PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 78 TAHUN 2005
TENTANG
PENGELOLAAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang |
: |
a. |
bahwa dalam rangka menjaga keutuhan wilayah negara, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat di wilayah perbatasan, perlu dilakukan pengelolaan pula-pulau kecil terluar dengan memperhatikan keterpaduan pembangunan di bidang sosial, ekonomi, budaya, hukum, sumber daya manusia, pertahanan, dan keamanan; |
|||||||
|
|
b. |
bahwa pulau-pulau kecil terluar Indonesia memiliki nilai strategis sebagai Titik Dasar dari Garis Pangkal Kepulauan Indonesia dalam penetapan wilayah Perairan Indonesia, Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia, dan Landas Kontinen Indonesia; |
|||||||
|
|
c. |
bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Pengelolaan Pulau-pulau Kecil Terluar; |
|||||||
Mengingat |
: |
1. |
Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; |
|||||||
|
|
2. |
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 tentang Pengesahan United Nations Convention on the Law of the Sea/Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3319); |
|||||||
|
|
3. |
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419); |
|||||||
|
|
4. |
Undang-undang Nomor 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 98, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3493); |
|||||||
|
|
5. |
Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3501); |
|||||||
|
|
6. |
Undang-undang Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3647); |
|||||||
|
|
7. |
Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3699); |
|||||||
|
|
8. |
Undang-undang Nomor 3 Tahun 2001 tentang Pertahanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); |
|||||||
|
|
9. |
Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4168); |
|||||||
|
|
10. |
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437); |
|||||||
|
|
11. |
Undang-undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4439); |
|||||||
|
|
12. |
Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2002 tentang Daftar Koordinat Geografis Titik-Titik Garis Pangkal Kepulauan Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4211); |
|||||||
|
|
MEMUTUSKAN: |
||||||||
Menetapkan |
: |
PERATURAN PRESIDEN TENTANG PENGELOLAAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR. |
||||||||
|
BAB I KETENTUAN UMUM
Pasal 1 |
|||||||||
|
|
(1) |
Dalam PeraturanPresiden ini yang dimaksud dengan : |
|||||||
|
|
|
a. |
Pengelolaan pulau-pulau kecil terluar adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu untuk memanfaatkan dan mengembangkan potensi sumber daya pulau-pulau kecil terluar dari wilayah Republik Indonesia untuk menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. |
||||||
|
|
|
b. |
Pulau Kecil Terluar adalah pulau dengan luas area kurang atau sama dengan 2000 kmē (dua ribu kilometer persegi) yang memiliki titik-titik dasar koordinat geografis yang menghubungkan garis pangkal laut kepulauan sesuai dengan hukum internasional dan nasional. |
||||||
|
|
(2) |
Pulau-pulau kecil terluar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dan koordinat titik terluarnya adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Presiden ini. |
|||||||
|
BAB II
PULAU-PULAU KECIL TERLUAR
|
|||||||||
|
|
Pengelolaan pulau-pulau kecil terluar dilakukan dengan tujuan: |
||||||||
|
|
a. |
menjaga keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, keamanan nasional, pertahanan negara dan bangsa serta menciptakan stabilitas kawasan; |
|||||||
|
|
b. |
memanfaatkan sumber daya alam dalam rangka pembangunan yang berkelanjutan; |
|||||||
|
|
c. |
memberdayakan masyarakat dalam rangka peningkatan kesejahteraan. |
|||||||
|
Pasal 3 |
|||||||||
|
|
Prinsip pengelolaan pulau-pulau kecil terluar adalah : |
||||||||
|
|
a. |
Wawasan Nusantara; |
|||||||
|
|
b. |
berkelanjutan; |
|||||||
|
|
c. |
berbasis masyarakat. |
|||||||
|
Pasal 4 |
|||||||||
|
|
Pengelolaan pulau-pulau kecil terluar mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah. |
||||||||
|
BAB I KETENTUAN UMUM
Pasal 5 |
|||||||||
|
|
(1) |
Pengelolaan pulau-pulau kecil terluar dilakukan secara terpadu antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah. |
|||||||
|
|
(2) |
Pengelolaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi bidang-bidang: |
|||||||
|
|
|
a. |
sumberdaya alam dan lingkungan hidup; |
||||||
|
|
|
b. |
infrastruktur dan perhubungan; |
||||||
|
|
|
c. |
pembinaan wilayah; |
||||||
|
|
|
d. |
pertahanan dan keamanan; |
||||||
|
|
|
e. |
ekonomi, sosial, dan budaya. |
||||||
|
|
(3) |
Pengelolaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. |
|||||||
|
BAB IV KELEMBAGAAN
Pasal 6 |
|||||||||
|
|
(1) |
