 lantai |
1,754 standar harga gedung bertingkat |
|
Bangunan 40 lantai |
1,761 standar harga gedung bertingkat |
|
|
d. |
Dalam hal sisa bangunan menurut umur tidak sesuai
dengan kondisi nyata, maka Nsb ditetapkan berdasarkan kondisi bangunan
sebagai berikut: |
||||
|
|
|
- |
baik |
= |
85% s.d. 100 % siap pakai/perlu pemeliharaan awal |
|
|
|
|
- |
rusak ringan |
= |
70% s.d. < 85% rusak sebagian non struktur |
|
|
|
|
- |
rusak berat |
= |
55% s.d. < 70% rusak sebagian non struktur/struktur |
|
|
|
|
- |
rusak berat |
= |
35% s.d. < 55% rusak sebagian besar non
struktur/struktur |
|
|
|
Sewa Prasarana Bangunan |
|||||
|
|
Sp = 6,64% x Hp x Nsp |
|||||
|
|
a. |
Keterangan: |
||||
|
|
|
Sp = sewa prasarana bangunan
(Rp/tahun) |
||||
|
|
|
Hp = harga prasarana bangunan dalam keadaan
baru (Rp) |
||||
|
|
|
Nsp = nilai sisa prasarana bangunan (%) |
||||
|
|
b. |
Besar penyusutan /tahun dihitung dengan ketentuan: |
||||
|
|
|
- |
pekerjaan halaman = 5 % |
|||
|
|
|
- |
mesin/instalasi = 10% |
|||
|
|
|
- |
furniture/ elektronik = 25 % |
|||
|
|
|
- |
penyusutan maksimal = 80 % |
|||
3. |
Sewa Selain Tanah dan/atau Bangunan |
||||||
|
|
|
|
|
|||
|
|
|
|
|
|
|
MENTERI KEUANGAN, |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
SRI MULYANI INDRAWATI |
|
|
|
|
|
|
|
LAMPIRAN III PERATURAN
MENTERI KEUANGAN NOMOR
96/PMK.06/2007 TENTANG TATA CARA
PELAKSANAAN PENGGUNAAN, PEMANFAATAN,
PENGHAPUSAN, DAN PEMINDAH TANGANAN
BARANG MILIK NEGARA |
TATA CARA PELAKSANAAN
PINJAM PAKAI BARANG MILIK NEGARA |
|||||
I. |
Definisi |
||||
|
Pinjam pakai Barang Milik Negara adalah penyerahan penggunaan Barang Milik Negara antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah dalam jangka waktu tertentu tanpa menerima imbalan dan setelah jangka waktu berakhir Barang Milik Negara tersebut diserahkan kembali kepada pemerintah pusat. |
||||
II. |
Pertimbangan |
||||
|
Pinjam pakai Barang Milik Negara dilakukan untuk mengoptimalkan penggunaan Barang Milik Negara yang belum/ tidak dipergunakan untuk pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan pusat dan untuk menunjang pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan daerah. |
||||
III. |
Jenis Barang Milik Negara yang dapat Dipinjam-pakaikan |
||||
|
Barang Milik Negara yang dapat dipinjam-pakaikan adalah
tanah dan/atau bangunan, baik yang ada pada Pengelola Barang maupun yang
status penggunaannya ada pada Pengguna Barang, serta Barang Milik Negara
selain tanah dan/atau bangunan. |
||||
IV. |
Subjek Pelaksana Pinjam Pakai |
||||
|
1. |
Pihak-pihak yang dapat meminjam-pakaikan Barang Milik
Negara adalah: |
|||
|
|
a. |
Pengelola Barang, untuk tanah dan/atau bangunan yang
berada pada Pengelola Barang; |
||
|
|
b. |
Pengguna Barang dengan persetujuan Pengelola Barang,
untuk: |
||
|
|
|
1) |
sebagian tanah dan/atau bangunan yang status penggunaannya
ada pada Pengguna Barang; |
|
|
|
|
2) |
Barang Milik Negara selain tanah dan/atau bangunan. |
|
|
2. |
Pihak yang dapat meminjam Barang Milik Negara adalah
pemerintah daerah. |
|||
V. |
Ketentuan dalam Pelaksanaan Pinjam Pakai |
||||
|
1. |
Barang Milik Negara yang dapat dipinjam-pakaikan harus
dalam kondisi belum/tidak digunakan oleh Pengguna Barang atau Pengelola
Barang untuk penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi pemerintahan. |
|||
|
2. |
Tanah dan/atau bangunan yang dapat dipinjam-pakaikan Pengelola Barang meliputi tanah dan/atau bangunan yang berada pada Pengelola Barang yang seluruhnya belum/tidak digunakan untuk kepentingan penyelenggaraan pemerintahan. |
|||
|
3. |
Tanah dan/atau bangunan yang dapat dipinjam-pakaikan Pengguna Barang meliputi sebagian tanah dan/atau bangunan yang merupakan sisa dari tanah dan/atau bangunan yang sudah digunakan oleh Pengguna Barang dalam rangka penyelenggaraan tugas pokok dan fungsinya. |
|||
|
4. |
Jangka waktu peminjaman Barang Milik Negara paling lama
2 (dua) tahun sejak ditandatanganinya perjanjian pinjam pakai, dan dapat
diperpanjang. |
|||
|
5. |
Dalam hal jangka waktu peminjaman Barang Milik Negara akan diperpanjang, permintaan perpanjangan jangka waktu pinjam pakai dimaksud harus sudah diterima Pengelola Barang paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum jangka waktu pinjam pakai berakhir. |
|||
|
6. |
Tanah dan/atau bangunan yang dipinjam-pakaikan harus digunakan sesuai peruntukan dalam perjanjian pinjam pakai dan tidak diperkenankan mengubah, baik menambah dan/ atau mengurangi bentuk bangunan. |
|||
|
7. |
Pemeliharaan dan segala biaya yang timbul selama masa pelaksanaan pinjam pakai menjadi tanggung jawab peminjam. |
|||
|
8. |
Setelah masa pinjam pakai berakhir, peminjam harus mengembalikan Barang Milik Negara yang dipinjam dalam kondisi sebagaimana yang dituangkan dalam perjanjian. |
|||
VI. |
Tata Cara Pelaksanaan Pinjam Pakai |
||||
|
1. |
Pelaksanaan Pinjam Pakai Barang Milik Negara oleh
Pengelola Barang |
|||
|
|
a. |
Permintaan pinjam pakai yang diajukan oleh pemerintah daerah kepada Pengelola Barang sekurang-kurangnya memuat pertimbangan yang mendasari diajukannya permintaan, dan luas, lokasi, serta detil peruntukan tanah dan/atau bangunan. |
||
|
|
b. |
Pengelola Barang melakukan kajian atas permintaan
pemerintah daerah tersebut, terutama menyangkut kelayakan peminjaman tanah
dan/atau bangunan yang diusulkan. |
||
|
|
c. |
Berdasarkan hasil kajian tersebut dalam huruf b,
Pengelola Barang dapat menyetujui atau tidaknya permintaan pinjam pakai tanah
dan/atau bangunan dimaksud. |
||
|
|
d. |
Dalam hal Pengelola Barang tidak menyetujui permintaan
tersebut, Pengelola Barang memberitahukan kepada pemerintah daerah yang
mengajukan permintaan pinjam pakai, disertai alasannya. |
||
|
|
e. |
Dalam hal Pengelola Barang menyetujui permintaan tersebut, Pengelola Barang menerbitkan surat persetujuan pinjam pakai tanah dan/atau bangunan, yang sekurang-kurangnya memuat pihak yang akan meminjam tanah dan/atau bangunan, tanah dan/atau bangunan yang dipinjamkan, jangka waktu peminjaman, dan kewajiban peminjam untuk melakukan pemeliharaan tanah dan/atau bangunan yang dipinjam. |
||
|
|
f. |
Pelaksanaan pinjam pakai dituangkan dalam naskah perjanjian pinjam pakai antara Pengelola Barang dengan pemerintah daerah selaku peminjam, yang antara lain memuat subjek dan objek pinjam pakai, jangka waktu peminjaman, hak dan kewajiban para pihak antara lain kewajiban peminjam untuk melakukan pemeliharaan dan menanggung biaya yang timbul selama pinjam pakai, dan persyaratan lain yang dianggap perlu. |
||
|
|
g. |
Setelah berakhirnya jangka waktu peminjaman, peminjam wajib menyerahkan objek pinjam pakai kepada Pengelola Barang yang dituangkan dalam berita acara serah terima. |
||
|
2. |
Pelaksanaan Pinjam Pakai Barang Milik Negara oleh
Pengguna Barang |
|||
|
|
a. |
Pengguna Barang mengajukan usulan pinjam pakai kepada
Pengelola Barang, yang sekurang-kurangnya memuat pertimbangan yang mendasari
diajukannya permintaan, jenis dan spesifikasi barang, detil peruntukan dan
jangka waktu pinjam pakai. |
||
|
|
b. |
Pengelola Barang melakukan kajian atas usulan Pengguna
Barang, terutama menyangkut kelayakan kemungkinan peminjaman Barang Milik
Negara tersebut. |
||
|
|
c. |
Berdasarkan hasil kajian sebagaimana dimaksud dalam
huruf b, Pengelola Barang dapat menyetujui atau tidaknya usulan pinjam pakai. |
||
|
|
d. |
Dalam hal Pengelola Barang tidak menyetujui usulan
tersebut, Pengelola Barang memberitahukan kepada Pengguna Barang, disertai
alasannya. |
||
|
|
e. |
Dalam hal Pengelola Barang menyetujui usulan tersebut, Pengelola Barang menerbitkan surat persetujuan pinjam pakai Barang Milik Negara, yang sekurang-kurangnya memuat pihak yang akan meminjam, Barang Milik Negara yang dipinjamkan, jangka waktu peminjaman, dan kewajiban peminjam untuk melakukan pemeliharaan Barang Milik Negara yang dipinjam. |
||
|
|
f. |
Berdasarkan persetujuan pinjam pakai tersebut, Pengguna Barang melaksanakan pinjam pakai yang dituangkan dalam naskah perjanjian pinjam pakai antara Pengguna Barang dan pemerintah daerah, yang antara lain memuat subjek dan objek pinjam pakai, jangka waktu peminjaman, hak dan kewajiban para pihak antara lain kewajiban peminjam untuk melakukan pemeliharaan dan menanggung biaya yang timbul selama pinjam pakai, dan persyaratan lain yang dianggap perlu. |
||
|
|
g. |
Pengguna Barang menyampaikan laporan pelaksanaan pinjam
pakai kepada Pengelola Barang. |
||
|
|
h. |
Setelah berakhirnya jangka waktu pinjam pakai, peminjam wajib menyerahkan objek pinjam pakai kepada Pengguna Barang yang dituangkan dalam berita acara serah terima, yang tembusannya disampaikan kepada Pengelola Barang. |
||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
MENTERI KEUANGAN, |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
SRI MULYANI INDRAWATI |
|
|
|
|
|
|
|
LAMPIRAN IV PERATURAN
MENTERI KEUANGAN NOMOR
96/PMK.06/2007 TENTANG TATA CARA
PELAKSANAAN PENGGUNAAN, PEMANFAATAN,
PENGHAPUSAN, DAN PEMINDAH TANGANAN
BARANG MILIK NEGARA |
TATA CARA PELAKSANAAN
KERJASAMA PEMANFAATAN BARANG MILIK NEGARA |
|||||
I. |
Definisi |
||||
|
Kerjasama pemanfaatan adalah penda pendayagunaan Barang Milik Negara oleh pihak lain dalam jangka waktu tertentu dalam rangka peningkatan penerimaan negara bukan pajak dan sumber pembiayaan lainnya. |
||||
II. |
Pertimbangan |
||||
|
Kerjasama pemanfaatan Barang Milik Negara dilakukan
untuk mengoptimalkan pemanfaatan Barang Milik Negara yang belum/tidak
dipergunakan dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi penyelenggaraan
pemerintahan, meningkatkan penerimaan negara, dan mengamankan Barang Milik
Negara dalam arti mencegah penggunaan Barang Milik Negara tanpa didasarkan
pada ketentuan yang berlaku. |
||||
III. |
Barang Milik Negara yang Dapat Dijadikan Objek
Kerjasama Pemanfaatan |
||||
|
Barang Milik Negara yang dapat dijadikan objek kerja
sama pemanfaatan adalah tanah dan/atau bangunan, baik yang ada pada Pengelola
Barang maupun yang status penggunaannya ada pada Pengguna Barang, serta
Barang Milik Negara selain tanah dan/atau bangunan. |
||||
IV. |
Subjek Pelaksana Kerjasama Pemanfaatan |
||||
|
1. |
Pihak yang dapat melakukan kerjasama pemanfaatan Barang
Milik Negara: |
|||
|
|
a. |
Pengelola Barang, untuk tanah dan/atau bangunan yang
berada pada Pengelola Barang; |
||
|
|
b. |
Pengguna Barang dengan persetujuan Pengelola Barang,
untuk: |
||
|
|
|
1) |
sebagian tanah dan/atau bangunan yang berlebih dari tanah dan/atau bangunan yang sudah digunakan oleh Pengguna Barang dalam rangka penyelenggaraan tugas pokok dan fungsinya; |
|
|
|
|
2) |
Barang Milik Negara selain tanah dan/atau bangunan. |
|
|
2. |
Pihak yang dapat menjadi mitra kerjasama pemanfaatan
Barang Milik Negara meliputi: |
|||
|
|
a. |
Badan Usaha Milik Negara; |
||
|
|
b. |
Badan Usaha Milik Daerah; |
||
|
|
c. |
Badan Hukum lainnya. |
||
V. |
Ketentuan dalam Pelaksanaan Kerjasama Pemanfaatan |
||||
|
1. |
Kerjasama pemanfaatan tidak mengubah status Barang
Milik Negara yang menjadi objek kerjasama pemanfaatan. |
|||
|
2. |
Sarana dan prasarana yang menjadi bagian dari
pelaksanaan kerjasama pemanfaatan adalah Barang Milik Negara sejak
pengadaannya. |
|||
|
3. |
Jangka waktu kerjasama pemanfaatan Barang Milik Negara
paling lama 30 (tiga puluh) tahun sejak ditandatanganinya perjanjian, dan
dapat diperpanjang. |
|||
|
4. |
Penerimaan negara yang wajib disetorkan mitra kerjasama
pemanfaatan selama jangka waktu kerjasama pemanfaatan, terdiri dari: |
|||
|
|
a. |
kontribusi tetap; dan |
||
|
|
b. |
pembagian keuntungan hasil pendapatan kerja sama
pemanfaatan Barang Milik Negara. |
||
|
5. |
Penghitungan nilai Barang Milik Negara |
|||
|
|
Baik yang berada pada Pengelola Barang maupun yang
berada pada Pengguna Barang, dalam rangka penentuan besaran kontribusi tetap
dilakukan oleh penilai yang ditugaskan oleh Pengelola Barang. |
|||
|
6. |
Penetapan besaran kontribusi tetap |
|||
|
|
a. |
besaran kontribusi tetap atas Barang Milik Negara
berupa tanah dan/atau bangunan ditetapkan oleh Pengelola Barang berdasarkan
hasil perhitungan penilai; |
||
|
|
b. |
besaran kontribusi tetap atas Barang Milik Negara
selain tanah dan/atau bangunan ditetapkan oleh Pengguna Barang dengan
persetujuan Pengelola Barang berdasarkan hasil perhitungan penilai. |
||
|
7. |
Pembayaran kontribusi tetap oleh mitra kerjasama pemanfaatan untuk pembayaran pertama harus dilakukan pada saat ditandatanganinya perjanjian kerjasama pemanfaatan, dan bayaran kontribusi tahun berikutnya harus dilakukan paling lambat tanggal 31 Maret setiap tahun sampai berakhirnya perjanjian kerjasama pemanfaatan, dengan penyetoran ke rekening kas umum negara. |
|||
|
8. |
Pembagian keuntungan hasil pendapatan
harus disetor ke rekening kas umum negara paling lambat tanggal 31
Maret tahun berikutnya. |
|||
|
9. |
Keterlambatan pembayaran kontribusi tetap dan pembagian
keuntungan dari tanggal tersebut pada butir 12 dan butir 13 dikenakan denda
paling sedikit sebesar 1‰ (satu per seribu) per hari. |
|||
|
10. |
Mitra kerjasama pemanfaatan ditentukan melalui pemilihan calon mitra kerjasama pemanfaatan (tender) yang dilakukan dengan mengikuti ketentuan peraturan perundang-undangan pengadaan barang/jasa, kecuali Barang Milik Negara yang bersifat khusus dapat dilakukan penunjukan langsung. |
|||
|
11. |
Seluruh biaya yang Timbul pada tahap persiapan dan pelaksanaan kerjasama pemanfaatan, antara lain meliputi biaya perizinan, konsultan pengawas, biaya konsultan hukum, dan biaya pemeliharaan objek kerjasama pemanfaatan, menjadi beban mitra kerjasama pemanfaatan; |
|||
|
12. |
Surat persetujuan kerjasama pemanfaatan dari Pengelola
Barang dinyatakan tidak berlaku apabila dalam jangka waktu satu tahun sejak
ditetapkan tidak ditindaklanjuti dengan penandatanganan surat perjanjian
kerjasama pemanfaatan. |
|||
|
13. |
Izin Mendirikan Bangunan (IMB) harus atas nama
Pemerintah Republik Indonesia. |
|||
VI. |
Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Pemanfaatan |
||||
|
1. |
Kerjasama pemanfaatan atas tanah dan/atau bangunan yang
berada pada Pengelola Barang |
|||
|
|
a. |
Pengelola Barang membentuk Tim yang beranggotakan unsur Pengelola Barang, yang akan melakukan penelitian mengenai tanah dan/atau bangunan yang dijadikan objek kerjasama pemanfaatan, menyiapkan hal-hal yang bersifat teknis, dan melakukan pemilihan mitra kerjasama pemanfaatan. |
||
|
|
b. |
Dalam pembentukan Tim di atas, Pengelola Barang dapat
mengikutsertakan unsur instansi/lembaga teknis yang berkompeten. |
||
|
|
c. |
Dalam rangka penghitungan besaran kontribusi tetap dan
pembagian keuntungan, Pengelola Barang menugaskan penilai untuk melakukan
penghitungan nilai Barang Milik Negara yang akan dijadikan objek kerjasama
pemanfaatan. |
||
|
|
d. |
Penilai menyampaikan laporan penilaian kepada Pengelola
Barang melalui Tim. |
||
|
|
e. |
Tim menyampaikan laporan kepada Pengelola Barang terkait dengan hasil penelitian atas tanah dan/atau bangunan, penghitungan besaran kontribusi tetap, dan pembagian hasil keuntungan yang didasarkan pada laporan penilaian. |
||
|
|
f. |
Berdasarkan laporan Tim dimaksud, Pengelola Barang
menerbitkan surat penetapan nilai tanah dan/atau bangunan, besaran kontribusi
tetap dan pembagian hasil keuntungan. |
||
|
|
g. |
Berdasarkan surat penetapan tersebut, Tim melakukan
tender untuk mendapatkan mitra kerjasama pemanfaatan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku. |
||
|
|
h. |
Hasil pelaksanaan pemilihan mitra kerjasama pemanfaatan
disampaikan kepada Pengelola Barang untuk ditetapkan. |
||
|
|
i. |
Apabila telah memenuhi persyaratan dan disetujui, Pengelola Barang menerbitkan keputusan pelaksanaan kerjasama pemanfaatan tanah dan/atau bangunan dimaksud, sekurang-kurangnya muat objek kerjasama pemanfaatan, besaran kontribusi tetap dan pembagian keuntungan, mitra kerjasama pemanfaatan, dan jangka waktu kerjasama pemanfaatan. |
||
|
|
j. |
Tim menyiapkan konsep perjanjian kerjasama pemanfaatan
serta menyiapkan konsep berita acara serah terima barang. |
||
|
|
k. |
Pelaksanaan kerjasama pemanfaatan dituangkan dalam naskah perjanjian dalam akta notaris, antara Pengelola Barang dengan mitra kerjasama pemanfaatan, yang antara lain memuat objek kerjasama pemanfaatan, mitra kerja sama pemanfaatan, besaran kontribusi tetap dan pembagian keuntungan, hak dan kewajiban para pihak, mekanisme pembayaran, sanksi, serta jangka waktu kerja sama pemanfaatan, dengan memperhatikan azas optimalisasi daya guna dan hasil guna Barang Milik Negara, serta peningkatan penerimaan negara. |
||
|
|
l. |
Pengelola Barang melakukan monitoring, evaluasi, dan
penatausahaan pelaksanaan kerjasama pemanfaatan Barang Milik Negara. |
||
|
|
m. |
Perpanjangan jangka waktu kerjasama pemanfaatan Barang
Milik Negara dilakukan setelah dievaluasi oleh Pengelola Barang; |
||
|
|
n. |
Permohonan perpanjangan jangka waktu kerjasama pemanfaatan harus disampaikan oleh mitra kerjasama kepada Pengelola Barang paling lambat 1 (satu) tahun sebelum berakhirnya jangka waktu kerjasama pemanfaatan. |
||
|
|
o. |
Setelah berakhirnya jangka waktu kerjasama pemanfaatan, mitra menyerahkan objek kerjasama pemanfaatan, berikut dengan sarana dan prasarana yang menjadi bagian dari pelaksanaan kerjasama pemanfaatan, dilengkapi dengan dokumen terkait kepada Pengelola Barang yang dituangkan dalam berita acara serah terima. |
||
|
2. |
Kerjasama pemanfaatan atas sebagian tanah dan/atau
bangunan yang berlebih dari tanah dan/atau bangunan yang sudah digunakan oleh
Pengguna Barang |
|||
|
|
a. |
Pengguna Barang mengajukan usulan kerjasama pemanfaatan tanah dan/atau bangunan kepada Pengelola Barang, dengan disertai bukti kepemilikan, gambar lokasi, luas, dan nilai perolehan dan/atau NJOP tanah dan/atau bangunan, pertimbangan yang mendasari usulan kerjasama pemanfaatan, dan jangka waktu kerjasama pemanfaatan. |
||
|
|
b. |
Pengelola Barang melakukan kajian atas usulan Pengguna
Barang tersebut, terutama menyangkut kelayakan kemungkinan kerjasama
pemanfaatan Barang Milik Negara tanah dan/atau bangunan dimaksud. |
||
|
|
c. |
Apabila kajian atas usulan kerjasama pemanfaatan tersebut menyimpulkan kelayakan dilakukannya kerjasama pemanfaatan, Pengelola Barang membentuk Tim yang anggotanya terdiri atas Pengelola Barang dan Pengguna Barang, untuk melakukan penelitian atas tanah dan/atau bangunan yang akan dilakukan kerjasama pemanfaatan serta menyiapkan hal-hal yang bersifat teknis. |
||
|
|
d. |
Dalam pembentukan Tim di atas, Pengelola Barang dapat
mengikutsertakan unsur instansi/lembaga teknis yang kompeten. |
||
|
|
e. |
Dalam rangka penghitungan besaran kontribusi tetap dan
pembagian keuntungan, Pengelola Barang menugaskan penilai untuk melakukan
penghitungan nilai Barang Milik Negara yang akan dijadikan objek kerjasama
pemanfaatan. |
||
|
|
f. |
Penilai menyampaikan laporan penilaian kepada Pengelola
Barang melalui Tim. |
||
|
|
g. |
Tim menyampaikan laporan hasil penelitiannnya atas tanah dan/atau bangunan, berikut hasil penghitungan besaran kontribusi tetap dan pembagian keuntungan yang didasarkan pada laporan penilaian kepada Pengelola Barang. |
||
|
|
h. |
Berdasarkan laporan Tim dimaksud, Pengelola Barang
memutuskan disetujui atau tidaknya usulan kerjasama pemanfaatan. |
||
|
|
i. |
Dalam hal Pengelola Barang tidak menyetujui usulan
tersebut, Pengelola Barang memberitahukan kepada Pengguna Barang disertai
dengan alasannya. |
||
|
|
j. |
Dalam hal Pengelola Barang menyetujui usulan tersebut, Pengelola Barang menerbitkan surat persetujuan yang sekurang-kurangnya memuat bagian tanah dan/atau bangunan yang akan dijadikan objek kerjasama pemanfaatan, nilai tanah dan/atau bangunan, besaran kontribusi tetap dan pembagian hasil keuntungan, dan jangka waktu kerjasama pemanfaatan. |
||
|
|
k. |
Berdasarkan persetujuan dari Pengelola Barang tersebut
dalam huruf j, Pengguna Barang melakukan tender untuk mendapatkan mitra
kerjasama pemanfaatan. |
||
|
|
l. |
Pengguna Barang menetapkan mitra kerjasama pemanfaatan berdasarkan hasil pelaksanaan pemilihan dimaksud, disertai dengan penetapan besaran kontribusi tetap dan pembagian keuntungan. |
||
|
|
m. |
Pelaksanaan kerja sama pemanfaatan dituangkan dalam
bentuk naskah perjanjian kerja sama pemanfaatan antara Pengguna Barang dengan
mitra kerja sama pemanfaatan yang sekurang-kurangnya memuat pihak mitra kerja
sama pemanfaatan, besaran kontribusi tetap dan pembagian keuntungan, serta
jangka waktu kerja sama pemanfaatan. |
||
|
|
n. |
Penyerahan Barang Milik Negara yang menjadi objek
kerjasama pemanfaatan dituangkan dalam berita acara serah terima. |
||
|
|
o. |
Pengguna Barang menyampaikan laporan pelaksanaan
kerjasama pemanfaatan kepada Pengelola Barang. |
||
|
|
p. |
Pengguna Barang bersama-sama dengan pengelola Barang
melakukan monitoring, evaluasi dan penatausahaan pelaksanaan kerjasama
pemanfaatan Barang Milik Negara tersebut. |
||
|
|
q. |
Perpanjangan jangka waktu kerjasama pemanfaatan Barang
Milik Negara dilakukan setelah dievaluasi oleh Pengguna Barang dan disetujui
oleh Pengelola Barang; |
||
|
|
r. |
Permohonan perpanjangan jangka waktu kerjasama pemanfaatan harus disampaikan oleh Pengguna Barang kepada Pengelola Barang paling lambat 1 (satu) tahun sebelum berakhirnya jangka waktu kerjasama pemanfaatan. |
||
|
|
s. |
Setelah berakhirnya jangka waktu kerjasama pemanfaatan, mitra menyerahkan objek kerjasama pemanfaatan, berikut dengan sarana dan prasarana yang menjadi bagian dari pelaksanaan kerjasama pemanfaatan, dilengkapi dengan dokumen terkait kepada Pengelola Barang yang dituangkan dalam berita acara serah terima. |
||
|
3. |
Kerjasama pemanfaatan Barang Milik Negara selain tanah
dan/atau bangunan |
|||
|
|
a. |
Pengguna Barang mengajukan usul kerjasama pemanfaatan
kepada Pengelola Barang, disertai dengan pertimbangan kerjasama pemanfaatan,
nilai perolehan, fotokopi dokumen kepemilikan, kartu identitas barang, dan
jangka waktu kerjasama pemanfaatan. |
||
|
|
b. |
Pengelola Barang melakukan kajian atas usulan Pengguna
Barang tersebut, terutama menyangkut kelayakan kemungkinan kerjasama
pemanfaatan Barang Milik Negara selain tanah dan/atau bangunan dimaksud. |
||
|
|
c. |
Berdasarkan kajian dimaksud, Pengelola Barang
memutuskan disetujui atau tidaknya usulan kerjasama pemanfaatan yang diajukan
oleh Pengguna Barang. |
||
|
|
d. |
Dalam hal Pengelola Barang tidak menyetujui usulan
tersebut, Pengelola Barang memberitahukan kepada Pengguna Barang disertai
dengan alasannya. |
||
|
|
e. |
Dalam hal Pengelola Barang menyetujui usulan tersebut, Pengelola Barang menerbitkan surat persetujuan atas usulan kerjasama, pemanfaatan, yang sekurang-kurangnya memuat objek kerjasama pemanfaatan, jangka waktu kerjasama pemanfaatan, kewajiban pengguna membentuk Tim yang akan melakukan penelitian terhadap objek kerjasama pemanfaatan, serta menghitung besaran kontribusi tetap dan pembagian keuntungan. |
||
|
|
f. |
Berdasarkan persetujuan dari Pengelola Barang, Pengguna
Barang membentuk Tim yang unsur-unsurnya terdiri atas Pengguna Barang dan
Pengelola Barang dan dapat mengikutsertakan unsur instansi/lembaga teknis
yang kompeten. |
||
|
|
g. |
Hasil penelitian, penghitungan besaran kontribusi
tetap, dan pembagian keuntungan, disampaikan kepada Pengguna Barang untuk
mendapatkan penetapan. |
||
|
|
h. |
Pengguna Barang melakukan tender untuk mendapatkan
mitra kerjasama pemanfaatan berdasarkan penetapan sebagaimana tersebut pada
butir g. |
||
|
|
i. |
Pengguna Barang menetapkan mitra kerjasama pemanfaatan,
disertai dengan besaran kontribusi tetap dan pembagian keuntungan kerjasama
pemanfaatan. |
||
|
|
j. |
Pelaksanaan kerja sama pemanfaatan dituangkan dalam
naskah perjanjian kerja sama pemanfaatan antara Pengguna Barang dengan mitra
kerja sama pemanfaatan, yang sekurang-kurangnya memuat objek kerjasama
pemanfaatan, mitra kerja sama pemanfaatan, besaran kontribusi tetap dan pembagian
keuntungan, serta jangka waktu kerja sama pemanfaatan. |
||
|
|
k. |
Penyerahan Barang Milik Negara yang menjadi objek
kerjasama pemanfaatan dituangkan dalam berita acara serah terima. |
||
|
|
l. |
Pengguna Barang melaporkan pelaksanaan kerjasama
pemanfaatan dimaksud kepada Pengelola Barang, disertai bukti setor kontribusi
tetap, dan fotokopi perjanjian kerjasama pemanfaatan. |
||
|
|
m. |
Pengguna Barang dan Pengelola Barang melakukan
monitoring, evaluasi, dan menatausahakan pelaksanaan kerjasama pemanfaatan. |
||
|
|
n. |
Perpanjangan jangka waktu kerjasama pemanfaatan Barang
Milik Negara dilakukan setelah dievaluasi oleh Pengguna Barang dan disetujui
oleh Pengelola Barang; |
||
|
|
o. |
Permohonan perpanjangan jangka waktu kerjasama pemanfaatan harus disampaikan oleh Pengguna Barang kepada Pengelola Barang paling lambat 1 (satu) tahun sebelum berakhirnya jangka waktu kerjasama pemanfaatan. |
||
|
|
p. |
Setelah berakhirnya jangka waktu kerjasama pemanfaatan, mitra menyerahkan objek kerjasama pemanfaatan dilengkapi dengan dokumen terkait kepada Pengguna Barang yang dituangkan dalam berita acara serah terima. |
||
|
|
|
|
||
|
|
|
|
|
MENTERI KEUANGAN, |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
SRI MULYANI INDRAWATI |
|
|
|
|
|
|
|
LAMPIRAN V PERATURAN
MENTERI KEUANGAN NOMOR
96/PMK.06/2007 TENTANG TATA CARA
PELAKSANAAN PENGGUNAAN, PEMANFAATAN,
PENGHAPUSAN, DAN PEMINDAH TANGANAN
BARANG MILIK NEGARA |
TATA CARA PELAKSANAAN
BANGUN GUNA SERAH (BGS) DAN BANGUN SERAH GUNA
(BSG) BARANG MILIK NEGARA |
||||
I. |
Difinisi |
|||
|
1.. |
Bangun Guna Serah (BGS) adalah pemanfaatan tanah milik pemerintah pusat oleh pihak lain dengan mendirikan bangunan dan/atau sarana, berikut fasilitasnya, kemudian didayagunakan oleh pihak lain tersebut dalam jangka waktu tertentu yang telah disepakati, untuk selanjutnya tanah beserta bangunan dan/atau sarana, berikut fasilitasnya, diserahkan kembali kepada Pengelola Barang setelah berakhirnya jangka waktu. |
||
|
2. |
Bangun Serah Guna (BSG) adalah pemanfaatan tanah milik pemerintah pusat oleh pihak lain dengan mendirikan bangunan dan/atau sarana, berikut fasilitasnya, dan setelah selesai pembangunannya diserahkan kepada Pengelola Barang untuk kemudian didayagunakan oleh pihak lain tersebut selama jangka waktu tertentu yang disepakati. |
||
II. |
Pertimbangan |
|||
|
BGS dan BSG dilakukan untuk menyediakan bangunan dan fasilitasnya dalam rangka penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi kementerian/lembaga, yang dana pembangunannya tidak tersedia dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). |
|||
III. |
Barang Milik Negara yang dapat Dijadikan Objek BGS/BSG |
|||
|
Barang Milik Negara yang dapat dijadikan objek BGS/BSG
adalah Barang Milik Negara yang berupa tanah, baik tanah yang ada pada
Pengelola Barang maupun tanah yang status penggunaannya ada pada Pengguna
Barang. |
|||
IV. |
Subjek Pelaksanaan BGS/ BSG |
|||
|
1. |
Pihak yang dapat melaksanakan BGS/BSG Barang Milik
Negara adalah Pengelola Barang. |
||
|
2. |
Pihak-pihak yang dapat menjadi mitra BGS/BSG adalah: |
||
|
|
a. |
Badan Usaha Milik Negara; |
|
|
|
b. |
Badan Usaha Milik Daerah; |
|
|
|
c. |
Badan Hukum lainnya. |
|
V. |
Ketentuan dalam Pelaksanaan BGS/BSG |
|||
|
1. |
Selama masa pengoperasian BGS/BSG, Pengguna Barang harus dapat menggunakan langsung objek BGS/ BSG, beserta sarana dan prasarananya untuk penyelenggaraan tugas pokok dan fungsinya berdasarkan penetapan dari Pengelola Barang, paling sedikit 10% (sepuluh persen) dari luas objek dan sarana prasarana BGS/BSG dimaksud. |
||
|
2. |
Jangka waktu pengoperasian BGS/BSG oleh mitra BGS/BSG
paling lama 30 (tiga puluh) tahun terhitung sejak perjanjian ditandatangani. |
||
|
3. |
Kewajiban mitra BGS/BSG selama jangka waktu
pengoperasian: |
||
|
|
a. |
membayar kontribusi ke rekening kas umum negara; |
|
|
|
b. |
tidak menjaminkan, menggadaikan dan/atau
memindahtangankan objek BGS/BSG; dan |
|
|
|
c. |
memelihara objek BGS/BSG agar tetap dalam kondisi baik. |
|
|
4. |
Pemilihan mitra BGS/BSG dilaksanakan melalui tender
dengan mengikutsertakan sekurang-kurangnya 5 (lima) peserta/peminat. |
||
|
5. |
Penghitungan nilai tanah dalam rangka penentuan nilai
limit terendah besaran kontribusi dilakukan oleh penilai yang ditetapkan oleh
Pengelola Barang. |
||
|
6. |
Nilai limit terendah besaran kontribusi atas
pelaksanaan BGS/BSG Barang Milik Negara ditetapkan oleh Pengelola Barang
berdasarkan hasil perhitungan penilai. |
||
|
7. |
Pembayaran kontribusi dari mitra BSG/BGS, kecuali untuk pembayaran pertama yang harus dilakukan pada saat ditandatanganinya perjanjian BSG/BGS, harus dilakukan paling lambat tanggal 31 Januari setiap tahun sampai dengan berakhirnya perjanjian BSG/BGS dimaksud, dengan penyetoran ke rekening kas umum negara. |
||
|
8. |
Keterlambatan pembayaran kontribusi dari tanggal
tersebut pada butir 7 akan dikenakan denda paling sedikit sebesar 1‰ (satu
per seribu) per hari. |
||
|
9. |
Dalam hal mitra tidak melakukan pembayaran kontribusi sebanyak tiga kali dalam jangka waktu pengoperasian BGS/BSG, Pengelola Barang dapat secara sepihak mengakhiri perjanjian. |
||
|
10. |
Seluruh biaya yang timbul pada tahap persiapan dan pelaksanaan kerjasama pemanfaatan, antara lain meliputi biaya perizinan, konsultan pengawas, biaya konsultan hukum, dan biaya pemeliharaan objek BGS/BSG, dan biaya audit oleh aparat pengawas fungsional menjadi beban mitra kerjasama pemanfaatan. |
||
|
11. |
Setelah masa pengoperasian BGS/BSG berakhir, objek pelaksanaan BGS/BSG harus diaudit oleh aparat pengawas fungsional sebelum diserahkan kepada Pengelola Barang dan/atau Pengguna Barang. |
||
|
12. |
Setelah masa pemanfaatan berakhir, bangunan dan
fasilitas hasil BGS/BSG ditetapkan status penggunaannya oleh Pengelola
Barang. |
||
|
13. |
Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dalam rangka BGS/BSG
harus atas nama Pemerintah Republik Indonesia. |
||
VI. |
Tata Cara Pelaksanaan BGS dan BSG |
|||
|
1. |
BGS/BSG atas tanah yang berada pada Pengelola Barang |
||
|
|
a. |
Pengelola Barang menetapkan tanah yang akan dijadikan
objek BGS/BSG berdasarkan hasil penelitian kelayakan tersebut. |
|
|
|
b. |
Pengelola Barang membentuk tim yang beranggotakan unsur
Pengelola Barang, Pengguna Barang, serta dapat mengikutsertakan unsur
instansi/lembaga teknis yang kompeten. |
|
|
|
c. |
Tim bertugas untuk melakukan pengkajian tanah yang akan dijadikan objek BGS/BSG serta menyiapkan hal-hal yang bersifat teknis, termasuk tetapi tidak terbatas untuk menyiapkan rincian kebutuhan bangunan dan fasilitas yang akan ditenderkan, penelitian indikasi biaya yang diperlukan untuk penyediaan bangunan dan fasilitasnya, dan melakukan tender calon mitra BGS/BSG. |
|
|
|
d. |
Pengelola Barang menugaskan penilai untuk melakukan
perhitungan nilai limit terendah besaran kontribusi BGS/BSG atas Barang Milik
Negara yang akan menjadi objek BGS/BSG. |
|
|
|
e. |
Penilai menyampaikan laporan penilaian kepada Pengelola
Barang melalui Tim. |
|
|
|
f. |
Tim menyampaikan laporan kepada Pengelola Barang
terkait dengan hasil pengkajian atas tanah, dengan disertai perhitungan nilai
limit terendah besaran kontribusi BGS/BSG dari penilai. |
|
|
|
g. |
Berdasarkan laporan tim dimaksud, Pengelola Barang menerbitkan surat penetapan nilai tanah yang akan dilakukan BGS/BSG dan nilai limit terendah kontribusi atas pelaksanaan BGS/BSG, dan rencana kebutuhan bangunan dan fasilitasnya. |
|
|
|
h. |
Berdasarkan surat penetapan tersebut, tim melakukan
tender pemilihan mitra BGS/ BSG. |
|
|
|
i. |
Hasil pelaksanaan tender disampaikan kepada Pengelola Barang untuk ditetapkan dengan menerbitkan surat keputusan pelaksanaan BGS/BSG dimaksud, yang antara lain memuat objek BGS/BSG, nilai kontribusi, mitra BGS/BSG, dan jangka waktu BGS/ BSG. |
|
|
|
j. |
Pelaksanaan BGS/BSG dituangkan dalam perjanjian BGS/BSG
antara Pengelola Barang dengan mitra BGS/BSG. |
|
|
|
k. |
Mitra BGS/BSG menyetorkan ke rekening kas umum negara uang kontribusi tetap setiap tahun paling lambat tanggal 31 Januari kecuali untuk tahun pertama selambat-lambatnya pada saat perjanjian BGS/BSG ditandatangani. |
|
|
|
l. |
Setelah pembangunan selesai, mitra BSG menyerahkan
objek BSG beserta fasilitasnya kepada Pengelola Barang, yang dituangkan dalam
berita acara serah terima barang. |
|
|
|
m. |
Mitra BSG mengoperasikan objek BSG setelah penyerahan
objek BSG sesuai dengan perjanjian BSG. |
|
|
|
n. |
Pengelola Barang melakukan monitoring, evaluasi, dan
penatausahaan pelaksanaan BGS Barang Milik Negara dimaksud. |
|
|
|
o. |
Penyerahan kembali objek BGS beserta fasilitasnya kepada Pengelola Barang dilaksanakan setelah masa pengoperasian BGS yang diperjanjikan berakhir dan dituangkan dalam suatu berita acara serah terima barang. |
|
|
2. |
BGS/BSG atas tanah yang status penggunaannya ada pada
Pengguna Barang |
||
|
|
a. |
Pengguna Barang menyerahkan tanah yang akan dijadikan objek BGS/ BSG kepada Pengelola Barang dengan disertai usulan BGS/ BSG dan dokumen pendukung berupa lokasi/alamat, status dan bukti kepemilikan, luas, harga perolehan/NJOP, dan rencana pembangunan gedung yang diinginkan |
|
|
|
b. |
Berdasarkan usulan dari Pengguna Barang, selanjutnya
mekanisme BGS/BSG dilaksanakan mengacu pada ketentuan pada angka Romawi VI-1. |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
MENTERI KEUANGAN, |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
SRI MULYANI INDRAWATI |
|
|
|
|
|
|
|
LAMPIRAN VI PERATURAN
MENTERI KEUANGAN NOMOR
96/PMK.06/2007 TENTANG TATA CARA
PELAKSANAAN PENGGUNAAN, PEMANFAATAN,
PENGHAPUSAN, DAN PEMINDAH TANGANAN
BARANG MILIK NEGARA |
TATA CARA PELAKSANAAN
PENGHAPUSAN BARANG MILIK NEGARA |
||||||
I. |
Definisi |
|||||
|
Penghapusan adalah tindakan menghapus Barang Milik
Negara dari daftar barang dengan menerbitkan keputusan dari pejabat yang
berwenang untuk membebaskan Pengguna Barang dan/atau Kuasa Pengguna Barang
dan/atau Pengelola Barang dari tanggung jawab administrasi dan fisik barang
yang berada dalam penguasaannya. |
|||||
II. |
Persyaratan Penghapusan |
|||||
|
1. |
Persyaratan penghapusan Barang Milik Negara selain
tanah dan/atau bangunan adalah sebagai berikut : |
||||
|
|
a. |
Memenuhi persyaratan teknis: |
|||
|
|
|
1) |
secara fisik barang tidak dapat digunakan karena rusak,
dan tidak ekonomis apabila diperbaiki; |
||
|
|
|
2) |
secara teknis barang tidak dapat digunakan lagi akibat
modernisasi; |
||
|
|
|
3) |
barang telah melampaui batas waktu
kegunaannya/kadaluarsa; |
||
|
|
|
4) |
barang mengalami perubahan dalam spesifikasi karena
penggunaan, seperti terkikis, aus, dan lain-lain sejenisnya; atau |
||
|
|
|
5) |
berkurangnya barang dalam timbangan/ukuran disebabkan
penggunaan/susut dalam penyimpanan/pengangkutan. |
||
|
|
b. |
Memenuhi persyaratan ekonomis, yaitu lebih menguntungkan bagi negara apabila barang dihapus, karena biaya operasional dan pemeliharaan barang lebih besar daripada manfaat yang diperoleh; atau |
|||
|
|
c. |
Barang hilang, atau dalam kondisi kekurangan
perbendaharaan atau kerugian karena kematian hewan atau tanaman. |
|||
|
2. |
Persyaratan penghapusan Barang Milik Negara berupa
tanah dan/atau bangunan adalah sebagai berikut : |
||||
|
|
a. |
barang dalam kondisi rusak berat karena bencana alam
atau karena sebab lain di luar kemampuan manusia (force majeure); |
|||
|
|
b. |
lokasi barang menjadi tidak sesuai dengan Rencana Umum
Tata Ruang (RUTR) karena adanya perubahan tata ruang kota; |
|||
|
|
c. |
sudah tidak memenuhi kebutuhan organisasi karena
perkembangan tugas; |
|||
|
|
d. |
penyatuan lokasi barang dengan barang lain milik negara
dalam rangka efisiensi; atau |
|||
|
|
e. |
pertimbangan dalam rangka pelaksanaan rencana strategis
pertahanan. |
|||
III. |
Penghapusan Barang Milik Negara |
|||||
|
Penghapusan dibedakan menjadi : |
|||||
|
1. |
penghapusan dari Daftar Barang Pengguna pada Pengguna
Barang atau dari Daftar Barang Kuasa Pengguna pada Kuasa Pengguna Barang; |
||||
|
2. |
penghapusan dari Daftar Barang Milik Negara pada
Pengelola Barang. |
||||
IV. |
Ketentuan dalam Pelaksanaan Penghapusan |
|||||
|
1. |
Penghapusan Barang Milik Negara dari Daftar Barang
Pengguna dan/atau Daftar Barang Kuasa Pengguna dilakukan dalam hal Barang
Milik Negara dimaksud sudah tidak berada dalam penguasaan Pengguna Barang
dan/atau Kuasa Pengguna Barang karena salah satu hal di bawah ini: |
||||
|
|
a. |
penyerahan Barang Milik Negara kepada Pengelola Barang; |
|||
|
|
b. |
pengalihan status penggunaan Barang Milik Negara selain
tanah dan/atau bangunan kepada Pengguna Barang lain; |
|||
|
|
c. |
pemindahtanganan Barang Milik Negara selain tanah
dan/atau bangunan kepada pihak lain; |
|||
|
|
d. |
putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum
tetap dan sudah tidak ada upaya hukum lainnya, atau menjalankan ketentuan
undang-undang; |
|||
|
|
e. |
pemusnahan; |
|||
|
|
f. |
sebab-sebab lain yang secara normal dapat diperkirakan wajar menjadi penyebab penghapusan, antara lain hilang, kecurian, terbakar, susut, menguap, mencair, terkena bencana alam, kadaluwarsa, dan mati/cacat berat/tidak produktif untuk tanaman/hewan/ternak, serta terkena dampak dari terjadinya force majeure. |
|||
|
2. |
Penghapusan dari Daftar Barang Milik Negara pada
Pengelola Barang dilakukan karena salah satu hal di bawah ini: |
||||
|
|
a. |
beralih kepemilikannya karena terjadi pemindahtanganan; |
|||
|
|
b. |
menjalankan putusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap dan sudah tidak ada upaya hukum lainnya; |
|||
|
|
c. |
menjalankan ketentuan undang-undang; |
|||
|
|
d. |
pemusnahan; |
|||
|
|
e. |
sebab-sebab lain yang secara normal dapat diperkirakan wajar menjadi penyebab penghapusan, antara lain hilang, kecurian, terbakar, susut, menguap, mencair, terkena bencana alam, kadaluwarsa, dan mati/cacat berat/tidak produktif untuk tanaman/hewan/ternak, serta terkena dampak dari terjadinya force majeure. |
|||
|
3. |
Penghapusan dilakukan setelah surat keputusan penghapusan diterbitkan oleh pejabat yang berwenang, yaitu: |
||||
|
|
a. |
Pengguna Barang setelah mendapat persetujuan dari
Pengelola Barang, untuk penghapusan dari Daftar Barang Pengguna dan/atau
Daftar Barang Kuasa Pengguna; |
|||
|
|
b. |
Pengelola Barang, untuk penghapusan dari Daftar Barang
Milik Negara. |
|||
|
4. |
Pengguna Barang wajib menyampaikan laporan pelaksanaan penghapusan kepada Pengelola Barang dengan dilampiri keputusan penghapusan, berita acara penghapusan, dan/ atau bukti setor, risalah lelang, dan dokumen lainnya, paling lambat 1(satu) bulan setelah serah terima. |
||||
|
5. |
Kendaraan bermotor dinas operasional hanya dapat
dihapuskan apabila telah berusia sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) tahun : |
||||
|
|
a. |
terhitung mulai tanggal, bulan, tahun perolehannya,
untuk perolehan dalam kondisi baru; |
|||
|
|
b. |
terhitung mulai tanggal, bulan, tahun pembuatannya, untuk perolehan selain tersebut pada huruf a; |
|||
|
|
sebagaimana tercatat sebagai Barang Milik Negara dan
tidak akan mengganggu penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi
kementerian/lembaga yang bersangkutan. |
||||
|
6. |
Penghapusan kendaraan bermotor selain tersebut angka 5 dapat dilakukan apabila kendaraan bermotor tersebut hilang, atau rusak berat akibat kecelakaan atau force majeure dengan kondisi paling tinggi 30% (tiga puluh persen) berdasarkan keterangan instansi yang kompeten. |
||||
|
7. |
Penghapusan Barang Milik Negara berupa kendaraan
bermotor pada kantor perwakilan Pemerintah RI di luar negeri, persyaratannya
mengikuti ketentuan negara setempat. |
||||
|
8. |
Pemusnahan dapat dilakukan dalam hal: |
||||
|
|
a. |
tidak dapat digunakan, tidak dapat dimanfaatkan, dan
tidak dapat dipindahtangankan; |
|||
|
|
b. |
alasan lain sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan. |
|||
|
9. |
Pemusnahan dilakukan dengan cara: |
||||
|
|
a. |
dibakar; |
|||
|
|
b. |
dihancurkan; |
|||
|
|
c. |
ditimbun; |
|||
|
|
d. |
ditenggelamkan dalam laut; atau |
|||
|
|
e. |
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. |
|||
V. |
Tata Cara Penghapusan atas Barang Milik Negara yang
Berada pada Pengguna Barang atau Kuasa Pengguna Barang |
|||||
|
1. |
Penghapusan karena penyerahan Barang Milik Negara
kepada Pengelola Barang |
||||
|
|
a. |
Tahap pelaksanaan penghapusan |
|||
|
|
|
1) |
Pengguna Barang memperoleh keputusan penetapan
penyerahan Barang Milik Negara dengan tata cara sebagaimana diatur dalam
Lampiran I tentang Tata Cara Penggunaan; |
||
|
|
|
2) |
Berdasarkan keputusan penetapan penyerahan Barang Milik
Negara dari Pengelola Barang, Pengguna Barang dan/atau Kuasa Pengguna Barang
melakukan penghapusan barang dimaksud dari Daftar Barang Pengguna dan/atau
Daftar Barang Kuasa Pengguna dengan menerbitkan keputusan penghapusan barang
paling lama 1 (satu) bulan sejak tanggal penetapan penyerahan barang
ditandatangani; |
||
|
|
|
3) |
Tembusan keputusan penghapusan dari Daftar Barang
Pengguna dan/atau Daftar Barang Kuasa Pengguna tersebut disampaikan kepada
Pengelola Barang; |
||
|
|
|
4) |
Berdasarkan keputusan penghapusan, Pengguna Barang dan/atau
Kuasa Pengguna Barang menyerahkan Barang Milik Negara dimaksud kepada
Pengelola Barang yang dituangkan dalam berita acara serah terima Barang Milik
Negara. |
||
|
|
b. |
Tahap pelaporan pelaksanaan penghapusan |
|||
|
|
|
Perubahan Daftar Barang Pengguna dan/atau Daftar Barang
Kuasa Pengguna sebagai akibat dari penghapusan harus dicantumkan dalam
Laporan Semesteran dan Laporan Tahunan Pengguna Barang dan/atau Kuasa
Pengguna Barang. |
|||
|
2. |
Penghapusan karena pengalihan status penggunaan Barang
Milik Negara kepada Pengguna Barang lain |
||||
|
|
a. |
Tahap pelaksanaan penghapusan |
|||
|
|
|
1) |
Berdasarkan persetujuan pengalihan status penggunaan
Barang Milik Negara dari Pengelola Barang, Pengguna Barang dan/atau Kuasa
Pengguna Barang melakukan penghapusan barang dimaksud dari Daftar Barang
Pengguna dan/atau Daftar Barang Kuasa Pengguna dengan menerbitkan keputusan
penghapusan barang paling lama 1 (satu) bulan sejak tanggal persetujuan
pengalihan status penggunaan barang ditandatangani; |
||
|
|
|
2) |
Tembusan keputusan penghapusan barang dari Daftar
Barang Pengguna dan/atau Daftar Barang Kuasa Pengguna tersebut disampaikan
kepada Pengelola Barang; |
||
|
|
|
3) |
Berdasarkan keputusan penghapusan, Pengguna Barang
dan/atau Kuasa Pengguna Barang menyerahkan Barang Milik Negara kepada
Pengguna Barang lain yang dituangkan dalam berita acara serah terima Barang
Milik Negara. |
||
|
|
b. |
Tahap pelaporan pelaksanaan penghapusan |
|||
|
|
|
1) |
Perubahan Daftar Barang Pengguna dan/atau Daftar Barang
Kuasa Pengguna sebagai akibat dari penghapusan dicantumkan dalam Laporan
Semesteran dan Laporan Tahunan Pengguna Barang dan/atau Kuasa Pengguna
Barang; |
||
|
|
|
2) |
Pengguna Barang dan/atau Kuasa Pengguna Barang yang
menerima pengalihan Barang Milik Negara dari Pengguna Barang atau Kuasa
Pengguna Barang lain harus mencatat barang dimaksud dalam Daftar Barang
Pengguna dan/ atau Daftar Barang Kuasa Pengguna serta harus mencantumkan
barang tersebut dalam Laporan Semesteran dan Laporan Tahunan Pengguna Barang
atau Kuasa Pengguna Barang. |
||
|
3. |
Penghapusan karena pemindahtanganan Barang Milik Negara
|
||||
|
|
a. |
Tahap pelaksanaan penghapusan |
|||
|
|
|
1) |
Berdasarkan persetujuan pemindahtanganan Barang Milik
Negara dari Pengelola Barang, Pengguna Barang atau Kuasa Pengguna Barang
melakukan penghapusan barang dimaksud dari Daftar Barang Pengguna dan/atau
Daftar Barang Kuasa Pengguna dengan menerbitkan keputusan penghapusan barang
paling lama 1 (satu) bulan sejak tanggal persetujuan pemindahtanganan Barang
Milik Negara ditandatangani; |
||
|
|
|
2) |
Berdasarkan keputusan penghapusan barang dimaksud,
Pengguna Barang dan/atau Kuasa Pengguna Barang menghapus Barang Milik Negara
tersebut dari Daftar Barang Pengguna dan/atau Daftar Barang Kuasa Pengguna
dan memindahtangankan Barang Milik Negara kepada pihak yang telah disetujui
Pengelola Barang sebagaimana tersebut dalam butir 1); |
||
|
|
|
3) |
Pemindahtanganan Barang Milik Negara tersebut dalam
butir 2) harus dituangkan dalam berita acara serah terima Barang Milik
Negara; |
||
|
|
|
4) |
Tembusan keputusan penghapusan barang dari Daftar
Barang Pengguna dan/atau Daftar Barang Kuasa Pengguna berikut berita acara
serah terima barang dimaksud disampaikan kepada Pengelola Barang paling lama
1 (satu) bulan sejak serah terima; |
||
|
|
|
5) |
Atas dasar dokumen tersebut dalam butir 4), Pengelola
Barang menghapuskan barang dimaksud dengan menerbitkan keputusan penghapusan
barang apabila barang tersebut ada dalam Daftar Barang Milik Negara. |
||
|
|
b. |
Tahap pelaporan pelaksanaan penghapusan |
|||
|
|
Perubahan Daftar Barang Pengguna dan/atau Daftar Barang
Kuasa Pengguna sebagai akibat dari pemindahtanganan harus dicantumkan dalam
Laporan Semesteran dan Laporan Tahunan Pengguna Barang dan/atau Kuasa
Pengguna Barang. |
||||
|
4. |
Penghapusan karena hal-hal tersebut dalam butir IV. 8
yang mengharuskan dilakukannya pemusnahan |
||||
|
|
a. |
Tahap persiapan penghapusan |
|||
|
|
|
1) |
Pejabat yang mengurus dan menyimpan Barang Milik Negara
menyampaikan usul penghapusan Barang Milik Negara yang berada dalam
pengurusannya kepada Kuasa Pengguna Barang, dengan dilengkapi data pendukung
sebagai berikut : |
||
|
|
|
|
a) |
alasan penghapusan, yang mencerminkan dipenuhinya persyaratan penghapusan dengan tindak lanjut untuk dimusnahkan yang didukung dengan surat pernyataan dari pejabat yang mengurus barang dan/atau surat keterangan dari pejabat yang berwenang; |
|
|
|
|
|
b) |
data Barang Milik Negara yang diusulkan untuk dihapuskan, termasuk keterangan tentang kondisi, lokasi, harga perolehan/ perkiraan nilai barang, fotokopi dokumen kepemilikan disertai asli/fotokopi surat keputusan penetapan status penggunaan (untuk bangunan), kartu identitas barang, serta foto/ gambar atas Barang Milik Negara dimaksud. |
|
|
|
|
2) |
Kuasa Pengguna Barang mengajukan usul penghapusan
kepada Pengguna Barang disertai dengan penjelasan tindak lanjut penghapusan
berupa pemusnahan. |
||
|
|
|
3) |
Pengguna Barang menyampaikan usul penghapusan barang
kepada Pengelola Barang dengan tindak lanjut pemusnahan. |
||
|
|
b. |
Tahap pelaksanaan penghapusan dengan tindak lanjut
pemusnahan |
|||
|
|
|
1) |
Pengelola melakukan penelitian usul penghapusan untuk
menyetujui atau tidaknya usul penghapusan barang dari Pengguna Barang; |
||
|
|
|
2) |
Dalam hal usul penghapusan tidak disetujui, Pengelola
Barang memberitahukan kepada Pengguna Barang disertai dengan alasannya; |
||
|
|
|
3) |
Dalam hal usul penghapusan disetujui, Pengelola Barang
menerbitkan surat persetujuan penghapusan dengan tindak lanjut pemusnahan; |
||
|
|
|
4) |
Berdasarkan persetujuan dari Pengelola Barang, Pengguna
Barang menerbitkan keputusan penghapusan barang paling lama 1 (satu) bulan
sejak tanggal persetujuan penghapusan ditandatangani; |
||
|
|
|
5) |
Berdasarkan keputusan penghapusan, Pengguna Barang
dan/atau Kuasa Pengguna Barang menghapus Barang Milik Negara tersebut dari
Daftar Barang Pengguna dan/atau Daftar Barang Kuasa Pengguna dan melakukan
pemusnahan atas Barang Milik Negara yang dituangkan dalam berita acara
pemusnahan; |
||
|
|
|
6) |
Tembusan keputusan penghapusan barang dari Daftar
Barang Pengguna dan/atau Daftar Barang Kuasa Pengguna dan berita acara
pemusnahan disampaikan kepada Pengelola Barang paling lama 1 (satu) bulan
setelah pemusnahan; |
||
|
|
|
7) |
Atas dasar dokumen tersebut dalam butir 6), Pengelola
Barang menghapuskan barang dimaksud dengan menerbitkan keputusan penghapusan
barang apabila barang tersebut ada dalam Daftar Barang Milik Negara. |
||
|
|
c. |
Tahap pelaporan pelaksanaan penghapusan |
|||
|
|
|
Perubahan Daftar Barang Pengguna atau Kuasa Pengguna
Barang sebagai akibat dari penghapusan dengan tindak lanjut pemusnahan harus
dicantumkan dalam Laporan Semesteran dan Laporan Tahunan Pengguna Barang atau
Kuasa Pengguna Barang. |
|||
|
5. |
Penghapusan karena adanya putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dan sudah tidak ada upaya hukum lainnya atau penghapusan untuk menjalankan ketentuan undang-undang |
||||
|
|
a. |
Tahap persiapan penghapusan |
|||
|
|
|
1) |
Pejabat yang mengurus dan menyimpan Barang Milik Negara
menyampaikan usul penghapusan barang yang berada dalam pengurusannya kepada
Kuasa Pengguna Barang dengan dilengkapi data : |
||
|
|
|
|
a) |
salinan/fotokopi putusan pengadilan, yang telah dilegalisir oleh pejabat berwenang; |
|
|
|
|
|
b) |
identitas dan kondisi barang; |
|
|
|
|
|
c) |
tempat/lokasi barang; dan |
|
|
|
|
|
d) |
harga perolehan barang bersangkutan. |
|
|
|
|
2) |
Kuasa Pengguna Barang mengajukan usul penghapusan
kepada Pengguna Barang dengan disertai sebab-sebab/penjelasan penghapusan; |
||
|
|
|
3) |
Pengguna Barang menyampaikan usul penghapusan barang
kepada Pengelola Barang dengan disertai sebab-sebab/penjelasan usulan
penghapusan. |
||
|
|
b. |
Tahap pelaksanaan penghapusan |
|||
|
|
|
1) |
Berdasarkan usulan Pengguna Barang, Pengelola Barang
melakukan penelitian untuk menyetujui usulan penghapusan barang dengan
memperhatikan batas kewenangan pemberian persetujuan penghapusan; |
||
|
|
|
2) |
Berdasarkan persetujuan Pengelola Barang, Pengguna
Barang menerbitkan surat keputusan penghapusan barang paling lama 1 (satu)
bulan sejak tanggal persetujuan penghapusan Barang Milik Negara
ditandatangani; |
||
|
|
|
3) |
Berdasarkan surat keputusan penghapusan, Pengguna
Barang dan/atau Kuasa Pengguna Barang menghapus Barang Milik Negara tersebut
dari Daftar Barang Pengguna dan/atau Kuasa Pengguna dan melakukan pemusnahan
yang dituangkan dalam berita acara penghapusan Barang Milik Negara; |
||
|
|
|
4) |
Tembusan keputusan penghapusan barang dan berita acara
penghapusan Barang Milik Negara tersebut disampaikan kepada Pengelola Barang
paling lama 1 (satu) bulan setelah dilakukan pemusnahan; |
||
|
|
|
5) |
Atas dasar dokumen tersebut dalam butir 5), Pengelola
Barang menghapuskan barang dimaksud dengan menerbitkan keputusan penghapusan
barang apabila barang tersebut ada dalam Daftar Barang Milik Negara. |
||
|
|
c. |
Tahap pelaporan pelaksanaan penghapusan |
|||
|
|
|
Perubahan Daftar Barang Pengguna dan/atau Kuasa
Pengguna sebagai akibat dari penghapusan harus dicantumkan dalam Laporan
Semesteran dan Laporan Tahunan Pengguna Barang atau Kuasa Pengguna Barang. |
|||
|
6. |
Penghapusan karena sebab-sebab lain |
||||
|
|
a. |
Tahap persiapan penghapusan |
|||
|
|
|
1) |
Pejabat yang mengurus dan menyimpan Barang Milik Negara
menyampaikan usul penghapusan barang yang berada dalam pengurusannya kepada
Kuasa Pengguna Barang dengan dilengkapi data : |
||
|
|
|
|
a) |
surat keterangan dari kepolisian/instansi
berwenang/hasil audit, sesuai dengan penyebab dari usulan penghapusan; |
|
|
|
|
|
b) |
identitas dan kondisi barang; |
|
|
|
|
|
c) |
tempat/lokasi barang; dan |
|
|
|
|
|
d) |
harga perolehan/perkiraan nilai barang bersangkutan. |
|
|
|
|
2) |
Kuasa Pengguna Barang mengajukan usul penghapusan
kepada Pengguna Barang dengan disertai sebab-sebab/penjelasan usulan
penghapusan; |
||
|
|
|
3) |
Pengguna Barang menyampaikan usul penghapusan barang
kepada Pengelola Barang dengan disertai sebab-sebab/penjelasan usulan
penghapusan. |
||
|
|
b. |
Tahap pelaksanaan penghapusan |
|||
|
|
|
1) |
Pengelola Barang melakukan penelitian untuk menyetujui
atau tidak usulan penghapusan barang dari Pengguna Barang terhadap
persyaratan/ketentuan dalam butir II.1., butir IV.1.f., dan butir IV.5.; |
||
|
|
|
2) |
Dalam hal usulan penghapusan tidak disetujui, Pengelola
Barang memberitahukan kepada Pengguna Barang disertai dengan alasannya; |
||
|
|
|
3) |
Dalam hal usulan penghapusan disetujui, Pengelola
Barang menerbitkan keputusan persetujuan penghapusan dengan tindak lanjut
pemusnahan; |
||
|
|
|
4) |
Berdasarkan persetujuan Pengelola Barang, Pengguna
Barang menerbitkan keputusan penghapusan barang paling lama 1(satu) bulan
sejak tanggal persetujuan penghapusan Barang Milik Negara ditandatangani; |
||
|
|
|
5) |
Berdasarkan keputusan penghapusan barang di maksud
Pengguna Barang dan/atau Kuasa Pengguna Barang menghapus barang Milik Negara
tersebut dari Daftar Barang Pengguna dan/atau Kuasa Pengguna dan membuat
berita acara sesuai alasan penghapusan; |
||
|
|
|
6) |
Tembusan keputusan penghapusan barang dan berita acara
tersebut disampaikan kepada Pengelola Barang paling lama 1 (satu) bulan
setelah penghapusan; |
||
|
|
|
7) |
Atas dasar dokumen tersebut dalam butir 6), Pengelola
Barang menghapuskan barang dimaksud dengan menerbitkan keputusan penghapusan
barang apabila barang tersebut ada dalam Daftar Barang Milik Negara. |
||
|
|
c. |
Tahap pelaporan hasil pelaksanaan penghapusan |
|||
|
|
|
Perubahan Daftar Barang Pengguna dan/atau Kuasa
Pengguna Barang sebagai akibat dari penghapusan harus dicantumkan dalam
Laporan Semesteran dan Laporan Tahunan Pengguna Barang dan/atau Kuasa
Pengguna Barang. |
|||
VI. |
Tata Cara Penghapusan Barang Milik Negara atas Barang
Milik Negara yang berada pada Pengelola Barang |
|||||
|
1. |
Tahap persiapan penghapusan |
||||
|
|
a. |
Petugas yang bertanggung jawab menangani penghapusan
pada Pengelola Barang menyampaikan usulan penghapusan barang yang berada
dalam pengurusannya kepada Pengelola Barang dengan dilengkapi data : |
|||
|
|
|
1) |
identitas dan kondisi barang; |
||
|
|
|
2) |
tempat/lokasi barang; |
||
|
|
|
3) |
harga perolehan barang bersangkutan; dan |
||
|
|
|
4) |
alasan usulan penghapusan. |
||
|
2. |
Tahap pelaksanaan penghapusan |
||||
|
|
a. |
Pengelola Barang menerbitkan keputusan penghapusan
Barang Milik Negara yang berada dalam kewenangannya. |
|||
|
|
b. |
Berdasarkan keputusan penghapusan Pengelola Barang
melakukan tindak lanjut penghapusan sesuai ketentuan sebagaimana diatur dalam
Peraturan Menteri Keuangan ini dan dituangkan dalam berita acara. |
|||
|
|
c. |
Berdasarkan berita acara pelaksanaan tindak lanjut
tersebut pada huruf b), Pengelola Barang melakukan penghapusan dari Daftar
Barang Milik Negara. |
|||
|
3. |
Tahap pelaporan hasil pelaksanaan penghapusan |
||||
|
|
Pelaksanaan penghapusan dari daftar Barang Milik Negara
dicantumkan dalam Laporan Barang Milik Negara Semesteran dan Tahunan. |
||||
|
|
|
|
|
|
MENTERI KEUANGAN, |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
SRI MULYANI INDRAWATI |
|
|
|
|
|
|
|
LAMPIRAN VII PERATURAN
MENTERI KEUANGAN NOMOR
96/PMK.06/2007 TENTANG TATA CARA
PELAKSANAAN PENGGUNAAN, PEMANFAATAN,
PENGHAPUSAN, DAN PEMINDAH TANGANAN
BARANG MILIK NEGARA |
TATA CARA PELAKSANAAN
PENJUALAN BARANG MILIK NEGARA |
||||||
I. |
Definisi |
|||||
|
Penjualan adalah pengalihan kepemilikan Barang Milik
Negara kepada pihak lain dengan menerima penggantian dalam bentuk uang. |
|||||
II. |
Pertimbangan Penjualan Barang Milik Negara |
|||||
|
1. |
dalam rangka optimalisasi Barang Milik Negara yang
berlebih atau idle; |
||||
|
2. |
karena secara ekonomis lebih menguntungkan bagi negara; |
||||
|
3. |
sebagai pelaksanaan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku. |
||||
III. |
Barang Milik Negara yang dapat dijual |
|||||
|
1. |
tanah dan/atau bangunan: |
||||
|
|
a. |
yang berada pada Pengelola Barang; dan |
|||
|
|
b. |
yang status penggunaannya ada pada Pengguna Barang. |
|||
|
2. |
selain tanah dan/atau bangunan. |
||||
IV. |
Ketentuan dalam Pelaksanaan Penjualan |
|||||
|
1. |
Pelaksanaan penjualan Barang Milik Negara tidak boleh
mengganggu pelaksanaan tugas pokok dan fungsi penyelenggaraan pemerintahan. |
||||
|
2. |
Penjualan Barang Milik Negara dilaksanakan dengan cara
: |
||||
|
|
a. |
melalui lelang, dengan berpedoman pada ketentuan yang
berlaku; |
|||
|
|
b. |
tanpa melalui lelang, untuk: |
|||
|
|
|
1) |
Barang Milik Negara yang bersifat khusus sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu: |
||
|
|
|
|
a) |
rumah negara golongan III yang dijual kepada
penghuninya; |
|
|
|
|
|
b) |
kendaraan dinas perorangan pejabat negara yang dijual
kepada pejabat negara; |
|
|
|
|
2) |
Barang Milik Negara lainnya, ditetapkan lebih lanjut
oleh Pengelola Barang berdasarkan pertimbangan yang diberikan oleh Pengguna
Barang dan instansi teknis terkait, yaitu: |
||
|
|
|
|
a) |
berupa tanah dan/atau bangunan yang akan digunakan
untuk kepentingan umum; |
|
|
|
|
|
b) |
yang jika dijual secara lelang akan merusak tata niaga
berdasarkan pertimbangan dari instansi yang berwenang, misalnya gula atau
beras selundupan yang disita oleh negara; |
|
|
|
|
|
c) |
berupa tanah yang merupakan tanah kavling yang menurut perencanaan awal pengadaannya digunakan untuk pembangunan perumahan pegawai negeri, sebagaimana tercantum dalam dokumen penganggaran. |
|
|
3. |
Tindak lanjut penjualan Barang Milik Negara yang tidak
laku dijual secara lelang: |
||||
|
|
a. |
dilakukan pemindahtanganan dalam bentuk lainnya; |
|||
|
|
b. |
dalam hal tidak dapat dipindahtangankan dalam bentuk
lain, Barang Milik Negara dimaksud dimusnahkan; |
|||
|
|
c. |
pemusnahan dilakukan setelah mendapat persetujuan
Pengelola Barang. |
|||
|
4. |
Persyaratan untuk dapat dilakukannya penjualan Barang
Milik Negara selain tanah |
||||
|
|
a. |
Memenuhi persyaratan teknis: |
|||
|
|
|
1) |
secara fisik barang tidak dapat digunakan karena rusak,
dan tidak ekonomis apabila diperbaiki; |
||
|
|
|
2) |
secara teknis barang tidak dapat digunakan lagi akibat
modernisasi; |
||
|
|
|
3) |
barang mengalami perubahan dalam spesifikasi karena
penggunaan, seperti terkikis, aus, dan lain-lain sejenisnya; atau |
||
|
|
|
4) |
berkurangnya barang dalam timbangan/ukuran disebabkan
penggunaan/susut dalam penyimpanan/pengangkutan. |
||
|
|
b. |
Memenuhi persyaratan ekonomis : |
|||
|
|
|
secara ekonomis lebih menguntungkan bagi negara apabila
barang dijual, karena biaya operasional dan pemeliharaan barang lebih besar
daripada manfaat yang diperoleh. |
|||
|
5. |
Penjualan Barang Milik Negara berupa kendaraan bermotor
dinas operasional diatur dengan ketentuan sebagai berikut: |
||||
|
|
a. |
Kendaraan bermotor dinas operasional hanya dapat dijual
apabila telah berusia sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) tahun : |
|||
|
|
|
1) |
terhitung mulai tanggal, bulan, tahun perolehannya,
untuk perolehan dalam kondisi baru; |
||
|
|
|
2) |
terhitung mulai tanggal, bulan, tahun pembuatannya, untuk perolehan selain tersebut pada huruf a; |
||
|
|
|
sebagaimana tercatat sebagai Barang Milik Negara dan
tidak akan mengganggu penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi
kementerian/lembaga yang bersangkutan. |
|||
|
|
b. |
Penjualan kendaraan bermotor selain tersebut huruf a dapat dilakukan apabila kendaraan bermotor tersebut hilang, atau rusak berat akibat kecelakaan atau force majeure dengan kondisi paling tinggi 30% (tiga puluh persen) berdasarkan keterangan instansi yang berkompeten. |
|||
|
|
c. |
Penjualan Barang Milik Negara berupa kendaraan bermotor
pada kantor perwakilan Pemerintah RI di luar negeri, persyaratannya mengikuti
ketentuan negara setempat. |
|||
|
6. |
Persyaratan untuk dapat dilakukan penjualan Barang
Milik Negara berupa tanah dan/atau bangunan adalah sebagai berikut: |
||||
|
|
a. |
lokasi tanah dan/atau bangunan menjadi tidak sesuai
dengan RUTR disebabkan perubahan tata ruang kota; |
|||
|
|
b. |
lokasi dan/atau luas tanah dan/atau bangunan tidak
memungkinkan untuk digunakan dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi; atau |
|||
|
|
c. |
tanah dan/atau bangunan yang menurut awal perencanaan pengadaannya diperuntukan bagi pembangunan perumahan pegawai negeri; |
|||
|
7. |
Penjualan Barang Milik Negara berupa tanah kavling yang menurut awal perencanaan pengadaannya digunakan untuk pembangunan perumahan pegawai negeri dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut: |
||||
|
|
a. |
pengajuan usul penjualan disertai dengan dokumen
penganggaran yang menyatakan bahwa tanah tersebut akan digunakan untuk
pembangunan perumahan pegawai negeri; |
|||
|
|
b. |
penjualan dan pengalihan kepemilikan dilaksanakan
langsung kepada masing-masing pegawai negeri. |
|||
V. |
Subjek Pelaksanaan Penjualan |
|||||
|
1. |
Pengelola Barang untuk tanah dan/atau bangunan,
kecuali: |
||||
|
|
a. |
untuk bangunan yang harus dihapuskan karena anggaran
untuk bangunan pengganti sudah disediakan dalam dokumen penganggaran; |
|||
|
|
b. |
untuk penjualan tanah dan/atau bangunan yang merupakan
kategori rumah negara golongan III; |
|||
|
2. |
Pengguna Barang setelah mendapat persetujuan Pengelola
Barang, untuk: |
||||
|
|
a. |
tanah dan/atau bangunan sebagaimana dimaksud dalam
butir 1 huruf a dan huruf b; |
|||
|
|
b. |
Barang Milik Negara selain tanah dan/atau bangunan. |
|||
VI. |
Tata Cara Penjualan |
|||||
|
1. |
Tatacara penjualan tanah dan/atau bangunan |
||||
|
|
a. |
Pengelola Barang membuat perencanaan penjualan Barang
Milik Negara berupa tanah dan/atau bangunan yang memuat antara lain lokasi,
jangka waktu penjualan dan pertimbangan dari aspek teknis dan ekonomis. |
|||
|
|
b. |
Pengelola Barang menetapkan tanah dan/atau bangunan yang akan dijual berdasarkan perencanaan tersebut dalam butir a atau permintaan pihak lain. |
|||
|
|
c. |
Pengelola Barang membentuk tim yang anggotanya terdiri
dari unsur Pengelola Barang dan/atau Pengguna Barang yang menyerahkan barang
yang akan dijual, serta instansi teknis yang berkompeten dengan tugas : |
|||
|
|
|
1) |
melakukan penelitian data administratif, yaitu: |
||
|
|
|
|
a) |
data tanah, antara lain status dan bukti kepemilikan,
gambar situasi termasuk lokasi tanah, luas, dan peruntukan serta nilai
perolehan dan/atau NJOP tanah; |
|
|
|
|
|
b) |
data bangunan, antara lain tahun pembuatan, konstruksi,
luas, dan status kepemilikan serta nilai perolehan bangunan; |
|
|
|
|
2) |
melakukan penelitian fisik atas tanah dan/atau bangunan
yang akan dijual dengan mencocokkan data administrasi yang dituangkan dalam
berita acara penelitian; |
||
|
|
|
3) |
menyusun laporan hasil pelaksanaan tugas tim antardep. |
||
|
|
d. |
Pengelola Barang menugaskan penilai untuk melakukan
perhitungan nilai tanah dan/atau bangunan yang akan dijual. |
|||
|
|
e. |
Penilai menyampaikan laporan hasil penilaian kepada
Pengelola Barang melalui tim. |
|||
|
|
f. |
Tim menyampaikan laporan hasil pelaksanaan tugas kepada
Pengelola Barang, dilampiri berita acara penelitian dan laporan penilaian. |
|||
|
|
g. |
Berdasarkan laporan tim, Pengelola Barang menyetujui
atau tidaknya usulan penjualan tersebut. |
|||
|
|
h. |
Dalam hal usulan penjualan tidak disetujui, Pengelola
Barang memberitahukan kepada pihak yang mengajukan usulan disertai alasannya. |
|||
|
|
i. |
Dalam hal usulan penjualan disetujui, Pengelola Barang
menerbitkan surat penetapan nilai Barang Milik Negara yang akan dijual. |
|||
|
|
j. |
Dalam hal penjualan tanah dan/atau bangunan tersebut
memerlukan persetujuan DPR, Pengelola Barang terlebih dahulu mengajukan
permohonan persetujuan penjualan kepada DPR. |
|||
|
|
k. |
Dalam hal penjualan tanah dan/atau bangunan tidak memerlukan persetujuan DPR tetapi hasil penilaiannya di atas Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah), maka Pengelola Barang terlebih dahulu mengajukan permohonan persetujuan penjualan kepada Presiden. |
|||
|
|
l. |
Dalam hal penjualan dilakukan secara lelang, pelaksanaannya mengikuti ketentuan yang berlaku dan serah terima barang dilaksanakan setelah pembeli menyelesaikan kewajibannya yang dituangkan dalam berita acara serah terima barang. |
|||
|
|
m. |
Hasil penjualan Barang Milik Negara harus disetor ke
rekening kas umum negara. |
|||
|
|
n. |
Berdasarkan berita acara serah terima tersebut pada
pada huruf 1, Pengelola Barang menghapuskan barang dimaksud dari Daftar
Barang Milik Negara dengan menerbitkan keputusan penghapusan barang. |
|||
|
2. |
Tata cara penjualan bangunan yang harus dihapuskan
karena anggaran untuk bangunan pengganti sudah disediakan dalam dokumen
penganggaran. |
||||
|
|
a. |
Pengguna Barang membentuk tim internal untuk melakukan
persiapan pengusulan penjualan bangunan yang bangunan penggantinya sudah
tersedia anggarannya dalam dokumen penganggaran dengan tugas: |
|||
|
|
|
1) |
menyiapkan dokumen anggaran beserta kelengkapannya; |
||
|
|
|
2) |
melakukan penelitian data administratif bangunan,
antara lain tahun pembuatan, konstruksi, luas, dan status kepemilikan serta
nilai perolehan bangunan; |
||
|
|
|
3) |
menyampaikan laporan hasil penelitian data administratif dan fisik kepada Pengguna Barang. |
||
|
|
b. |
Pengguna Barang mengajukan permintaan persetujuan atas
penjualan bangunan kepada Pengelola Barang, dengan disertai: |
|||
|
|
|
1) |
fotokopi dokumen penganggaran bangunan pengganti dari
bangunan yang diusulkan dijual; |
||
|
|
|
2) |
data administratif bangunan, antara lain tahun
pembuatan, konstruksi, luas, dan status kepemilikan serta nilai bangunan; |
||
|
|
|
3) |
nilai bangunan yang akan dijual dari instansi yang
teknis kompeten. |
||
|
|
c. |
Pengelola Barang melakukan penelitian atas permohonan
penjualan bangunan dimaksud, dengan tahapan sebagai berikut: |
|||
|
|
|
1) |
melakukan penelitian kelayakan alasan clan pertimbangan
permohonan penjualan; |
||
|
|
|
2) |
melakukan penelitian data administrasi bangunan, antara
lain tahun pembuatan, konstruksi, luas, dan status kepemilikan; |
||
|
|
|
3) |
apabila diperlukan, melakukan penelitian fisik atas
bangunan yang akan dijual dengan mencocokkan data administratif yang ada,
termasuk melakukan penilaian. |
||
|
|
d. |
Dalam hal nilai bangunan tersebut di atas Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah), Pengelola Barang terlebih dahulu mengajukan permohonan persetujuan penjualan bangunan dimaksud kepada Presiden. |
|||
|
|
e. |
Apabila usulan penjualan tersebut disetujui, Pengelola
Barang menerbitkan surat persetujuan pemindahtanganan yang berupa penjualan
kepada Pengguna Barang, yang sekurang-kurangnya memuat objek penjualan dan
nilai limit terendah penjualan bangunan dimaksud. |
|||
|
|
f. |
Tindak lanjut atas persetujuan pemindahtanganan yang
berupa penjualan dilaksanakan mengikuti ketentuan dalam romawi V angka 3
Lampiran VI tentang Tata Cara Penghapusan. |
|||
|
3. |
Tata cara penjualan Barang Milik Negara selain tanah
dan/atau bangunan |
||||
|
|
a. |
Pengguna Barang membentuk tim internal yang bertugas
untuk melakukan penelitian data administrasi dan fisik serta menyiapkan
hal-hal yang bersifat teknis. Dalam hal diperlukan, Tim dapat melibatkan
penilai atau instansi teknis yang berkompeten untuk melakukan penilaian
Barang Milik Negara tersebut. |
|||
|
|
b. |
Tim menyampaikan laporan hasil pelaksanaan tugas kepada
Pengguna Barang, dilampiri berita acara penelitian dan penilaian. |
|||
|
|
c. |
Berdasarkan laporan Tim tersebut, Pengguna Barang
mengajukan usul penjualan kepada Pengelola Barang dengan disertai: |
|||
|
|
|
1) |
penjelasan dan pertimbangan penjualan; |
||
|
|
|
2) |
data administratif antara lain mengenai tahun
perolehan, spesifikasi/identitas teknis, surat penetapan status penggunaan,
bukti kepemilikan, dan nilai perolehan dan nilai limit terendah penjualan. |
||
|
|
d. |
Pengelola Barang melakukan penelitian atas permohonan
penjualan Barang Milik Negara dimaksud, dengan tahapan sebagai berikut: |
|||
|
|
|
1) |
melakukan penelitian kelayakan alasan dan pertimbangan
permohonan penjualan, terutama dalam kaitannya dengan pertimbangan
sebagaimana dimaksud dalam butir II; |
||
|
|
|
2) |
melakukan penelitian data administrasi; |
||
|
|
|
3) |
apabila diperlukan, melakukan penelitian fisik untuk
mencocokkan data administratif yang ada, termasuk melakukan penilaian. |
||
|
|
e. |
Berdasarkan penelitian atas usulan penjualan dimaksud,
Pengelola Barang menentukan disetujui atau tidaknya usulan penjualan Barang
Milik Negara dimaksud. |
|||
|
|
f. |
Dalam hal nilai perolehan Barang Milik Negara tersebut di atas Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah), Pengelola Barang terlebih dahulu mengajukan permohonan persetujuan kepada Presiden atau DPR sesuai batas kewenangannya. |
|||
|
|
g. |
Pengelola Barang menerbitkan surat persetujuan
pemindahtanganan yang berupa penjualan Barang Milik Negara dimaksud, yang
sekurang-kurangnya memuat: |
|||
|
|
|
1) |
data objek penjualan meliputi tahun perolehan, spesifikasi/identitas teknis, bukti kepemilikan, jenis, jumlah, dan nilai perolehan dan nilai limit terendah penjualan; dan |
||
|
|
|
2) |
kewajiban Pengguna Barang untuk melaporkan pelaksanaan
penjualan kepada Pengelola Barang. |
||
|
|
h. |
Tindak lanjut atas persetujuan pemindahtanganan yang
berupa penjualan dilaksanakan mengikuti ketentuan dalam romawi V angka 3
Lampiran VI Peraturan Menteri Keuangan ini. |
|||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
MENTERI KEUANGAN, |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
SRI MULYANI INDRAWATI |
|
|
|
|
|
|
|
LAMPIRAN VIII PERATURAN
MENTERI KEUANGAN NOMOR
96/PMK.06/2007 TENTANG TATA CARA
PELAKSANAAN PENGGUNAAN, PEMANFAATAN,
PENGHAPUSAN, DAN PEMINDAH TANGANAN
BARANG MILIK NEGARA |
TATA CARA PELAKSANAAN
TUKAR-MENUKAR BARANG MILIK NEGARA |
||||||
I. |
Definisi |
|||||
|
Tukar-menukar adalah pengalihan kepemilikan Barang
Milik Negara yang dilakukan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah,
atau antara pemerintah pusat dengan pihak lain, dengan menerima penggantian
dalam bentuk barang, sekurang-kurangnya dengan nilai seimbang. |
|||||
II. |
Pertimbangan |
|||||
|
Tukar-menukar Barang Milik Negara dilakukan dalam
rangka memenuhi kebutuhan operasional penyelenggaraan pemerintahan,
optimalisasi penggunaan Barang Milik Negara, atau tidak tersedia dana dalam
APBN. |
|||||
III. |
Barang Milik Negara yang dapat dilakukan
Tukar-menukar |
|||||
|
1. |
tanah dan/atau bangunan: |
||||
|
|
a. |
yang berada pada Pengelola Barang; |
|||
|
|
b. |
yang status penggunaannya ada pada Pengguna Barang; |
|||
|
2. |
selain tanah dan/ atau bangunan. |
||||
IV. |
Ketentuan dalam Pelaksanaan Tukar-menukar |
|||||
|
1. |
Tukar-menukar Barang Milik Negara dapat dilakukan dalam
hal: |
||||
|
|
a. |
Barang Milik Negara berupa tanah dan/atau bangunan
sudah tidak sesuai dengan tata ruang wilayah atau penataan kota; |
|||
|
|
b. |
Barang Milik Negara belum dimanfaatkan secara optimal; |
|||
|
|
c. |
penyatuan Barang Milik Negara yang lokasinya terpencar;
|
|||
|
|
d. |
pelaksanaan rencana strategis pemerintah/negara; atau |
|||
|
|
e. |
Barang Milik Negara selain tanah dan/atau bangunan yang
ketinggalan teknologi sesuai kebutuhan/kondisi/peraturan-perundang-undangan. |
|||
|
2. |
Barang pengganti atas tukar-menukar Barang Milik Negara
berupa tanah, atau tanah dan bangunan, harus memperhatikan hal-hal sebagai
berikut: |
||||
|
|
a. |
penggantian utama berupa tanah atau tanah clan
bangunan; |
|||
|
|
b. |
nilai barang pengganti sekurang-kurangnya sama dengan
nilai Barang Milik Negara yang dilepas. |
|||
|
3. |
Tukar-menukar Barang Milik Negara dilaksanakan setelah
dilakukan kajian berdasarkan: |
||||
|
|
a. |
aspek teknis, antara lain: |
|||
|
|
|
1) |
kebutuhan Pengelola Barang/Pengguna Barang; |
||
|
|
|
2) |
spesifikasi aset yang dibutuhkan. |
||
|
|
b. |
aspek ekonomis, antara lain kajian terhadap nilai aset
yang dilepas dan nilai aset pengganti; |
|||
|
|
c. |
aspek yuridis, antara lain: |
|||
|
|
|
1) |
Rencana Umum Tata Ruang wilayah dan penataan kota; |
||
|
|
|
2) |
peraturan perundang-undangan yang terkait. |
||
|
4. |
Dalam hal pelaksanaan tukar-menukar terdapat Barang
Milik Negara pengganti berupa bangunan, Pengelola Barang/Pengguna Barang
dapat menunjuk konsultan pengawas. |
||||
|
5. |
Mitra tukar-menukar ditentukan melalui pemilihan calon mitra tukar menukar (tender) dengan mengikutsertakan sekurang-kurangnya 5 (lima) peserta/peminat, kecuali tukar menukar yang dilakukari dengan Pemerintah Daerah dan pihak-pihak lain yang mendapatkan penugasan dari pemerintah dalam rangka pelaksanaan kepentingan umum. |
||||
|
6. |
Mitra wajib menyetorkan uang ke rekening kas umum
negara atas sejumlah selisih nilai lebih antara barang yang dilepas dengan
barang pengganti, yang dilakukan paling lambat sebelum pelaksanaan serah
terima barang. |
||||
V. |
Subjek Pelaksanaan Tukar-menukar |
|||||
|
1. |
Pihak-pihak yang dapat melaksanakan tukar-menukar
Barang Milik Negara adalah: |
||||
|
|
a. |
Pengelola Barang, untuk tanah dan/ atau bangunan yang
berada pada Pengelola Barang; |
|||
|
|
b. |
Pengguna Barang dengan persetujuan Pengelola Barang,
untuk: |
|||
|
|
|
1) |
Barang Milik Negara berupa tanah dan/atau bangunan yang
berada di Pengguna Barang akan tetapi tidak sesuai dengan tata ruang wilayah
atau penataan kota; |
||
|
|
|
2) |
Barang Milik Negara selain tanah dan/atau bangunan. |
||
|
2. |
Mitra tukar-menukar adalah : |
||||
|
|
a. |
Pemerintah Daerah; |
|||
|
|
b. |
Badan Usaha Milik Negara; |
|||
|
|
c. |
Badan Usaha Milik Daerah; |
|||
|
|
d. |
Badan Hukum milik pemerintah lainnya; |
|||
|
|
e. |
swasta, baik yang berbentuk badan hukum maupun perorangan. |
|||
VI. |
Tata Cara Pelaksanaan Tukar-menukar |
|||||
|
1. |
Tukar-menukar atas tanah dan/atau bangunan yang berada pada Pengelola Barang |
||||
|
|
a. |
Pelaksanaan tukar menukar didasari oleh adanya kebutuhan dari Pengelola Barang untuk melakukan tukar menukar tanah dan/atau bangunan, atau permohonan tukar menukar dari pihak lain, atau Pemerintah Daerah. |
|||
|
|
b. |
Permintaan tukar menukar kepada Pengelola Barang diajukan dengan disertai penjelasan dan data pendukung: |
|||
|
|
|
1) |
rincian peruntukan; |
||
|
|
|
2) |
jenis/ spesifikasi; |
||
|
|
|
3) |
lokasi/ data teknis; |
||
|
|
|
4) |
hal lain yang dianggap perlu. |
||
|
|
c. |
Pengelola Barang melakukan penelitian mengenai kemungkinan melaksanakan tukaran menukar atas tanah dan/atau bangunan yang ada dalam pengelolaannya yang didasarkan pada pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam butir II dengan tahapan sebagai berikut: |
|||
|
|
|
1) |
melakukan penelitian kelayakan permohonan tukar-menukar, baik dari aspek teknis, ekonomis, maupun yuridis; |
||
|
|
|
2) |
melakukan penelitian data administrasi yang terdiri dari: |
||
|
|
|
|
a) |
data tanah, antara lain status dan bukti kepemilikan, gambar situasi termasuk lokasi tanah, luas, dan peruntukan; |
|
|
|
|
|
b) |
data bangunan, antara lain IMB, tahun pembuatan, konstruksi, luas, dan status kepemilikan; |
|
|
|
|
3) |
apabila diperlukan, pencocokan data administrasi dilaksanakan dengan melakukan penelitian fisik atas tanah dan/atau bangunan yang akan dipertukarkan. |
||
|
|
d. |
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, Pengelola Barang menetapkan tanah dan/atau bangunan. |
|||
|
|
e. |
Pengelola Barang membentuk tim yang beranggotakan unsur Pengelola Barang, Pengguna Barang yang menyerahkan tanah dan/atau bangunan, serta dapat mengikutsertakan unsur instansi/lembaga teknis yang kompeten. |
|||
|
|
f. |
Tim bertugas antara lain untuk: |
|||
|
|
|
1) |
melakukan penelitian data administrasi dan fisik serta menyiapkan hal-hal yang bersifat teknis. |
||
|
|
|
2) |
menyusun rincian rencana barang pengganti sebagai berikut: |
||
|
|
|
|
a) |
tanah, meliputi luas dan lokasi yang peruntukannya sesuai dengan tata ruang wilayah; |
|
|
|
|
|
b) |
bangunan, meliputi jenis, luas, dan konstruksi bangunan serta sarana dan prasarana penunjang; |
|
|
|
|
3) |
melakukan tender pemilihan mitra tukar menukar. |
||
|
|
|
4) |
membuat draft surat perjanjian/kontrak tukar menukar dan draft berita acara serah terima barang. |
||
|
|
g. |
Dalam hal diperlukan, Pengelola Barang menugaskan penilai untuk melakukan perhitungan nilai Barang Milik Negara yang akan ditukarkan. |
|||
|
|
h. |
Penilai menyampaikan laporan hasil penilaian kepada Pengelola Barang melalui Tim. |
|||
|
|
i. |
Tim menyampaikan laporan hasil pelaksanaan tugas kepada Pengelola Barang, dilampiri berita acara penelitian dan laporan penilaian. |
|||
|
|
j. |
Berdasarkan laporan tim dan pertimbangan Pengelola Barang, Pengelola Barang menerbitkan keputusan tukar menukar yang sekurang-kurangnya memuat: |
|||
|
|
|
1) |
mitra tukar menukar; |
||
|
|
|
2) |
Barang Milik Negara yang akan dilepas; |
||
|
|
|
3) |
nilai tanah dan/ atau bangunan; |
||
|
|
|
4) |
rincian rencana barang pengganti. |
||
|
|
k. |
Dalam hal tukar-menukar tanah dan/atau bangunan tersebut memerlukan persetujuan DPR, Pengelola Barang terlebih dahulu mengajukan permohonarn persetujuan tukar-menukar kepada DPR. |
|||
|
|
l. |
Dalam hal tukar-menukar tanah dan/atau bangunan tidak memerlukan persetujuan DPR tetapi NJOP atau hasil penilaiannya di atas Rp10.000.000.000,- (sepuluh miliar rupiah), Pengelola Barang mengajukan permohonan persetujuan tukar-menukar kepada Presiden. |
|||
|
|
m. |
Berdasarkan keputusan pelaksanaan tukar menukar, Tim melakukan melakukan pembahasan dengan mitra mengenai rincian kebutuhan barang pengganti yang dituangkan dalam lembar pembahasan yang disampaikan kepada Pengelola Barang dalam rangka penandatanganan naskah tukar menukar. |
|||
|
|
n. |
Pengelola Barang dan mitra tukar-menukar menandatangani naskah perjanjian tukar-menukar yang antara lain memuat pihak-pihak yang melakukan perjanjian tukar-menukar, jenis dan nilai barang yang dipertukarkan, spesifikasi aset pengganti, klausul yang menyatakan dokumen kepemilikan barang pengganti atas nama Pemerintah Republik Indonesia, jangka waktu penyerahan objek tukar-menukar, sanksi, serta ketentuan dalam hal terjadi keadaan force majeure. |
|||
|
|
o. |
Mitra tukar-menukar melaksanakan pekerjaan pembangunan/pengadaan barang pengganti sesuai dengan surat perjanjian tukar-menukar. |
|||
|
|
p. |
Tim melakukan monitoring pelaksanaan pengadaan/pembangunan barang pengganti berdasarkan laporan konsultan pengawas dan penelitian lapangan. |
|||
|
|
q. |
Sebelum dilakukan penyerahan Barang Milik Negara yang dipertukarkan, Pengelola Barang menugaskan penilai untuk melakukan penilaian kesesuaian barang pengganti dengan perjanjian. |
|||
|
|
r. |
Apabila penilaian tersebut menunjukkan bahwa terdapat kekurangan nilai barang pengganti, mitra tukar menukar wajib menyetorkan selisih nilai Barang Milik Negara dengan barang pengganti. |
|||
|
|
s. |
Tim melakukan penelitian kelengkapan dokumen barang pengganti, antara lain IMB, sertifikat, serta menyiapkan berita acara serah terima barang untuk ditandatangani Pengelola Barang dan mitra tukar menukar. |
|||
|
|
t. |
Berdasarkan berita acara serah terima tersebut, Pengelola Barang melaksanakan penghapusan Barang Milik Negara yang dilepas dari daftar Barang Milik Negara dengan menerbitkan keputusan penghapusan barang dan mencatat barang pengganti sebagai Barang Milik Negara dalam Daftar Barang Milik Negara. |
|||
|
2. |
Tukar-menukar atas tanah dan/atau bangunan yang masih dipergunakan untuk penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi Pengguna Barang tetapi tidak sesuai dengan Rencana Umum Tata Ruang wilayah atau penataan kota. |
||||
|
|
a. |
Pengguna Barang mengajukan permohonan persetujuan tukar-menukar tanah dan/atau bangunan dimaksud kepada Pengelola Barang, dengan disertai: |
|||
|
|
|
1) |
penjelasan/pertimbangan: tukar-menukar; |
||
|
|
|
2) |
peraturan daerah tentang tata ruang wilayah dan penataan kota; |
||
|
|
|
3) |
data administratif Barang Milik Negara yang dilepas, yaitu: |
||
|
|
|
|
a) |
data tanah, antara lain status penggunaan dan bukti kepemilikan, gambar situasi termasuk lokasi tanah, luas, nilai perolehan, dan NJOP; |
|
|
|
|
|
b) |
data bangunan, antara lain IMB, tahun pembuatan, konstruksi bangunan, luas, status kepemilikan, nilai perolehan, dan NJOP; |
|
|
|
|
4) |
rincian rencana kebutuhan barang pengganti, meliputi: |
||
|
|
|
|
a) |
tanah, meliputi luas dan lokasi yang peruntukannya sesuai dengan tata ruang wilayah serta IMB bangunannya; |
|
|
|
|
|
b) |
bangunan, meliputi jenis, luas, dan rencana konstruksi bangunan, serta sarana dan prasarana penunjang. |
|
|
|
b. |
Pengelola Barang melakukan penelitian mengenai usulan tukar menukar dimaksud dengan tahapan sebagai berikut: |
|||
|
|
|
1) |
melakukan penelitian kelayakan permohonan tukar-menukar, baik dari aspek teknis, ekonomis, maupun yuridis; |
||
|
|
|
2) |
melakukan penelitian data administrasi tersebut pada huruf a.3) |
||
|
|
|
3) |
apabila diperlukan, melakukan penelitian fisik atas tanah dan/atau bangunan yang akan dipertukarkan untuk mencocokkan data administratif yang ada, termasuk melakukan perhitungan nilai Barang Milik Negara yang akan ditukarkan. |
||
|
|
c. |
Dalam hal usulan dapat disetujui, Pengelola Barang menerbitkan ijin prinsip tukar menukar. |
|||
|
|
d. |
Berdasarkan ijin prinsip tersebut, Pengguna Barang membentuk tim yang anggotanya terdiri dari unsur Pengelola Barang, Pengguna Barang dan instansi teknis yang kompeten. |
|||
|
|
e. |
Tim bertugas melakukan tender pemilihan mitra tukar menukar dan melakukan pembahasan dengan mitra mengenai rincian kebutuhan barang pengganti yang dituangkan dalam lembar pembahasan, serta penelitian data administrasi dan fisik serta menyiapkan hal-hal yang bersifat teknis dan menyampaikan laporannya kepada Pengguna Barang. |
|||
|
|
f. |
Pengguna Barang mengajukan permohonan ijin pelaksanaan kepada Pengelola Barang dengan melampirkan laporan tim yang termasuk laporan penelitian. |
|||
|
|
g. |
Dalam hal usulan tukar-menukar tidak disetujui, Pengelola Barang memberitahukan penolakan tersebut kepada Pengguna Barang yang bersangkutan, disertai alasannya. |
|||
|
|
h. |
Dalam hal tukar-menukar disetujui, Pengelola Barang menerbitkan surat persetujuan tukar-menukar yang sekurang-kurangnya memuat: |
|||
|
|
|
1) |
nilai tanah dan/atau bangunan yang akan dilepas; |
||
|
|
|
2) |
rencana kebutuhan barang pengganti; |
||
|
|
|
3) |
kewajiban pengguna untuk menandatangani perjanjian/kontrak; |
||
|
|
|
4) |
kewajiban pengguna untuk melaporkan hasil pelaksanaan tukar-menukar disertai berita acara serah terima; |
||
|
|
|
5) |
Kewajiban mitra tukar menukar untuk menyetor selisih antara Barang Milik Negara dan aset pengganti berdasarkan hasil penilaian. |
||
|
|
i. |
Dalam hal tukar-menukar tanah dan/atau bangunan tersebut memerlukan persetujuan DPR, maka Pengelola Barang terlebih dahulu mengajukan permohonan persetujuan tukar-menukar kepada DPR. |
|||
|
|
j. |
Dalam hal tukar-menukar tanah dan/atau bangunan tersebut tidak memerlukan persetujuan DPR tetapi NJOP atau hasil penilaiannya di atas Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah), Pengelola Barang terlebih dahulu mengajukan permohonan persetujuan tukar-menukar kepada Presiden. |
|||
|
|
k. |
Berdasarkan surat persetujuan tukar-menukar dari Pengelola Barang, Pengguna Barang dan mitra tukar-menukar menandatangani naskah perjanjian tukar-menukar yang antara lain memuat para pihak, jenis dan nilai barang yang dipertukarkan, spesifikasi barang pengganti, klausul bahwa dokumen kepemilikan barang pengganti diatasnamakan Pemerintah Republik Indonesia, jangka waktu penyerahan objek tukar-menukar, sanksi, serta ketentuan dalam hal terjadi keadaan force majeure. |
|||
|
|
l. |
Mitra tukar-menukar melaksanakan pekerjaan pengadaan/pembangunan barang pengganti sesuai dengan surat perjanjian tukar-menukar. |
|||
|
|
m. |
Pengguna Barang secara berkala memantau pelaksanaan pengadaan/pembangunan barang pengganti berdasarkan laporan konsultan pengawas dan penelitian lapangan. |
|||
|
|
n. |
Setelah pelaksanaan pengadaan/pembangunan barang pengganti selesai, Pengguna Barang melaporkan kepada Pengelola Barang untuk menugaskan penilai melakukan penilaian kesesuaian barang pengganti dengan perjanjian. |
|||
|
|
o. |
Apabila penilaian tersebut menunjukkan bahwa terdapat kekurangan nilai barang pengganti, mitra tukar menukar wajib menyetorkan selisih nilai Barang Milik Negara dengan barang pengganti. |
|||
|
|
p. |
Tim melakukan penelitian kelengkapan dokumen barang pengganti, antara lain IMB, sertifikat, serta menyiapkan berita acara serah terima barang untuk ditandatangani Pengguna Barang dan mitra tukar menukar. |
|||
|
|
q. |
Berdasarkan berita acara serah terima tersebut, Pengguna Barang melaksanakan penghapusan Barang Milik Negara yang dilepas dari Daftar Barang Pengguna dengan menerbitkan keputusan penghapusan dan melaporkan pelaksanaan serah terima barang dan penghapusan dari Daftar Barang Pengguna kepada Pengelola Barang. |
|||
|
|
r. |
Berdasarkan berita acara serah terima barang, keputusan penghapusan barang, dan laporan pelaksanaan penghapusan barang dari Daftar Barang Pengguna, Pengelola Barang menghapuskan barang dimaksud dari Daftar Barang Milik Negara dengan menerbitkan keputusan penghapusan barang dan menerbitkan keputusan penetapan status penggunaan untuk barang pengganti. |
|||
|
|
s. |
Barang pengganti dicatat sebagai Barang Milik Negara oleh Pengguna Barang dalam Daftar Barang Pengguna, dan oleh Pengelola Barang dalam Daftar Barang Milik Negara. |
|||
|
3. |
Tukar-menukar atas Barang Milik Negara selain tanah dan/atau bangunan |
||||
|
|
a. |
Pengguna Barang mengajukan usulan tukar-menukar kepada Pengelola Barang dengan disertai penjelasan atas usulan tukar-menukar, data pendukung mengenai Barang Milik Negara yang akan dilepas, dan data rencana Barang Milik Negara pengganti, taksiran harga dari instansi yang berkompeten, serta calon mitra tukar. |
|||
|
|
b. |
Pengelola Barang melakukan penelitian mengenai kemungkinan pelaksanaan tukar menukar dimaksud dengan tahapan sebagai berikut: |
|||
|
|
|
1) |
melakukan penelitian kelayakan permohonan tukar-menukar, baik dari aspek teknis, ekonomis, maupun yuridis; |
||
|
|
|
2) |
melakukan penelitian data administrasi barang yang akan ditukarkan; |
||
|
|
|
3) |
apabila diperlukan, melakukan penelitian fisik atas Barang Milik Negara selain tanah dan/atau bangunan yang akan dipertukarkan untuk mencocokkan data administratif yang ada termasuk melakukan penilaian. |
||
|
|
c. |
Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana dimaksud dalam huruf b, Pengelola Barang menentukan disetujui atau tidaknya permohonan tersebut. |
|||
|
|
d. |
Dalam hal usulan tukar menukar tidak disetujui, pengelola memberitahukan kepada Pengguna Barang yang bersangkutan, disertai alasannya. |
|||
|
|
e. |
Dalam hal usulan tukar-menukar disetujui, Pengelola Barang menerbitkan surat, persetujuan tukar-menukar yang sekurang-kurangnya memuat: |
|||
|
|
|
1) |
mitra tukar menukar; |
||
|
|
|
2) |
Barang Milik Negara yang akan dilepas; |
||
|
|
|
3) |
rencana kebutuhan barang pengganti; |
||
|
|
|
4) |
nilai Barang Milik Negara yang dilepas dan nilai limit terendah barang pengganti. |
||
|
|
f. |
Dalam hal usulan tukar-menukar dengan nilai perolehan diatas Rp.10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah), maka Pengelola Barang terlebih dahulu mengajukan permohonan persetujuan Presiden/DPR sesuai batas kewenangannya. |
|||
|
|
g. |
Pengguna Barang melakukan pembahasan dengan mitra mengenai rincian barang pengganti dengan mempertimbangkan nilai Barang Milik Negara yang akan dipertukarkan. |
|||
|
|
h. |
Berdasarkan hasil pembahasan tersebut, Pengguna Barang dengan mitra tukar-menukar melaksanakan penandatanganan perjanjian tukar-menukar. |
|||
|
|
i. |
Mitra tukar-menukar melaksanakan pekerjaan pengadaan barang pengganti sesuai dengan surat perjanjian tukar-menukar. |
|||
|
|
j. |
Setelah pelaksanaan pengadaan barang pengganti selesai, Pengguna Barang melakukan penelitian barang pengganti dimaksud yang meliputi : |
|||
|
|
|
1) |
meneliti kesesuaian barang pengganti dengan ketentuan perjanjian dan/atau addendum perjanjian; |
||
|
|
|
2) |
meneliti kelengkapan dokumen administratif atas barang pengganti. |
||
|
|
k. |
Pelaksanaan serah terima barang yang dipertukarkan antara Pengguna Barang dan mitra tukar-menukar dilakukan setelah barang pengganti sesuai dengan perjanjian dan siap pakai secara fisik maupun secara administrasi, atau telah disetorkannya selisih nilai barang dalam hal nilai Barang Milik Negara lebih tinggi dari barang pengganti baik, yang dituangkan dalam berita acara serah terima barang. |
|||
|
|
l. |
Berdasarkan berita acara serah terima tersebut, Pengguna Barang melaksanakan penghapusan Barang Milik Negara yang dilepas dari Daftar Barang Pengguna dengan menerbitkan keputusan penghapusan dan mencatat sebagai Barang Milik Negara dalam daftar barang pengguna |
|||
|
|
m. |
Pengguna Barang melaporkan pelaksanaan penghapusan dengan melampirkan berita acara serah terima dan keputusan penghapusan. |
|||
|
|
n. |
Berdasarkan berita acara serah terima barang, keputusan penghapusan barang, dan laporan pelaksanaan penghapusan barang dari Daftar Barang Pengguna, Pengelola Barang menghapuskan barang dimaksud dari Daftar Barang Milik Negara apabila barang tersebut ada dalam Daftar Barang Milik Negara. |
|||
|
|
o. |
Dalam hal barang pengganti merupakan barang yang wajib mendapatkan penetapan status penggunaan, Pengelola Barang menerbitkan keputusan penetapan status penggunaan. |
|||
|
|
p. |
Barang pengganti dicatat sebagai Barang Milik Negara oleh Pengguna Barang dalam Daftar Barang Pengguna, dan oleh Pengelola Barang dalam Daftar Barang Milik Negara. |
|||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
MENTERI KEUANGAN, |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
SRI MULYANI INDRAWATI |
|
|
|
|
|
|
|
LAMPIRAN IX PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 96/PMK.06/2007 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENGGUNAAN, PEMANFAATAN, PENGHAPUSAN, DAN PEMINDAH TANGANAN BARANG MILIK NEGARA |
TATA CARA PELAKSANAAN HIBAH BARANG MILIK NEGARA |
||||||
I. |
Definisi |
|||||
|
Hibah adalah pengalihan kepemilikan Barang Milik Negara dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah atau kepada pihak lain tanpa memperoleh penggantian. |
|||||
II. |
Pertimbangan |
|||||
|
Hibah Barang Milik Negara dilakukarn untuk: |
|||||
|
1. |
kepentingan sosial, keagamaan, kemanusiaan; |
||||
|
2. |
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. |
||||
III. |
Subjek Pelaksana Hibah dan Objek Hibah |
|||||
|
1. |
Pihak yang dapat melaksanakan hibah Barang Milik Negara adalah: |
||||
|
|
a. |
Pengelola Barang, untuk tanah dan/atau bangunan; |
|||
|
|
b. |
Pengguna Barang, dengan persetujuan Pengelola Barang, untuk: |
|||
|
|
|
1) |
tanah dan/atau bangunan yang dari awal pengadaannya direncanakan untuk dihibahkan sebagaimana tercantum dalam dokumen penganggaran; |
||
|
|
|
2) |
tanah dan/atau bangunan yang diperoleh dari dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan; |
||
|
|
|
3) |
sebagian tanah yang berada pada Pengguna Barang; |
||
|
|
|
4) |
selain tanah dan/atau bangunan. |
||
|
2. |
Pihak yang dapat menerima hibah adalah: |
||||
|
|
a. |
lembaga sosial, lembaga keagamaan, dan organisasi kemanusiaan, yang mendapatkan pernyataan tertulis dari instansi teknis yang kompeten bahwa lembaga yang bersangkutan adalah sebagai lembaga termaksud; |
|||
|
|
b. |
Pemerintah Daerah. |
|||
IV. |
Ketentuan dalam Pelaksanaan Hibah |
|||||
|
1. |
Persyaratan Barang Milik Negara untuk dapat dihibahkan : |
||||
|
|
a. |
Barang Milik Negara yang dari awal perencanaan pengadaannya dimaksudkan untuk dihibahkan sebagaimana tercantum dalam dokumen penganggaran; |
|||
|
|
b. |
bukan merupakan barang rahasia negara, bukan merupakan barang yang menguasai hajat hidup orang banyak, dan tidak digunakan lagi dalam penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi Pengguna Barang, serta tidak digunakan lagi dalam penyelenggaraan pemerintahan negara; |
|||
|
|
c. |
Barang Milik Negara berasal dari hasil perolehan lain yang sah, dalam hal ini berdasarkan keputusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap dan/atau berdasarkan ketentuan perundang-undangan, ditentukan untuk dihibahkan; |
|||
|
|
d. |
Sebagian tanah pada pengguna dapat dihibahkan sepanjang dipergunakan untuk pembangunan fasilitas umum yang tidak mendapatkan penggantian kerugian sesuai ketentuan perundang-undangan, fasilitas sosial dan keagamaan. |
|||
|
2. |
Besaran nilai Barang Milik Negara yang dihibahkan: |
||||
|
|
a. |
nilai Barang Milk Negara hasil dari pelaksanaan kegiatan anggaran, yang dari awal pengadaannya telah direncanakan untuk dihibahkan, didasarkan pada realisasi pelaksanaan kegiatan anggaran yang bersangkutan; |
|||
|
|
b. |
nilai Barang Milik Negara selain huruf a didasarkan pada hasil penilaian yang berpedoman pada Pasal 11, Pasal 12, dan Pasal 13 Peraturan Menteri Keuangan ini. |
|||
|
3. |
Hibah atas Barang Milik Negara, yang sejak perencanaan pengadaannya dimaksudkan untuk dihibahkan, tidak memerlukan persetujuan DPR dan pelaksanaannya dilakukan setelah terlebih dahulu diaudit oleh aparat pengawas fungsional. |
||||
|
4. |
Barang Milik Negara yang dihibahkan harus digunakan sebagaimana fungsinya pada saat dihibahkan, atau tidak diperbolehkan untuk dimanfaatkan oleh dan/atau dipindahtangankan kepada pihak lain. |
||||
V. |
Tata Cara Pelaksanaan Hibah |
|||||
|
1. |
Tata cara pelaksanaan hibah atas tanah dan/atau bangunan yang berada pada Pengelola Barang |
||||
|
|
a. |
Permintaan hibah disampaikan kepada Pengelola Barang dengan disertai penjelasan dan data pendukung: |
|||
|
|
|
1) |
alasan permintaan hibah; |
||
|
|
|
2) |
rincian peruntukan; |
||
|
|
|
3) |
jenis/spesifikasi; |
||
|
|
|
4) |
lokasi/ data teknis; |
||
|
|
|
5) |
hal lain yang dianggap perlu. |
||
|
|
b. |
Pengelola Barang membentuk Tim yang beranggotakan unsur Pengelola Barang, Pengguna Barang, serta dapat mengikutsertakan unsur instansi/lembaga teknis yang kompeten. |
|||
|
|
c. |
Tim melakukan penelitian kelayakan alasan/pertimbangan permintaan hibah, dan data administrasi yang terdiri dari: |
|||
|
|
|
1) |
data tanah, antara lain status dan bukti kepemilikan, gambar situasi termasuk lokasi tanah, luas, dan peruntukan; |
||
|
|
|
2) |
data bangunan, antara lain tahun pembuatan, konstruksi, luas, dan status kepemilikan; |
||
|
|
|
3) |
Apabila diperlukan, melakukan penelitian fisik atas tanah dan/atau bangunan yang akan dihibahkan untuk mencocokkan data administratif yang ada. |
||
|
|
d. |
Pengelola Barang menugaskan penilai untuk melakukan penghitungan nilai tanah dan/atau bangunan yang akan dihibahkan. |
|||
|
|
e. |
Penilai melaporkan laporan penilaian kepada Pengelola Barang melalui Tim |
|||
|
|
f. |
Tim menyampaikan laporan hasil pelaksanaan tugas kepada Pengelola Barang, dilampiri berita acara penelitian termasuk laporan penilaian sebagaimana tersebut huruf e. |
|||
|
|
g. |
Berdasarkan laporan Tim, Pengelola Barang mempertimbangkan untuk menentukan disetujui atau tidaknya usulan hibah. |
|||
|
|
h. |
Dalam hal usulan hibah tidak disetujui, Pengelola Barang memberitahukan kepada pihak yang mengusulkan hibah, disertai dengan alasannya. |
|||
|
|
i. |
Dalam hal usulan hibah disetujui, Pengelola Barang menetapkan keputusan pelaksanaan hibah, yang sekurang-kurangnya memuat: |
|||
|
|
|
1) |
penerima hibah; |
||
|
|
|
2) |
objek hibah, yaitu mengenai detil tanah dan/atau bangunan; |
||
|
|
|
3) |
nilai tanah dan/atau bangunan; |
||
|
|
|
4) |
peruntukan tanah dan/atau bangunan. |
||
|
|
j. |
Dalam hal hibah tanah dan/atau bangunan tersebut memerlukan persetujuan DPR, Pengelola Barang mengajukan permohonan persetujuan hibah kepada DPR. |
|||
|
|
k. |
Dalam hal hibah tanah dan/atau bangunan tersebut tidak memerlukan persetujuan DPR tetapi hasil penilaiannya di atas Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah), Pengelola Barang terlebih dahulu mengajukan permohonan persetujuan hibah kepada Presiden. |
|||
|
|
l. |
Berdasarkan keputusan pelaksanaan hibah tersebut, Pengelola Barang melakukan serah terima tanah dan/atau bangunan kepada penerima hibah, yang dituangkan dalam berita acara serah terima barang clan naskah hibah. |
|||
|
|
m. |
Berdasarkan berita acara serah terima barang dan naskah hibah, Pengelola Barang melaksanakan penghapusan Barang Milik Negara dari Daftar Barang Milik Negara dengan menerbitkan keputusan penghapusan barang. |
|||
|
2. |
Tata cara hibah atas tanah dan/atau bangunan yang dari sejak perencanaan pengadaannya dimaksudkan untuk dihibahkan sebagaimana tercantum dalam dokumen penganggaran. |
||||
|
|
a. |
Pengguna Barang membentuk Tim internal untuk melakukan persiapan pengusulan hibah tanah dan/atau bangunan dengan tugas : |
|||
|
|
|
1) |
menyiapkan dokumen anggaran beserta kelengkapannya; |
||
|
|
|
2) |
melakukan penelitian data administratif, yaitu: |
||
|
|
|
|
a) |
data tanah, antara lain status dan bukti kepemilikan, lokasi tanah, luas, nilai tanah; |
|
|
|
|
|
b) |
data bangunan, antara lain tahun pembuatan, konstruksi, luas, dan status kepemilikan serta nilai bangunan; |
|
|
|
|
3) |
melakukan penelitian fisik atas tanah dan/atau bangunan yang akan dihibahkan untuk mencocokkan data administratif yang ada; |
||
|
|
|
4) |
menyampaikan laporan hasil penelitian data administratif dan fisik kepada Pengguna Barang. |
||
|
|
b. |
Pengguna Barang mengajukan permintaan persetujuan hibah tanah dan/atau bangunan kepada Pengelola Barang dengan disertai: |
|||
|
|
|
1) |
dokumen penganggaran yang menunjukkan bahwa barang yang diusulkan sejak perencanaan pengadaannya dimaksudkan untuk dihibahkan; |
||
|
|
|
2) |
calon penerima hibah; |
||
|
|
|
3) |
rincian peruntukan, jenis/spesifikasi, status dan bukti kepemilikan, dan lokasi; |
||
|
|
|
4) |
hasil audit aparat pengawas fungsional; |
||
|
|
|
5) |
hal lain yang dianggap perlu. |
||
|
|
c. |
Pengelola Barang melakukan penelitian atas kebenaran dokumen penganggaran dan data administrasi sebagaimana tersebut pada angka 2 huruf b. Apabila diperlukan, Pengelola Barang dapat melakukan penelitian fisik atas tanah dan/atau bangunan yang akan dihibahkan. |
|||
|
|
d. |
Berdasarkan penelitian di atas, Pengelola Barang menentukan disetujui atau tidaknya usulan hibah. |
|||
|
|
e. |
Dalam hal usulan hibah tidak disetujui, Pengelola Barang memberitahukan kepada pihak yang mengusulkan hibah, disertai dengan alasannya. |
|||
|
|
f. |
Dalam hal usulan hibah disetujui, Pengelola Barang menetapkan surat persetujuan pelaksanaan hibah yang sekurang-kurangnya memuat: |
|||
|
|
|
1) |
penerima hibah; |
||
|
|
|
2) |
objek hibah, yaitu mengenai rincian tanah dan/atau bangunan; |
||
|
|
|
3) |
nilai tanah dan/atau bangunan; |
||
|
|
|
4) |
peruntukan tanah dan/atau bangunan; |
||
|
|
|
5) |
kewajiban Pengguna Barang untuk menghapus tanah dan/atau bangunan yang akan dihibahkan dari daftar barang pengguna; dan |
||
|
|
|
6) |
kewajiban Pengguna Barang untuk melaporkan pelaksanaan hibah kepada Pengelola Barang. |
||
|
|
g. |
Dalam hal hibah tanah dan/atau bangunan tersebut nilainya di atas Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah), Pengelola Barang terlebih dahulu mengajukan permohonan persetujuan hibah kepada Presiden. |
|||
|
|
h. |
Berdasarkan persetujuan hibah sebagaimana tersebut dalam huruf f, Pengguna Barang melakukan serah terima atas tanah dan/atau bangunan yang akan dihibahkan dengan penerima hibah, yang dituangkan dalam berita acara serah terima barang dan naskah hibah. |
|||
|
|
i. |
Berdasarkan berita acara serah terima barang tersebut, Pengguna Barang dan/atau Kuasa Pengguna Barang melaksanakan penghapusan dari Daftar Barang Pengguna dan/atau Daftar Barang Kuasa Pengguna dengan menerbitkan keputusan penghapusan dan melaporkan kepada Pengelola Barang paling lama 1 (satu) bulan sejak diterbitkannya keputusan penghapusan. |
|||
|
|
j. |
Tembusan keputusan penghapusan barang dan berita acara serah terima disampaikan kepada Pengelola Barang paling lama satu bulan setelah serah terima. |
|||
|
|
k. |
Berdasarkan tembusan dokumen tersebut huruf j, Pengelola Barang menghapuskan barang dimaksud dari Daftar Barang Milik Negara dengan menerbitkan keputusan penghapusan barang. |
|||
|
3. |
Tata cara hibah atas tanah dan/atau bangunan yang diperoleh dari dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan mengikuti ketentuan sebagaimana tersebut pada romawi VI angka 2 dengan penyesuaian seperlunya dan memperhatikan ketentuan perundang-undangan yang mengatur Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan. |
||||
|
4. |
Tata cara hibah atas sebagian tanah yang berada pada Pengguna Barang mengikuti ketentuan sebagaimana tersebut pada romawi VI angka 2 dengan pengecualian persyaratan dan penelitian terkait dengan dokumen penganggarannya serta persyaratan hasil audit aparat pengawas fungsional. |
||||
|
5. |
Tata cara hibah Barang Milik Negara selain tanah dan/atau bangunan |
||||
|
|
a. |
Pengguna Barang membentuk Tim internal untuk melakukan persiapan pengusulan hibah Barang Milik Negara dengan tugas : |
|||
|
|
|
1) |
melakukan penelitian data administratif Barang Milik Negara selain tanah dan bangunan yang akan dihibahkan, yaitu tentang tahun perolehan, spesifikasi/identitas teknis, bukti kepemilikan, dan nilai perolehan; |
||
|
|
|
2) |
melakukan penelitian fisik atas Barang Milik Negara selain tanah dan/atau bangunan yang akan dihibahkan untuk mencocokkan data administratif yang ada; |
||
|
|
|
3) |
menyampaikan laporan hasil penelitian data administratif dan fisik kepada Pengguna Barang. |
||
|
|
b. |
Pengguna Barang mengajukan permintaan persetujuan kepada Pengelola Barang untuk menghibahkan Barang Milik Negara dimaksud, dengan disertai : |
|||
|
|
|
1) |
alasan untuk menghibahkan; |
||
|
|
|
2) |
calon penerima hibah; |
||
|
|
|
3) |
data Barang Milik Negara selain tanah dan/atau bangunan yang akan dihibahkan, yaitu tahun perolehan, spesifikasi/identitas teknis, bukti kepemilikan, dan nilai perolehan. |
||
|
|
c. |
Pengelola Barang melakukan penelitian kelayakan hibah dan data administrasi sebagaimana tersebut pada angka 4 huruf a 1). Apabila diperlukan, Pengelola Barang dapat melakukan penelitian fisik. |
|||
|
|
d. |
Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana dimaksud dalam huruf c, Pengelola Barang menentukan disetujui atau tidaknya permohonan tersebut. |
|||
|
|
e. |
Dalam hal usulan hibah tidak disetujui, Pengelola Barang memberitahuhan kepada Pengguna Barang yang mengusulkan hibah, disertai dengan alasannya. |
|||
|
|
f. |
Dalam hal usulan hibah disetujui, Pengelola Barang menetapkan surat persetujuan pelaksanaan hibah yang sekurang-kurangnya memuat: |
|||
|
|
|
1) |
Barang Milik Negara yang dihibahkan; |
||
|
|
|
2) |
pihak yang menerima hibah; |
||
|
|
|
3) |
peruntukan Barang Milik Negara yang dihibahkan; |
||
|
|
|
4) |
kewajiban Pengguna Barang menetapkan jenis, jumlah, dan nilai Barang Milik Negara yang akan dihibahkan. |
||
|
|
g. |
Dalam hal nilai perolehan Barang Milik Negara selain tanah dan/atau bangunan tersebut di atas Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah), Pengelola Barang terlebih dahulu mengajukan permohonan persetujuan kepada Presiden atau DPR sesuai batas kewenangannya. |
|||
|
|
h. |
Berdasarkan persetujuan hibah sebagaimana tersebut dalam huruf f, Pengguna Barang melakukan serah terima Barang Milik Negara yang dihibahkan dengan penerima hibah, yang dituangkan dalam berita acara serah terima barang dan naskah hibah. |
|||
|
|
i. |
Berdasarkan berita acara serah terima tersebut, Pengguna Barang menerbitkan keputusan penghapusan. |
|||
|
|
j. |
Berdasarkan keputusan penghapusan, Pengguna Barang dan/ atau Kuasa Pengguna Barang menghapuskan dari Daftar Barang Pengguna dan/atau Kuasa Pengguna, dan melaporkan penghapusan tersebut kepada pengelola barang paling lambat 1 (satu) bulan sejak serah terima disertai tembusan berita acara, naskah hibah, dan keputusan penghapusan. |
|||
|
|
k. |
Berdasarkan laporan tersebut huruf j, Pengelola Barang menghapuskan dari Daftar Barang Milik Negara apabila barang tersebut ada dalam Daftar Barang Milik Negara. |
|||
|
|
|
|
|||
|
|
|
|
|
|
MENTERI KEUANGAN, |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
SRI MULYANI INDRAWATI |
|
|
|
|
|
|
|
LAMPIRAN X PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 96/PMK.06/2007 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENGGUNAAN, PEMANFAATAN, PENGHAPUSAN, DAN PEMINDAH TANGANAN BARANG MILIK NEGARA |
TATA CARA PELAKSANAAN PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH PUSAT YANG BERASAL DARI BARANG MILIK NEGARA |
||||||
I. |
Definisi |
|||||
|
Penyertaan modal pemerintah pusat adalah pengalihan kepemilikan Barang Milik Negara yang semula merupakan kekayaan negara yang tidak dipisahkan menjadi kekayaan negara yang dipisahkan untuk diperhitungkan sebagai modal/saham negara pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), atau Badan Hukum lainnya yang dimiliki Negara/Daerah. |
|||||
II. |
Tujuan dilakukannya Penyertaan Modal Pemerintah: |
|||||
|
Barang Milik Negara dijadikan Penyertaan Modal Pemerintah Pusat dalam rangka pendirian, pengembangan, dan peningkatan kinerja Badan Usaha Milik Negara/Daerah atau Badan Hukum lainnya yang dimiliki Negara/Daerah. |
|||||
III. |
Pertimbangan dilakukannya Penyertaan Modal Pemerintah: |
|||||
|
Barang Milik Negara yang dari awal pengadaannya sesuai dokumen penganggaran diperuntukkan bagi Badan Usaha Milik Negara/Daerah atau Badan Hukum lainnya yang dimiliki Negara/Daerah dalam rangka penugasan pemerintah dengan pertimbangan Barang Milik Negara tersebut akan lebih optimal apabila dikelola oleh Badan Usaha Milik Negara/Daerah atau Badan Hukum lainnya yang dimiliki Negara/Daerah, baik yang sudah ada maupun yang akan dibentuk. |
|||||
IV. |
Barang Milik Negara yang dapat dilakukan Penyertaan Modal Pemerintah: |
|||||
|
1. |
tanah dan/atau bangunan yang berada pada Pengelola Barang; |
||||
|
2. |
tanah dan/atau bangunan yang dari awal pengadaannya direncanakan untuk disertakan sebagai modal pemerintah pusat sesuai yang tercantum dalam dokumen penganggarannya; serta |
||||
|
3. |
selain tanah dan/atau bangunan. |
||||
V. |
Subjek Pelaksana Penyertaan Modal Pemerintah Pusat. |
|||||
|
1. |
Pihak-pihak yang dapat melaksanakan penyertaan modal pemerintah pusat adalah: |
||||
|
|
a. |
Pengelola Barang, untuk tanah dan/atau bangunan yang berada pada Pengelola Barang. |
|||
|
|
b. |
Pengguna Barang, dengan persetujuan Pengelola Barang untuk: |
|||
|
|
|
1) |
Barang Milik Negara berupa tanah dan/atau bangunan yang dari awal pengadaannya direncanakan untuk disertakan sebagai modal pemerintah pusat sesuai yang tercantum dalam dokumen penganggaran; |
||
|
|
|
2) |
Barang Milik Negara selain tanah dan/atau bangunan. |
||
|
2. |
Pihak-pihak yang dapat menerima penyertaan modal pemerintah pusat |
||||
|
|
a. |
Badan Usaha Milik Negara, |
|||
|
|
b. |
Badan Usaha Milik Daerah, |
|||
|
|
c. |
Badan Hukum lainnya yang dimiliki Negara/Daerah. |
|||
VI. |
Ketentuan dalam pelaksanaan penyertaan modal pemerintah pusat yang berasal dari Barang Milik Negara. |
|||||
|
1. |
a. |
Pengajuan penyertaan modal pemerintah pusat atas Barang Milik Negara yang dari awal pengadaannya direncanakan untuk disertakan sebagai penyertaan modal pemerintah pusat dilakukan oleh Pengguna Barang kepada Pengelola Barang. |
|||
|
|
b. |
Pengajuan penyertaan modal tersebut pada butir a dilaksanakan selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah penetapan status penggunaannya oleh Pengelola Barang. |
|||
|
|
c. |
Dalam hal pengajuan penyertaan modal tersebut dilakukan setelah batas waktu tersebut dalam butir b, penerima/calon penerima penyertaan modal dimaksud dikenakan sewa penggunaan Barang Milik Negara terhitung sejak tanggal penetapan status penggunaan sebagaimana dimaksud dalam butir b. |
|||
|
2. |
Nilai penyertaan modal pemerintah pusat |
||||
|
|
a. |
Barang Milik Negara hasil dari pelaksanaan kegiatan anggaran yang dari awal direncanakan untuk disertakan sebagai penyertaan modal pemerintah pusat kepada Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah atau Badan Hukum lainnya yang dimiliki negara, nilainya berdasarkan realisasi pelaksanaan kegiatan anggaran. |
|||
|
|
b. |
Barang Milik Negara selain butir a nilainya didasarkan hasil penilaian yang berpedoman pada Pasal 11, Pasal 12, dan Pasal 13 Peraturan Menteri Keuangan ini. |
|||
|
3. |
Pelaksanaan penyertaan modal pemerintah pusat atas Barang Milik Negara yang dari awal pengadaannya direncanakan untuk disertakan sebagai penyertaan modal pemerintah pusat, terlebih dahulu harus diaudit oleh aparat pengawas fungsional pemerintah untuk menentukan kewajaran Barang Milik Negara yang akan disertakan sebagai penyertaan modal pemerintah pusat dibandingkan realisasi pelaksanaan kegiatan anggaran. |
||||
|
4. |
Dalam pelaksanaan penyertaan modal pemerintah pusat, Pengelola Barang dapat mempersyaratkan adanya pernyataan tidak keberatan dari pemegang saham atau instansi yang dianggap kompeten mewakili pemegang saham. |
||||
|
5. |
Persyaratan tersebut pada butir 4 tidak diperlukan untuk penyertaan modal pemerintah pusat atas Barang Milik Negara yang dari awal pengadaannya telah direncanakan untuk penyertaan modal pemerintah pusat. |
||||
|
6. |
Setiap penyertaan modal pemerintah pusat atas Barang Milik Negara ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. |
||||
|
7. |
Pengajuan rancangan peraturan pemerintah penetapan penyertaan modal pemerintah pusat kepada Presiden dilakukan oleh Pengelola Barang. |
||||
|
8. |
Semua biaya yang timbul dari pelaksanaan penyertaan modal pemerintah pusat dibebankan pada penerima penyertaan modal pemerintah pusat. |
||||
VII. |
Tata Cara Pelaksanaan Penyertaan Modal Pemerintah Pusat |
|||||
|
1. |
Barang Milik Negara berupa tanah dan/atau bangunan pada Pengguna Barang yang dari awal pengadaannya, sebagaimana tercantum dalam dokumen penganggarannya, direncanakan untuk disertakan sebagai penyertaan modal pemerintah pusat. |
||||
|
|
a. |
Pengguna Barang membentuk tim internal yang bertugas antara lain: |
|||
|
|
|
1) |
menyiapkan kelengkapan data administrasi sekurang-kurangnya meliputi: |
||
|
|
|
|
a) |
dokumen anggarannya. |
|
|
|
|
|
b) |
nilai realisasi pelaksanaan anggaran, |
|
|
|
|
|
c) |
hasil audit aparat pengawas fungsional pemerintah, |
|
|
|
|
|
d) |
berita acara serah terima pengelolaan sementara dari Pengguna Barang kepada penerima penyertaan modal pemerintah pusat. |
|
|
|
|
2) |
melakukan pengkajian. |
||
|
|
|
3) |
menyampaikan laporan hasil kerja tim kepada Pengguna Barang. |
||
|
|
b. |
Pengguna Barang mengajukan usulan kepada Pengelola Barang dengan disertai: |
|||
|
|
|
1) |
penjelasan/pertimbangan mengenai usul dimaksud, |
||
|
|
|
2) |
kelengkapan data administrasi tersebut dalam butir a.1), |
||
|
|
|
3) |
hasil kajian tim internal. |
||
|
|
c. |
Pengelola Barang melakukan pengkajian mengenai kelayakan usul Pengguna Barang. |
|||
|
|
d. |
Dalam hal berdasarkan kajian tersebut pada butir c, Pengelola Barang menganggap usulan tersebut layak, Pengelola Barang menerbitkan surat persetujuan penyertaan modal pemerintah pusat dimaksud dan menyiapkan rancangan peraturan pemerintah tentang penyertaan modal tersebut. |
|||
|
|
e. |
Persetujuan tersebut dalam butir d mencantumkan nilai Barang Milik Negara yang akan dijadikan penyertaan modal pemerintah pusat, yang perhitungannya didasarkan realisasi pelaksanaan anggaran setelah mempertimbangkan hasil audit. |
|||
|
|
f. |
Dalam hal nilai penyertaan modal dimaksud di atas Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah), Pengelola Barang mengajukan permintaan persetujuan kepada Presiden disertai dengan rancangan peraturan pemerintah mengenai penetapan modal negara dimaksud untuk ditetapkan Presiden. |
|||
|
|
g. |
Berdasarkan Peraturan Pemerintah tentang penetapan penyertaan modal pemerintah pusat, Pengguna Barang melakukan serah terima barang dengan penerima penyertaan modal pemerintah pusat yang dituangkan dalam berita acara serah terima barang. |
|||
|
|
h. |
Pengguna Barang menerbitkan keputusan penghapusan Barang Milik Negara dari Daftar Barang Pengguna dan Pengelola Barang menerbitkan keputusan penghapusan Barang Milik Negara dari Daftar Barang Milik Negara berdasarkan berita acara serah terima barang tersebut dalam butir g. |
|||
|
2. |
Barang Milik Negara berupa tanah dan/atau bangunan yang berada pada Pengelola Barang. |
||||
|
|
a. |
Pengelola Barang mengkaji perlunya penyertaan modal pemerintah pusat sesuai dengan tujuan dan pertimbangan penyertaan modal sebagaimana dimaksud Romawi II dan III dengan melibatkan Badan Usaha Milik Negara/Daerah dan Kementerian Negara/Lembaga yang bertanggungjawab di bidang pembinaan Badan Usaha Milik Negara/Daerah. |
|||
|
|
b. |
Usulan penyertaan modal dapat diajukan Pengguna Barang kepada Pengelola Barang. |
|||
|
|
c. |
Dalam mengajukan usulan tersebut pada butir b, Pengguna Barang harus menyampaikan perhitungan kuantitatif yang mencantumkan perbandingan keuntungan bagi pemerintah atas penyertaan modal dengan salah satu cara lain dalam pemanfaatan Barang Milik Negara |
|||
|
|
d. |
Pengelola Barang mengkaji kelayakan usulan Pengguna Barang untuk menentukan disetujui atau tidaknya usulan dimaksud. |
|||
|
|
e. |
Dalam hal usulan tidak disetujui, Pengelola Barang memberitahukan kepada Pengguna Barang disertai alasannya, |
|||
|
|
f. |
Dalam hal usulan disetujui, Pengelola Barang membentuk tim yang anggotanya terdiri dari Pengelola Barang, wakil dari instansi yang bertanggung jawab dalam pembinaan penerima penyertaan modal, serta dapat melibatkan wakil dari instansi teknis yang berkompeten dan wakil dari calon penerima penyertaan modal. |
|||
|
|
g. |
Tim bertugas untuk melakukan penelitian atas tanah dan/atau bangunan yang akan dijadikan penyertaan modal, serta menyiapkan hal-hal yang bersifat teknis dalam pelaksanaan penyertaan modal tersebut. |
|||
|
|
h. |
Pengelola Barang menugaskan penilai untuk melakukan perhitungan nilai tanah dan/atau bangunan yang akan dijadikan penyertaan modal |
|||
|
|
i. |
Penilai menyampaikan laporan hasil penilaian kepada Pengelola Barang melalui Tim. |
|||
|
|
j. |
Tim menyampaikan kepada Pengelola Barang laporan hasil pelaksanaan tugas termasuk usulan nilai Barang Milik Negara yang akan disertakan sebagai modal berdasarkan laporan hasil penilaian. |
|||
|
|
k.. |
Berdasarkan laporan tim, Pengelola Barang menetapkan nilai Barang Milik Negara yang akan disertakan sebagai modal menyusun rancangan peraturan pemerintah tentang penyertaan modal. |
|||
|
|
l. |
Dalam hal penyertaan modal tersebut memerlukan persetujuan DPR, maka: |
|||
|
|
|
1) |
Pengelola Barang mengajukan permohonan persetujuan kepada DPR; |
||
|
|
|
2) |
berdasarkan surat persetujuan dari DPR, Pengelola Barang mengajukan rancangan peraturan pemerintah tentang penyertaan modal pemerintah kepada Presiden untuk ditetapkan. |
||
|
|
m. |
Dalam hal nilai penyertaan modal di atas Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah), Pengelola Barang mengajukan permintaan persetujuan kepada Presiden disertai rancangan peraturan pemerintah mengenai penetapan modal negara untuk ditetapkan Presiden. |
|||
|
|
n. |
Dalam hal nilai penyertaan modal di bawah Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah), maka: |
|||
|
|
|
1) |
Pengelola Barang menerbitkan keputusan pelaksanaan penyertaan modal; |
||
|
|
|
2) |
berdasarkan keputusan tersebut, Pengelola Barang menyampaikan rancangan peraturan pemerintah tentang penyertaan modal pemerintah pusat kepada Presiden untuk ditetapkan. |
||
|
|
o. |
Setelah peraturan pemerintah tentang penyertaan modal telah ditetapkan, Pengelola Barang melakukan serah terima barang dengan penerima penyertaan modal pemerintah pusat, yang dituangkan dalam berita acara serah terima barang. |
|||
|
|
p. |
Berdasarkan berita acara serah terima barang, Pengelola Barang menerbitkan keputusan penghapusan Barang Milik Negara dari Daftar Barang Milik Negara. |
|||
|
3. |
Barang Milik Negara selain tanah dan/atau bangunan |
||||
|
|
a. |
Pengguna Barang melakukan inventarisasi Barang Milik Negara selain tanah dan/atau bangunan, yang direncanakan untuk dijadikan penyertaan modal pemerintah pusat, serta identifikasi pihak penerimaan penyertaan modal berdasarkan tujuan dan pertimbangan sebagaimana tersebut dalam butir II dan butir III |
|||
|
|
b. |
Pengguna Barang melakukan persiapan penyertaan modal pemerintah pusat dengan membentuk tim internal yang bertugas antara lain: |
|||
|
|
|
1) |
Menyiapkan kelengkapan data administrasi sekurang-kurangnya meliputi: |
||
|
|
|
|
a) |
kartu identitas barang, |
|
|
|
|
|
b) |
daftar barang yang diusulkan dengan sekurang-kurangnya memuat jenis, jumlah, kondisi, harga dan tahun perolehan, |
|
|
|
|
|
c) |
surat penetapan status penggunaan Barang Milik Negara yang diusulkan. |
|
|
|
|
2) |
Melakukan penelitian mengenai Barang Milik Negara yang akan disertakan sebagai penyertaan modal pemerintah pusat. |
||
|
|
|
3) |
Menyampaikan laporan hasil kerja tim kepada Pengguna Barang. |
||
|
|
d. |
Pengguna Barang mengajukan usulan penyertaan modal pemerintah pusat atas Barang Milik Negara selain tanah dan/atau bangunan tersebut dalam huruf a kepada Pengelola Barang, dengan disertai: |
|||
|
|
|
1) |
penjelasan/pertimbangan; |
||
|
|
|
2) |
kelengkapan data administrasi; |
||
|
|
|
3) |
hasil kajian tim internal; dan |
||
|
|
|
4) |
perhitungan kuantitatif yang mencantumkan perbandingan keuntungan bagi pemerintah atas penyertaan modal dengan bentuk pemanfaatan Barang Milik Negara. |
||
|
|
e. |
Pengelola Barang melakukan kajian dan penelitian atas usulan Pengguna Barang untuk menentukan kesesuaian usulan dengan tujuan dan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam butir II dan butir III. |
|||
|
|
f. |
Pengelola Barang mengkaji usulan Pengguna Barang untuk menentukan disetujui atau tidaknya usulan dimaksud. |
|||
|
|
g. |
Dalam hal usulan tidak disetujui Pengelola Barang memberitahukan kepada Pengguna Barang disertai dengan alasannya. |
|||
|
|
h. |
Dalam hal usulan disetujui, Pengelola Barang menerbitkan surat persetujuan penyertaan modal pemerintah pusat. |
|||
|
|
i. |
Pengguna Barang menindaklanjuti persetujuan penyertaan modal pemerintah pusat dengan membentuk tim yang anggotanya terdiri dari unsur Pengelola Barang, Pengguna Barang, instansi teknis yang berkompeten, dan penerima penyertaan modal pemerintah pusat. |
|||
|
|
j. |
Tim bertugas untuk melakukan penelitian atas Barang Milik Negara yang akan dijadikan penyertaan modal, serta menyiapkan hal-hal yang bersifat teknis dalam pelaksanaan penyertaan modal tersebut. |
|||
|
|
k. |
Dalam hal nilai perolehan Barang Milik Negara tersebut di atas Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah), maka: |
|||
|
|
|
1) |
Pengelola Barang mengajukan permohonan persetujuan penyertaan modal pemerintah pusat kepada DPR; |
||
|
|
|
2) |
berdasarkan surat persetujuan dari DPR, Pengelola Barang mengajukan rancangan peraturan pemerintah tentang penyertaan modal pemerintah kepada Presiden untuk ditetapkan. |
||
|
|
l. |
Dalam hal nilai perolehan Barang Milik Negara di atas Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) sampai dengan Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah), Pengelola Barang mengajukan permohonan persetujuan penyertaan modal pemerintah pusat kepada presiden disertai, rancangan peraturan pemerintah tentang penyertaan modal pemerintah untuk ditetapkan. |
|||
|
|
m. |
Dalam hal Barang Milik Negara dari awal perencanaan pengadaannya diperuntukan sebagai penyertaan modal pemerintah pusat sesuai dokumen anggarannya, tidak diperlukan persetujuan DPR. |
|||
|
|
n. |
Setelah peraturan pemerintah tentang penyertaan modal pemerintah pusat ditetapkan, Pengguna Barang melakukan serah terima barang dengan penerima penyertaan modal pemerintah pusat yang dituangkan dalam berita acara serah terima barang. |
|||
|
|
o. |
Berdasarkan berita acara serah terima barang, Pengguna Barang melakukan penghapusan dari Daftar Barang Pengguna dengan menerbitkan keputusan penghapusan Barang Milik Negara. |
|||
|
|
p. |
Pengguna Barang menyampaikan laporan kepada Pengelola Barang disertai dengan berita acara serah terima barang dan keputusan penghapusan. |
|||
|
|
q. |
Berdasarkan laporan tersebut huruf j, Pengelola Barang menghapuskan dari Daftar Barang Milik Negara dengan menerbitkan keputusan penghapusan barang apabila barang tersebut ada dalam Daftar Barang Milik Negara. |
|||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
MENTERI KEUANGAN, |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
SRI MULYANI INDRAWATI |