- P R A K A T A -
|
|||||
|
|||||
|
|||||
|
|||||
|
|||||
JAKARTA ,28 Januari 1967. DIREKTUR JENDRAL BEA DAN CUKAI (PADANG SOEDIRDJO) |
|||||
UNDANG-UNDANG TARIF INDONESIA
|
Pasal 1.
|
Pasal 2.
(Lihat Ned. S. 1931 No. 127 dan Ind. S. 139 pun juga Ned. S. 1937 No. 907 dan Ind. S. 1938 No. 12). |
|
|
a. | hasil-hasil yang-seluruhnya atau sebahagian disusun atau dibuat dari bahan- bahan yang berasal dari luar daerah itu yang dikenakan bea-masuk, atas barang- barang mana diberikan pembebasan seluruhnya atau sebahagian atau telah diberi- kan pengembalian bea-masuk - setelah dikeluarkan, dimasukkan kembali dalam daerah itu; | |||
b. | dibatalkan berdasarkan U.U.D. No.25-1957; |
_____________________
(1) | Dalam perubahan-perubahan dan tambahan-tambahan ini tidak termasuk yang mengenai lampiran A dari undang-undang tarif (lihat catatan (3)). | |||
(2) | Sekarang Keresidenan Tapanuli Sumatera-Barat, Bengkulu, Lampung, Palembang, Bangka, dan Belitung, Kalimantan-Selatan dan- Timur (Ind. S. 1938 No. 264). | |||
(3) | Lampiran A dikeluarkan tersendiri dalam buku Tarif bea-masuk Undang-undang tanggal 29 Desember 1933; Ned. Staatsblad No. 772; 1934 No. 1). |
c. | barang alkohol-sulingan yang tidak dikenakan cukai dan yang tidak dirusakkan untuk diminum menurut peraturan-peraturan undang-undang yang berlaku, yang dimasukkan di daerah-daerah di luar Jawa dan Madura; | |||
d. | barang-barang katun, tembakau dan cerutu yang tidak ada bukti pengeluaran- nya dari daerah itu;1) | |||
|
||||
|
||||
|
||||
|
||||
|
||||
|
||||
|
Pasal 3.
(Lihat Ned. S. 1934 No. 421 dan Ind. S. No. 485, begitu juga Ind. S. No. 383, L.N. 1952 No. 44). |
|
_____________________
(1) | Lihat lampiran I. | |||
(2) | Lihat lampiran II dan III. |
|
a. | untuk barang-barang yang didatangkan untuk atau atas tanggungan Negara (1). | |||
b. | berdasarkan, bahwa pemasukan itu dilakukan dengan tujuan keilmuan (2) atau bahwa hubungan internasional (3) menghendaki yang sedemikian. | |||
c. | untuk permesinan, perkakas-perkakas atau pesawat-pesawat guna perlengkapan perusahaan-perusahaan industri yang baru atau bagian-bagian yang baru dari perusahaan-perusahaan yang telah ada, yang bermaksud membuat hasil-hasil akhir yang baru; begitu juga selama masa yang ditetapkannya akan tetapi selambat- lambatnya dua tahun, untuk bahan-bahan yang akan dikerjakan dalam perusahaan- perusahaan atau bahagian-bahagian perusahaan-perusahaan sejenis itu, satu dan lain jika dan sepanjang pemberian pembebasan atau pengembalian, atas pertimbang- annya perlu guna kepentingan ekonomi Indonesia itu. | |||
d. | untuk barang-barang pindahan, sepanjang barang-barang itu terdiri dari barang barang yang sudah dipakai (4). | |||
e. | untuk barang-barang berupa kiriman-kiriman hadiah yang tujuannya kesejah- teraan rohani penduduk, ataupun maksud amal atau kebudayaan. |
Pasal 3a.
(Lihat Ned. S. 1937 No. 907 dan Ind. S. 1938 No. 12).
|
Pasal 3b.
(Lihat Ned. S. 1937 No. 907 dan Ind. S. 1938 No. 12)
|
_____________________
(1) | Lihat lampiran IV. | |||
(2) | Bandingkan dengan lampiran XIII. | |||
(3) | Lihat lampiran V. | |||
(4) | Lihat lampiran VI. | |||
(5) | Lihat lampiran VII. | |||
(6) | Lihat lampiran VIII. |
Pasal 4.
|
Pasal 5.
(Lihat Ned. S. 1934 No. 716 dan Ind. S. 1935 No. 353).
|
|||||
|
|||||
Kayu terkecuali kayu bahan kapal dan kayu utas, tiang-tiang dan batang-batang untuk tiang, dayung-dayung dan kayu bulat lain-lain; tanduk rusa, gading, dan cula; kulit bakau dan kulit tengar; rotan dari segala jenis; sagu; kulit burung; biji tengkawang; |
|||||
|
Pasal 6.
Dibatalkan
Pasal 7.
Dibatalkan
Pasal 7a.
|
_____________________
(1) | Lihat ordonansi tarif dibelakang ini. |
a. | berdasarkan hal-hal jika berhubung dengan Internasional menghendakinya. | |||
b. | untuk contoh-contoh yang tidak mempunyai harga dagangan ataupun yang harga dagangannya demikian rendahnya, sehingga dapat diabaikan, walaupun berkelebihan patut pula ditambahkan disini, bahwa buat pelaksanaannya dari pembebasan atau pengembalian tsb. setiap soal akan dilaksanakan tersendiri dengan surat Keputusan Menteri Keuangan. |
Pasal 8.
Dibatalkan
Pasal 9.
(lihat Ned. S. 1934 No. 716 dan Ind. S. 1935 No. 353).
|
|||||
|
Pasal 10.
|
Pasal 11.
|
Pasal 12.
|
_____________________
(1) | Reglemen 1847 untuk pemungutan bea-masuk dan bea-keluar di Muara-Kompeh (Jambi) dibatalkan dengan Ordonansi dalam Staatsblad 1907 No. 334. Dengan Ordonansi itu juga diadakan pemungutan bea-masuk dan bea-keluar diseluruh Keresidenan Jambi menurut tarif-tarif dan peraturan-peraturan Undang-undang tarif. Ordonansi dalam Staatsblad 1907 No. 334 kemudian diganti dengan Ordonansi-Tarif dibelakang ini. | |||
(2) | Lihat Ordonansi-Tarif dibelakang ini. | |||
(3) | Lihat pasal 4 Ordonansi-Tarif dan pasal 52 dan 54 Reglemen A dan pasal 10 dan 11 Reglemen B dari Ordonansi Bea, Staatsblad 1931 No. 471. | |||
(4) | Lihat a.l. pasal 9 Ordonansi Bea, pasal 24 Reglemen A, yang dilampirkan padanya dan lampiran No. III dari keputusan Pemerintah tanggal 11 Mei 1932 No. 34 (Stbl. No. 214) sebagaimana telah diubah dengan keputusan Pemerintah tanggal 28 Februari 1936 No. 17 (Stbl. No. 84). |
Pasal 13.
|
|||||
|
Pasal 14.
|
Pasal 15.
|
Pasal 16.
|
______
_____________________
(1) | Lihat Ordonansi Bea Stbl. 1931 No. 471. |
ORDONANSI TARIP.
(S. 1910 No. 628 jis S. 1913 No. 43, S. 1915 No. 221, S. 1920 No. 143, S. 1921 No. 266, S. 1924 No. 102, S. 1925 No. 218, S. 1927 No. 104, 171, dan 511, S. 1934 No. 471, 1949 No. 391, L.N. 1951 No. 102). | |||||
|
Kesatu | : | Dengan perkataan "daerah pabean" dinyatakan seluruh bahagia-bahagian daerah-daerah pemerintahanIndonesia, dimana karena Pemerintahan Republik Indonesia dipungut bea-masuk dan bea-keluar. |
Kedua | : | I. | : | Terkecuali daerah-daerah pemerintahan dan bahagian-bahagian daerah- daerah pemerintahan yang berdasarkan pasal 1 undang-undang Tarif Indonesia (Stbl. Indonesia 1924 No.487) termasuk dalam daerah pabean masuk padanya |
1. | Bahagian propinsi Aceh (1) dan takluknya yang belum termasuk dalam daerah pabean berdasarkan Undang-undang Tarip Indonesia (2) | |||||||||||||||||
2. | Propinsi (1) Sulawesi dan takluknya; | |||||||||||||||||
3. | Propinsi (1) Sumatera Timur; | |||||||||||||||||
4. | Bahagian pemerintahan Indragiri dan daerah Kesultanan Kateman dengan Dumai dari bagian pemerintahan Karimun dari Keresidenan Riau dan takluknya; | |||||||||||||||||
5. | Daerah-daerah kesultanan kota Waringin Pegatan dan Kusan, Tanah bumbir, Pasir, Kutai, Gundeng tabur, Sambaliung dan Bulungan dari keresidenan Kalimantan Selatan dan Timur; | |||||||||||||||||
6. | Daerah pemerintah (1) Maluku dan keresidenan-keresidenan Jambi, Kalimantan Barat, Menado, Timor dan Takluknya dan Bali dan Lombok; | |||||||||||||||||
7. | Daerah tk. II kepulauan Riau (Perpu 8/1963). |
II. | : | Dalam daerah-daerah pemerintahan dan bahagian-bahagian daerah-daerah pemerintahan yang disebutkan nama-namanya dalam bahagian I, dipungut bea masuk dan bea keluar menurut tarip dan ketetapan-ketetapan dari Undang-undang yang disebutkan duluan terkecuali : |
A. | (dibatalkan dengan Undang-undang 1952 No. 12) | ||||||||||||||||||
B. | (dibatalkan dengan 1920 No. 143) | ||||||||||||||||||
C. | (dibatalkan dengan 1949 No. 391) | ||||||||||||||||||
D. | (dibatalkan dengan 1915 No. 221) | ||||||||||||||||||
E. | bahwa didaerah-daerah pemerintahan yang disebutkan nama-namanya dalam bagian I kecuali bea keluar yang ditetapkan, untuk barang-barang yang ter- sebut dalam pasal 4 dari Undang-Undang Tarip Indonesia dipungut juga bea keluar yang dimaksud pada pasal ketiga. |
Ke-tiga | : | Untuk sementara waktu dibekukan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Iuaran Negara No. 102172/I.N. tgl. 20 Juni 1957. | |||||||
Ke-empat | : | Untuk sementara waktu dibekukan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 102172/I.N. tgl. 20 Juni 1957. | |||||||
Ke-lima | : | Selama sebaliknya tidak dengan tegas ditetapkan, perubahan-perubahan yang akan dilaksanakan dalam tarip dan peraturan-peraturan dari Undang-Undang Tarip Indonesia, berlaku juga dalam daerah-daerah atau bahagian-bahagian daerah untuk nama Presiden telah atau akan menetapkan berlakunya tarip-tarip dan peraturan-peraturan itu. | |||||||
Ke-enam | : | Ordonansi ini dsb. |
_____________________
(1) | Sekarang keresidenan. Lihat Indonesia Stbl. 1938 No. 264 | |||
(2) | Dengan Penetapan Wakil Panglima Besar I Kotoe No. PEN 02 Tahun 1964 tanggal, 11 Nopember 1964 pelabuhan Sabang ditetapkan sebagai pelabuhanbebas. |
PEMUNGUTAN BEA KELUAR UMUM
(Dengan Surat Keputusan Dewan Moneter tanggal 18 Juli 1957 No. 30, mulai tanggal 20 Juni 1957 untuk sementara waktu tidak dipungut Bea Keluar Umum). |
Pasal 1.
(1) | Dengan tidak mengurangi bea-keluar yang dipungut menurut atau berdasarkan Undang-Undang Tarip Indonesia (Stbl. Indonesia 1924 No. 487), maka dengan nama Bea Keluar Umum dipungut pajak pada pengeluaran semua barang-barang dari daerah pabean keluar daerah itu, yang menurut atau berdasarkan ordonansi ini tidak dengan tegas dibebaskan. | |||||
(2) | Terkecuali yang ditetapkan dalam pasal 2 ayat 1 dan pasal 9 pajak itu ber- jumlah delapan per seratus dari harga. |
Pasal 2.
(1) | Pajak untuk karet ditetapkan sebagai berikut : | |||||
a. | Jika harga rata-rata dari 'Standard quality ribbed smoked sheets" (R.S.S.I.) tiap-tiap 1/2 kg kurang dari pada harga dasar yang ditetapkan untuk hasil dan timbangan ini, tidak dipungut pajak. Jika harga rata-rata ini sama dengan atau kurang dari satu sen melebihi harga dasar, maka dipungut pajak 1 1/2 sen untuk tiap-tiap 1/2 kg. kering, sedangkan untuk tiap-tiap satu sen penuh dari harga rata-rata yang melebihi harga dasar, pemungutannya dinaikkan dengan 1/5 sen untuk tiap-tiap 1/2 kg kering. | |||||
b. | Harga rata-rata dari "Standard quality ribbed smoked sheets" sewaktu-waktu ditetapkan oleh Menteri Keuangan, berdasarkan harga-harga pasar dunia yang diumumkan dengan cara teratur. Harga-harga yang ditetapkan diumumkan dalam Berita Negara. | |||||
c. | Harga dasar yang dimaksud pada bagian a, sewaktu-waktu ditetapkan oleh atau atas nama Presiden. | |||||
d. | Oleh Menteri Keuangan ditetapkan peraturan-peraturan untuk menghitung karet menjadi karet kering (1). | |||||
(2) | Yang dimaksud dalam ordonansi ini dengan karet ialah bahan yang terkenal dengan nama ini dalam tiap-tiap keadaan dan bentuk pengerjaannya dan air- susunan pohon-pohon karet dalam tiap-tiap tingkat pekatan. |
(3) | a. | Pada pengeluaran karet dari bahagian-bahagian daerah Indonesia yang tidak termasuk dalam daerah-pabean ke-luasr negeri dikenakan bea keluar juga menurut peraturan-peraturan yang dimuat dalam ayat-ayat tersebut ditas ini. |
b. | Bahagian-bahagian daerah yang disebut pada bagian a, meskipun disitu di- lakukan pemungutan bea-keluar yang dimaksud dalam alinea itu, tidak akan menjadi bahagian daerah-pabean. |
_____________________
(1) | Lihat keputusan Menteri Keuangan tgl. 28 April 1949 No. 51176. |
c. | Ketetapan-ketetapan yang dimuat dalam Ordonansi Bea (Stbl. Indonesia 1931 No. 471) (1) dan reglemen B, yang dilampirkan pada ordonansi itu, sebagainama ordonansi itu telah atau akan diubah dan ditambah kemudian, berlaku juga untuk bahagian-bahagian daerah yang dimaksud pada bagian a, sekedar mengenai penge- luaran dan pengiriman karet dan segala sesuatu yang berhubungan dengan itu. |
Pasal 3.
Pajak tidak dipungut dari :
a. | emas dan perak yang dimurnikan, pun juga batu permata yang belum diikat dan telah dikerjakan, dan mutiara yang belum diikat. | |||||
b. | barang-barang, yang didatangkan dari luar daerah-pabean yang, sejak waktu kedatangannya tidak pernah terlepas dari pengawasan pabean. | |||||
c. | hasil-hasil luar negeri; dalam hal keragu-raguan apakah sesuatu barang, berkenaan dengan tingkat pengerjaan dan penambahannya yang dilakukan di- negeri ini, masih dapat dianggap sebagai hasil luar negeri, maka Menteri keuangan yang memutuskan ; | |||||
d. | barang-barang yang pada pengeluaran tidak dikenakan bea statistik ber- dasarkan pasal 4 huruf b, c, e, g, j, dan m dari "Ordonansi Bea-Statistik" (Stbl. 1924 No. 517); | |||||
e. | barang-barang yang dikeluarkan dengan paket-atau surat-pos, jika harga- nya tiap-tiap kiriman tidak melebihi duapuluh lima rupiah; | |||||
f. | barang-barang, atas mana telah dipungut bea-keluar pada suatu kantor- pabean Indonesia; akan tetapi jika ditempat pengeluaran kedua dikenakan bea lebih tinggi, maka barang-barang tidak dikeluarkan sebelum perbedaannya ditambah bayar. |
Pasal 4.
(1) | Presiden dapat memberikan pembebasan atau pengembalian bea-keluar-umum, berdasarkan bahwa hubungan internasional menghendaki yang sedemikian. | |||||
(2) | Menteri Keuangan dengan syarat-syarat dan perlengkapan-perlengkapan yang ditetapkannya, dapat memberikan atau pengembalian bea keluar umum untuk : |
a. | Contoh-contoh dan jalur-jalur contoh yang tidak berharga atau berharga sedikit sekali; | |||||
b. | Barang-barang untuk pameran-pameran; | |||||
c. | Barang-barang yang dikeluarkan dengan tujuan keilmuan, kebudayaan atau amal; | |||||
d. | barang-barang rumah tangga pindahan jika terdiri dari barang-barang yang telah dipakai (2) | |||||
e. | Barang-barang yang telah dipakai, yang bukan inpentaris perdagangan dan untuk mana pemiliknya yang berangkat ke atau bertempat tinggal diluar negeri membuktikan bahwa ia mendapat barang-barang itu dari suatu harta peninggalan yang terjadi. |
_____________________
(1) | Lihatlah buku "Ordonansi Bea". | |||
(1) | Lihat keputusan Menteri Keuangan tgl. 9 Pebruari 1949 No. 11541. |
Pasal 5.
|
a. | Hasil-hasil bumi tertentu, kecuali karet, yang berada dalam keadaan pasar yang sedemikian kurang baiknya, sehingga terhadap hasil-hasil itu pajak atau dalam hal ini jumlah sepenuhnya dari pemungutan itu dipandang adil (1). | |||||
b. | Hasil-hasil tertentu dari perusahaan kerajinan dalam negeri, jika hal itu baik untuk kepentingan ekonomi Negara. |
Pasal 6.
|
Pasal 7.
|
Pasal 8.
(1) Terkecuali yang ditetapkan pada ayat-ayat yang berikut dari pasal ini, peraturan-peraturan tentang pemungutan dan penjaminan bea-keluar berlaku juga untuk pemungutan dan penjaminan, bea-keluar-umum. (2) Menyimpang dari ketetapan dalam pasal 19 dari "Ordonansi Bea" | |||||
(2) Menteri Keuangan menetapkan harga untuk menghitung bea-keluar untuk masa yang akan ditetapkannya dengan mendengar Panitya-penasehat yang dibentuk oleh Presiden tentang harga-harga pengeluaran, jika dan sepanjang untuk itu menurut pertimbangannya diperlukan. | |||||
(3) Harga-harga yang ditetapkan berdasarkan ayat dimuka terlepas dari pertimbangan instansi-instansi yang ditunjuk untuk penyelesaian per- selisihan pabean. |
Pasal 9.
Terhitung dari dsb.dsb.
_____________________
(1) | Lihat buku "Ordonansi Bea". | |||
(2) | Lihat keputusan Menteri Keuangan tgl. 29 Agustus 1949 No. 136103, tgl. 20 Desember 1949 No. 256614 dan keputusan Menteri Keuangan tgl. 31 Januari 1950 No. 16498/Bea Cukai. |
Pasal 10.
Untuk penetapan tarip bea-keluar-umum yang dimaksud dengan harga sebagai yang dimaksud pada pasal 1 ayat 2 dan pasal 9 ialah harga dari barang-barang pada waktu pengeluaran, terkecuali Menteri Keuangan, dengan memperlakukan pasal 8 ayat 2 untuk barang-barang tertentu me- netapkan harga untuk menghitung bea-keluar untuk masa yang tertentu, dalam hal mana harga yang dimaksud tadi berlaku selama masa itu. |
Pasal 11.
Ordonansi ini mulai berlaku pada tanggal 1 Pebruari 1949 terkecuali untuk yang berkenaan dengan ketetapan pada pasal 2, ketetapan itu mulai berlaku pada 1 Mei 1949. |
Pasal 12.
(1) Pos 2, 3, 6, 7, 8 dan 10, termasuk juga peraturan-peraturan istimewanya, dalam tarif bea keluar yang berikut sebagai lampiran B pada Undang-undang Tarif Indonesia (Stbl. Indonesia 1924 No. 487), sebagaimana lampiran ini ter- akhir diubah dengan ordonansi yang dimuat dalam Stbl. Indonesia 1938 No. 32) dibatalkan mulai tanggal 1 Pebruari 1949, terkecuali untuk bea-keluar yang dikeluarkan untuk barang-barang yang dikeluarkan sebelum waktu itu, sedangkan dengan pengecualian yang sama, Pos 7a dengan termasuk peraturan istimewanya dibatalkan mulai tanggal 1 Mei 1949. | |||||
(2) Dibatalkan mulai 1 Pebruari 1949, terkecuali bea-keluar yang dikenakan untuk barang-barang yang dikeluarkan sebelum waktu itu, ordonansi-ordonansi untuk mengadakan bea-keluar pertahanan (Stbl. Indonesia 1948 No. 97 terakhir diubah dengan ordonansi yang dimuat dalam Stbl. Indonesia 1942 No. 27), bea-keluar-tambahan (Stbl. Indonesia 1940 No. 423 terakhir diubah dengan ordonansi yang dimuat dalam Stbl. Indonesia 1941 No.447) dan bea-keluar- peralihan (Stbl. Indonesia 1947 No. 54 diubah dengan ordonansi yang dimuat dalam Stbl. Indonesia 1948 No. 165). |
Pasal 13.
|
Pasal 14.
Ordonansi ini dapat disebut sebagai "Ordonansi Bea Keluar Umum
1949". |
|||||
|
|||||
|
A. | Jika berkenaan dengan karet yang dihasilkan dari tanaman-tanaman peliharaan kebun budidaya (yang dinamai karet-kebun). | |||||
I. Latex, yang cair (air-susuan karet) ......... sama dengan jumlah-timbangan karet-kering yang dikandung dalam latex itu; | ||||||
II. Lainnya ................................menurut kadar 100 % | ||||||
B. | Jika berkenaan dengan karet tidak termasuk yang disebut dipangkal A (yang dinamai karet rakyat) : | |||||
I. karet dalam kepingan yang pada irisannya, tidak mempertunjukkan warna putih kesusuan atau yang mana lebarnya bahagian irisan yang putih kesusuan itu kurang dari pada setengah tebalnya kepingan.........menurut kadar 100 %. | ||||||
II. serap dan karet-jatuhan yang kasar dan sama sekali belum dibersihkan ........................................ menurut kadar 75%. | ||||||
III. segala karet yang tidak termasuk I atau II .......................... menurut kadar 90 %. | ||||||
kedua : keputusan ini mulai berlaku pada tanggal 1 Oktober 1950. | ||||||
|
||||||
|
||||||
|
||||||
|
________
Lampiran I.
|
(Peraturan Pemerintah tanggal 11 Juli 1931, S. No. 312).
Pasal 1.
|
Pasal 2.
|
|||||
|
|||||
a. banyaknya, yang tiap-tiap tahun takwin dapat dimasukkan dengan pembebasan bea-masuk; b. banyaknya, yang dalam bahagian tahun yang sedang berjalan, dalam mana akte pembebasan diberikan, dapat dimasukkan dengan pembebasan bea-masuk; c. jumlah sekurang-kurangnya, yang diharuskan untuk pemasukan-pemasukan sendiri sendiri; d. kantor-pabean, dimana pemasukan harus dilakukan. |
Pasal 3.
|
|||||
|
Pasal 4.
|
|||||
|
Pasal 5.
|
|||||
|
|||||
|
|||||
|
Pasal 6.
|
|||||
|
|||||
|
Pasal 7.
|
|||||
|
Pasal 8.
|
|||||
|
|||||
|
Pasal 9.
|
|||||
|
Pasal 10.
Dengan tidak mengurangi ketetapan pada pasal 11 akte-pembebasan batal: a. jika pabrik atau perusahaan untuk mana diberikan pembebasan ditutup atau jatuh ketangan lain. b.jika selama 2 tahun takwim tidak dilakukan pemasukan dengan memper- gunakan pembebasan itu. Dalam keadaan yang istimewa Direktur Jendral dapat memperpanjang tempo ini. |
Pasal 11.
|
Pasal 12.
|
|||||
|
|||||
|
|||||
|
Pasal 13.
|
Pasal 14.
|
|||||
|
Pasal 15.
|
|||||
|
|||||
|
Lampiran II.
(Ordonansi 28 September 1923 S. No. 487). |
Pasal 1.
|
Pasal 2.
|
Pasal 3.
|
|||||
|
|||||
|
|||||
|
Pasal 4.
|
Pasal 5.
|
_____________________
(1) | Lihat juga lampiran III. |
|
Pasal 6.
|
|||||
|
|||||
|
Pasal 7.
|
Pasal 8.
|
Pasal 9.
|
|||||
|
Pasal 10.
Ordonansi ini dsb. |
Lampiran III.
|
Pasal 1.
|
Pasal 2.
Ordonansi ini dsb. | |||||
(1) Lihat lampiran II. |
Lampiran IV.
|
|||||
|
|||||
a. | senjata dan alat-alat ketentaraan, mesiu dan barang-barang lain yang diperlu- kan untuk senjata dan alat-alat ketentaraan itu dan untuk mempergunakannya atau memeliharanya, pakaian dan perlengkapan yang resmi untuk tentara yang dimasuk- kan untuk atau atas biaya Kementerian Pertahanan, dengan ketentuan, bahwa perse- lisihan paham tentang mungkin atau tidaknya sesuatu jenis alat-alat dan barang- barang dimasukkan dalam pengertian peraturan ini akan diputuskan oleh Menteri Keuangan. | ||||||||
b. | bagal-bagal dan kuda-kuda, yang dibeli untuk atau atas tanggungan Kementerian Pertahanan di Indonesia; | ||||||||
c. | madat yang dimasukkan untuk atau atas tanggungan Negeri; | ||||||||
d. | dsb. |
Lampiran V.
Keputusan Pemerintah 13 Septeber 1929 No. 23 S. No. 351). Tidak dipungut bea- masuk untuk : |
a. | barang-barang pindahan, kepunyaan dan barang-barang lain untuk dipakai sen- diri oleh pegawai-pegawai yang menjalankan pekerjaan konsuler Negara Asing di Indonesia, pegawai-pegawai konsulat-konsulat di Indonesia, kesemuanya itu asal- kan mereka bangsa asing dan dalam pada waktu itu di Indonesia tidak menjalankan perusahaan atau pekerjaan dan tentang barang-barang lain untuk dipakai sendiri yang dimaksud diatas, lebih lanjut dengan syarat timbal balik dengan negara- negara yang bersangkutan mengenai pegawai-pegawai konsuler Indonesia dan pegawai pegawai konsulat.Termasuk dalam arti dipakai sendiri, dipakai oleh anggota kelu- arga mereka; | |||||
b. | barang-barang keperluan konsulat yang dikirimkan oleh Pemerintah-pemerintah asing ke konsulat mereka yang berkedudukan di Indonesia, asalkan di Negara ber sangkutan untuk konsulat-konsulat Belanda yang berkedudukan disana diberikan pembebasan yang sama. |
Lampiran VI.
|
|||||
|
|||||
Ke-satu : | |||||
|
|||||
Ke-dua : | |||||
|
_____________________
1) | Menteri Keuangan. |
Lampiran VII.
|
(Peraturan-Pemerintah 31 Maret 1937, S. No. 184).
Pasal 1.
|
Pasal 2.
|
ke-1 | nama pabrik dan letaknya; | |||||
ke-2 | sifat pekerjaan atau perusahaan; | |||||
ke-3 | jenis bakal-bakal, benda-benda dan bahan-bahan wajib bea yang dimasukkan oleh pengusaha pabrik, yang akn digunakan untuk menyusun dan membuat dari padanya hasil-hasil akhir, yang akn dikeluarkan dari daerah pabean; | |||||
ke-4 | jenis hasi-hasil yang dimaksud pada ke-3, dengan keterangan tentang banyaknya bakal-bakal, benda-benda dan bahan-bahan yang digunakan untuk menyusun atau membuat tiap-tiap satuan dari tiap-tiap jenis. | |||||
ke-5 | kantor pabean, dimana akan dilakukan pemasukan bakal-bakal, benda-benda dan bahan-bahan dan dimana hasil-hasil akhir yang dibuat dari padanya atau disusun dengannya akan dikeluarkan. |
|
Pasal 3.
|
Pasal 4.
|
Lampiran VIII.
|
(Peraturan Pemerintah 31 Maret 1937,S. no.185)
Pasal 1.
|
Pasal 2.
|
Pasal 3.
|
a. | uraian yang jelas dari barang-barang yang akan dikeluarkan; | |||||
b. | banyak dan harganya barang-barang, pun juga tanda-tanda dan keterangan- keterangan lain-lain istimewa guna mengenal barang-barang itu kembali; | |||||
c. | tempat dimana barang-barang berada; | |||||
d. | alat pengangkutan dengan mana barang akan dikirimkan keluar daerah-pabean; | |||||
e. | uraian tentang barang-barang, pada mana barang-barang yang hendak dikeluar- kan itu akan terdapat pada pemasukannya kembali; | |||||
f. | suatu keterangan bahwa yang berkepentingan jika diminta, bersedia untuk memperlihatkan buku-buku atau surat-surat lain, yang dapat menyatakan harga barang-barang pada pengeluarannya. |
Pasal 4.
Izin hanya diberikan jika : | |||||||
1. | Ternyata dengan memuaskan Direktur Jendral Bea dan Cukai yang bersangkutan, bahwa atas barang-barang yang akan dikeluarkan, pada pemasukan kembali tersen- diri tidak dikenakan bea-masuk; | ||||||
2. | Barang-barang dapat diberikan tanda-tanda pengenal kembali atau dengan meng- ambil ukuran, timbangan atau penunjuk-penunjuk lainnya yang cukup memberikan jaminan guna mengenal barang-barang itu kembali; |
Pasal 5.
|
Pasal 6.
|
Pasal 7.
|
Pasal 8.
|
Lampiran XII.
|
(Ordonansi 3 Juni 1916, S. No. 473).
|
|||||
|
a. | mengenai asam-belerang, dicampur dengan guano atau ammonium sulfat dengan perbandingan sekurang-kurangnya dua kilogram guano atau lima kilogram ammonium sulfat untuk tiap-tiap seratus kilogram asam-belerang; | |||||||
b. | mengenai salpeter murni, dicampur dengan pasir, tanah atau abu menurut ke- hendak yang berkepentingan pada pemasukannya, atau dengan izin Direktur Jend- ral Bea dan Cukai juga dengan bahan-bahan lain dan dengan perbandingan sekurang- kurangnya dua kilogram untuk tiap-tiap seratus kilogram salpeter. Setelah di- lakukan penyampuran dapat diperintahkan untuk segera dikeluarkan dari ruangan- ruangan-Pemerintah. |
Lampiran XIII.
|
|||||
|
(1) | Berhubung dengan ordonansi-monopoli-garam 1941 (Staatsblad No. 357) pe- nunjuk ini sekarang hanya berarti untuk pelabuhan-pelabuhan yang terletak diluar daerah-monopoli-garam, oleh karenanya penunjukan dahulu yang masih berlaku ialah hanya pelabuhan Langsa. (Keputusan Pemerintah 14 Oktober 1927 No. 29). | |||||
(2) | Dibatalkan dengan mulai berlakunya Ordonansi-monopoli-garam 1941 (Staatsblad No. 357). | |||||
(3) | Peraturan-peraturan tentang pengrusakan garam untuk dimakan yang dimasukkan guna keperluan perusahaan industri untuk mana dimintakan izin masuk sebagai garam yang dimasukkan untuk perusahaan industri. Pengrusakan garam untuk tujuan perindustrian harus dilakukan dengan menambahkan pada garam itu 1/2 persen timbangan minyak tanah 1/10 persen timbangan kalium bichromat; yang akhir ini ditambahkan pada garam-itu dalam larutan cair dan dicampurkan sebaik-baiknya seperti dengan minyak-tanah tersebut. |
|
Lampiran XIV.
|
I. | Pembebasan sebahagian bea-masuk dan pembebasan cukai untuk barang alkohol- sulingan, yang dalam Negeri ini dirusakkan supaya tidak dapat diminum. (lihat Bab I "Peraturan-pembebasan-barang alkohol-sulingan", S. 1934 No. 666 (1) ). | |||||
II. | Pembebasan sebahagian bea-masuk untuk barang alkohol-sulingan yang dirusak- kan diluar Indonesia supaya tidak dapat diminum, demikian juga untuk barang- barang cat, bahan-pengisi dan-penyumbat, bahan perekat dan penempel, bahan- penyekat dan pakking dan hasil-hasil guna menghapus hama atau untuk memusnahkan parasit, yang dibuat dengan alkohol-sulingan yang dirusakkan. (Lihat Bab II dari "Peraturan-pembebasan barang alkohol-sulingan, S. 1934 No. 666 (1) ). | |||||
III. | Pembebasan bea-masuk dan cukai untuk alkohol-sulingan guna tujuan keilmuan. (Lihat Bab IV dari Peraturan-pembebasan barang alkohol-sulingan, S. 1934 No. 666 (1) ). | |||||
IV. | Pembebasan bea-masuk dan cukai untuk alkohol kayu (metil-alkohol), demikian juga untuk minyak-fusel dan amil, butil-dan propil alkohol, yang dipergunakan sebagai bahan atau alat penolong untuk perusahaan kerajinan atau dipergunakan sebagai alat penyampur barang-barang lain. (Lihat Bab VI dari Peraturan- pembebasan-barang alkohol-sulingan, S. 1934 No. 666 (1) ). |
_____________________
1) | Ditambah dengan peraturan-pemerintah dalam Staatblad 1939 No. 533. |
DAFTAR BARANG-BARANG, | untuk mana dengan syarat-syarat yang ditetapkan diberi- kan pembebasan bea-masuk. |
|
____________________________________________________________________ |
Jenis barang-barang |
Tujuan untuk mana pembebasan diberikan |
____________________________________________________________________ |
acidclay | a. | membersihkan minyak-tanah dan hasil-hasil lain yang dibuat dari minyak-tambang mentah. | |||||||
aeroflaat | b. | membersihkan getah perca. mengerjakan bijih emas dan-perak. | |||||||
aluminiumchloride | a. b. |
pembuatan minyak-lincir sintetis. membersihkan minyak-tanah dan hasil lain-lain yang dibuat dari minyak-tambang mentah. |
|||||||
aluminium hydroxyde(bauxiet) | membersihkan hasil yang dibuat dari minyak tambang mentah. | ||||||||
alumuniumsulfaat | a. b. c. |
pembuatan kertas. pembuatan gliserin yang dimurnikan. pembuatan sabun. |
|||||||
ammoniak | membersihkan minyak-tanah dan hasil lain-lain yang dimuat dari minyak-tambang mentah. | ||||||||
bariumchloride | a. b. |
pembuatan papan-tripleks dan papan-multipleks. pembuatan kertas (elektrolise dari garam- dapur). |
|||||||
bariumsulfaat | pembuat kertas. | ||||||||
bleekaarde, aktif | a. b. c. |
pembuatan sabun pembuatan lemak-dan minyak-makan. membersihkan dan menghilangkan warna parafin dan hasil lain-lain yang dibuat dari minyak- tambang mentah. |
|||||||
bleekaarde, tidak aktif(vollersaarde) | a. b. |
pembuatan sabun. pembuatan lemak-dan minyak-makan |
|||||||
bleekpoeder (chloorkalk) borax | a. b. |
pembuatan kertas. pembuatan papan-tripleks dan papan multipleks. |
|||||||
boraxglas | mengerjakan bijih emas dan-perak. | ||||||||
brownoxyde (ijzer en chromoxyde) | pembuatan zat-air. | ||||||||
buthylxanthaat | mengerjakan bijih emas dan-perak. | ||||||||
calcium carbonaat | pembuatan kertas. | ||||||||
calciumchloride | membersihkan minyak-tanah dan hasil lain-lain yang dibuat dari minyak-tambang-mentah. | ||||||||
calciumsulfaat | pembuatan kertas. | ||||||||
caporit(chlooroplossing) | pembuatan kapas-pembebat. | ||||||||
caseine, sepanjang barang ini pada tarif bea-masuk tidak di bebaskan (kaseina). | pembuatan papan-tripleks dan papan multipleks. | ||||||||
Caseinelijm (lem kaseina) | pembuatan papan-tripleks dan papan multipleks. | ||||||||
castrolie, gesulforneerde(kastroli yang sudah di- sulfonasikan) | menceraikan emulsi minyak-tambang mentah. | ||||||||
caustic-soda (soda kaustik) | a. b. c. |
membersihkan minyak-tanah dan lain-lain hasil yang dibuat
dari minyak tambang mentah. pembuatan kertas. pembuatan kapas-bebat. |
|||||||
chinaclay, tanah tembikar (kaolien) | pembuatan kertas. | ||||||||
chloor, cair | pembuatan kertas. | ||||||||
choloroform | ekstraksi dari bahan tumbuh-tumbuhan. | ||||||||
criselic-acid (kresol) | mengerjakan bijih-emas dan-perak. | ||||||||
cyaan-natrium | mengerjakan bijih-emas dan-perak. | ||||||||
gips (batu tahu) | pembuatan tembikar. | ||||||||
greenoxyde (nikkel magnesiet) | pembuatan zat-air. | ||||||||
hyflo supercel | memurnikan gula. | ||||||||
yzerchloride (chloride-besi) | pembuatan sabun | ||||||||
kaliumbichromat | pembuatan sabun | ||||||||
kool, aktif, (arang aktif) | a. b. c. |
memurnikan gula. pembuatan sabun. pembuatan minyak-dan lemak-makan. |
|||||||
kopersulfaat | a. b. c. |
pembuatan papan-tripleks dan papan multipleks. membersihkan minyak-tanah dan lain-lain hasil yang dibuat dari minyak tambang mentah. mengerjakan bijih emas dan perak. |
|||||||
kwikzilver (air raksa)
litharge (litarsi) |
a. b. |
membersihkan minyak-tanah dan lain-lain hasil yang dibuat
dari minyak tambang mentah. mengerjakan bijih emas dan perak. |
|||||||
loodsuiker (gula timber) |
mengerjakan cebakan emas dan perak. | ||||||||
natriummacetaat (natriumasetat) | pembuatan kertas. | ||||||||
natrium naphta sulphonate(natrium nafta sulfonat) | menceraikan emulsi minyak-tambang mentah. | ||||||||
natrium sulfide | mengerjakan bijih emas dan perak. | ||||||||
natrium xanthaat (natrium santat) | = mengerjakan bijih emas dan perak. | ||||||||
oleine | = menceraikan emulsi minyak-tambang mentah. | ||||||||
pine-oil (minyak terpentin kasar) | = mengerjakan bijih emas dan perak. | ||||||||
propyl xanthaat (propil santat) | = mengerjakan bijih emas dan perak. | ||||||||
salpeter (kalium nitrat) | = mengerjakan bijih emas dan perak. | ||||||||
salpeter zuur (asam salpetersoda) | = mengerjakan bijih emas dan perak. | ||||||||
soda gecaleineerde | = pembuatan kertas. | ||||||||
soda aoch (soda abu) | = mengerjakan bijih emas dan perak. | ||||||||
sulfon zeep (sabun sulfon) | = menceraikan emulsi minyak tambang mentah. | ||||||||
thiocarbanilide | = mengerjakan bijih emas dan perak. | ||||||||
tretolite | = menceraikan emulsi minyak tambang mentah. | ||||||||
turkse roodolie | = menceraikan emulsi minyak tambang mentah. | ||||||||
vanadium catalyst (vanadium-oxyde) | = pembuatan asam belerang. | ||||||||
victoroxyde (phosphorzuur) | = pembuatan bensin pesawat-udara bernilai tinggi. | ||||||||
visco | = menceraikan emulsi minyak-tambang mentah. | ||||||||
vloeispaat | = mengerjakan bijih emas dan perak. | ||||||||
waterglas (kaca air) |
= a. pembuatan papan-tripleks dan multipleks. b. mengerjakan bijih emas dan perak. |
||||||||
yollowoxyde (zinkoxyde) | = pembuatan zat-air. | ||||||||
zinksulfaat | = mengerjakan bijih emas dan perak. | ||||||||
zoutzuur (asam choride) |
= a. mengerjakan bijih emas dan perak. b. pembuatan kapas-bebat. c. pembuatan sabun. d. memperoleh minyak-tambang mentah. |
||||||||
Zwavel (belerang) |
= membersihkan minyak dan lain-lain hasil yang dibuat dari minyak-tambang mentah. |
||||||||
Zwavelruur (atau asam belerang) |
= a. membersihkan minyak tanah dan lain-lain hasil yang dibuat dari minyak-tambang mentah. b. pembuatan spiritus. c. mengerjakan bijih emas dan perak. d. pembuatan Jodium. e. pembuatan kapas bebat. |
||||||||
Zwaveldioxyde cair |
= membersihkan hasil-hasil minyak tambang-mentah. |