Pengelolaan pulau-pulau kecil terluar dikoordinasikan oleh Tim Koordinasi Pengelolaan Pulau-pulau Kecil Terluar, yang selanjutnya disebut Tim Koordinasi. |
|||||||
|
|
(2) |
Susunan keanggotaan Tim Koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari: |
|||||||
|
|
|
a. |
Ketua |
: |
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan |
||||
|
|
|
b. |
Wakil Ketua merangkap anggota : |
||||||
|
|
|
|
1. |
Wakil Ketua I |
: |
Menteri Kelautan dan Perikanan |
|||
|
|
|
|
2. |
Wakil Ketua II |
: |
Menteri Dalam Negeri |
|||
|
|
|
c. |
Anggota |
||||||
|
|
|
|
1. |
Menteri Pertahanan |
|||||
|
|
|
|
2. |
Menteri Luar Negeri |
|||||
|
|
|
|
3. |
Menteri Perhubungan |
|||||
|
|
|
|
4. |
Menteri Pekerjaan Umum |
|||||
|
|
|
|
5. |
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral |
|||||
|
|
|
|
6. |
Menteri Kesehatan |
|||||
|
|
|
|
7. |
Menteri Pendidikan Nasional |
|||||
|
|
|
|
8. |
Menteri Keuangan |
|||||
|
|
|
|
9. |
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia |
|||||
|
|
|
|
10. |
Menteri Kehutanan |
|||||
|
|
|
|
11. |
Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala BAPPENAS |
|||||
|
|
|
|
12. |
Menteri Negara Lingkungan Hidup |
|||||
|
|
|
|
13. |
Menteri Negara Pembangunan Daerah Tertinggal |
|||||
|
|
|
|
14. |
Sekretaris Kabinet |
|||||
|
|
|
|
15. |
Panglima Tentara Nasional Indonesia |
|||||
|
|
|
|
16. |
Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia |
|||||
|
|
|
|
17. |
K.epala Badan Intelijen Negara (BIN) |
|||||
|
|
|
d. |
Sekretaris |
: |
Sekretaris Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan. |
||||
|
Pasal 7 |
|||||||||
|
|
(1) |
Tim Koordinasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) merupakan wadah koordinasi non-struktural yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden. |
|||||||
|
|
(2) |
Tim Koordinasi mengadakan rapat koordinasi sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam setiap 6 (enam) bulan. |
|||||||
|
|
(3) |
Dalam melaksanakan tugasnya, Tim Koordinasi dapat mengundang dan atau meminta pendapat dari instansi-instansi pemerintah terkait dan atau pihak lain yang dianggap perlu. |
|||||||
|
|
(4) |
Tim Koordinasi menyampaikan laporan kepada Presiden setiap 6 (enam) bulan dan sewaktu-waktu apabila diperlukan. |
|||||||
|
Pasal 8 |
|||||||||
|
|
Tim Koordinasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) mempunyai tugas: |
||||||||
|
|
a. |
mengkoordinasikan dan merekomendasikan penetapan rencana dan pelaksanaan pengelolaan Pulau-pulau kecil terluar; |
|||||||
|
|
b. |
melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan pengelolaan pulau-pulau kecil terluar. |
|||||||
|
Pasal 9 |
|||||||||
|
|
(1) |
Penyelenggaraan tugas Tim Koordinasi sehari-hari dibantu oleh Tim Kerja yang dikoordinasikan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan. |
|||||||
|
|
(2) |
Tim Kerja terdiri dari 2 (dua) tim, yaitu: |
|||||||
|
|
|
i. |
Tim Kerja I membidangi sumber daya alam, lingkungan hidup, infrastruktur dan perhubungan, ekonomi, sosial, dan budaya; |
||||||
|
|
|
ii. |
Tim Kerja II membidangi pembinaan wilayah, pertahanan dan keamanan. |
||||||
|
|
(3) |
Tim Kerja I diketuai oleh Direktur Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, Departemen Kelautan dan Perikanan. |
|||||||
|
|
(4) |
Tim Kerja II diketuai oleh Direktur }enderal Pemerintahan Umum, Departemen Dalam Negeri. |
|||||||
|
|
(5) |
Ketentuan lebih lanjut mengenai susunan keanggotaan, rincian tugas, dan tata kerja Tim Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (4) ditetapkan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan. |
|||||||
|
Pasal 10 |
|||||||||
|
|
(1) |
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1), Menteri Kelautan dan Perikanan dibantu oleh Sekretariat. |
|||||||
|
|
(2) |
Sekretariat mempunyai tugas memberikan pelayanan administratif. |
|||||||
|
|
(3) |
Sekretariat secara ex-officio dilaksanakan oleh unit kerja struktural di lingkungan Departemen Kelautan dan Perikanan yang menangani pengelolaan pulau-pulau kecil terluar. |
|||||||
|
|
(4) |
Ketua Sekretariat ditunjuk oleh Menteri Kelautan dan Perikanan. |
|||||||
|
BAB V PEMBIAYAAN
Pasal 11 |
|||||||||
|
|
Pembiayaan yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas Tim Koordinasi dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. |
||||||||
|
BAB V PENUTUP
Pasal 12 |
|||||||||
|
|
Peraturan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. |
||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Ditetapkan di Jakarta |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
pada tanggal 29 Desember 2005 |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, |
ttd. | ||||||||||
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO |