|
Bagian Ketiga
Tempat Penimbunan Pabean
Pasal 48
|
|
|
|
|
|
| (1) |
Di setiap Kantor Pabean disediakan Tempat Penimbunan Pabean
yang dikelola oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. |
|
|
|
|
| (2) |
Penunjukan tempat lain yang berfungsi sebagai Tempat Penimbunan
Pabean sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Menteri. |
|
|
|
|
|
BAB IX
PEMBUKUAN
Pasal 49
Importir, eksportir, pengusaha Tempat Penimbunan Sementara, pengusaha
Tempat Penimbunan Berikat, pengusaha pengurusan jasa kepabeanan atau pengusaha
pengangkutan diwajibkan menyelenggarakan pembukuan dan menyimpan catatan
serta surat menyurat yang bertalian dengan Impor atau Ekspor.
Pasal 50
|
|
|
|
|
|
| (1) |
Atas permintaan Pejabat Bea dan Cukai, Orang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 49 wajib menyerahkan buku, catatan, dan surat-menyurat
yang bertalian dengan Impor atau Ekspor untuk kepentingan pemeriksaan. |
|
|
|
|
| (2) |
Dalam hal Orang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
berada di tempat, kewajiban untuk menyediakan buku, catatan, dan surat-menyurat
yang bertalian dengan Impor atau Ekspor untuk diperiksa beralih kepada
yang mewakilinya. |
|
|
|
|
|
Pasal 51
Pembukuan dan catatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 harus menggunakan
huruf Latin, angka Arab, mata uang rupiah, serta bahasa Indonesia atau
dengan mata uang asing dan bahasa lain yang ditetapkan oleh Menteri. Buku,
catatan, serta surat wajib disimpan selama sepuluh tahun pada tempat usahanya
di Indonesia.
Pasal 52
Barangsiapa yang tidak mengindahkan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 49 atau Pasal 51 dan perbuatan tersebut tidak menyebabkan kerugian
keuangan negara dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar Rp5.000.000,00
(lima juta rupiah).
BAB X
LARANGAN DAN PEMBATASAN IMPOR ATAU EKSPOR SERTA PENGENDALIAN
IMPOR ATAU EKSPOR BARANG HASIL PELANGGARAN HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL
Bagian Pertama
Larangan dan Pembatasan Impor atau Ekspor
Pasal 53
|
|
|
|
|
|
| (1) |
Untuk kepentingan pengawasan terhadap pelaksanaan ketentuan
larangan dan pembatasan, instansi teknis yang menetapkan peraturan larangan
dan/atau pembatasan atas Impor atau Ekspor barang tertentu wajib memberitahukan
kepada Menteri. |
|
|
|
|
| (2) |
Ketentuan tentang pelaksanaan pengawasan peraturan
larangan dan/atau pembatasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
lebih lanjut oleh Menteri. |
|
|
|
|
| (3) |
Semua barang yang dilarang atau dibatasi yang tidak memenuhi
syarat untuk diekspor atau diimpor, jika telah diberitahukan dengan Pemberitahuan
Pabean, atas permintaan importir atau eksportir dapat: |
|
|
|
|
|
a.
|
dibatalkan ekspornya; |
|
|
|
|
b.
|
diekspor kembali; atau |
|
|
|
|
c.
|
dimusnahkan dibawah pengawasan Pejabat Bea dan Cukai. |
|
|
|
| (4) |
Barang yang dilarang atau dibatasi untuk diimpor atau diekspor
yang tidak diberitahukan atau diberitahukan secara tidak benar dinyatakan
sebagai barang yang dikuasai negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68,
kecuali terhadap barang dimaksud ditetapkan lain berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. |
|
|
|
|
|
Bagian Kedua
Pengendalian Impor atau Ekspor Barang Hasil Pelanggaran
Hak Atas Kekayaan Intelektual
Pasal 54
Atas permintaan pemilik atau pemegang hak atas merek atau hak cipta,
Ketua Pengadilan Negeri setempat dapat mengeluarkan perintah tertulis kepada
Pejabat Bea dan Cukai untuk menangguhkan sementara waktu pengeluaran barang
impor atau ekspor dari Kawasan Pabean yang berdasarkan bukti yang cukup,
diduga merupakan hasil pelanggaran merek dan hak cipta yang dilindungi
di Indonesia.
Pasal 55
Permintaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 diajukan dengan disertai:
|
|
|
|
|
|
| a. |
bukti yang cukup mengenai adanya pelanggaran merek atau
hak cipta yang bersangkutan ; |
|
|
|
|
| b. |
bukti pemilikan merek atau hak cipta yang bersangkutan;
|
|
|
|
|
| c. |
perincian dan keterangan yang jelas mengenai barang impor
atau ekspor yang dimintakan penangguhan pengeluarannya, agar dengan cepat
dapat dikenali oleh Pejabat Bea dan Cukai; dan |
|
|
|
|
| d. |
jaminan. |
|
|
|
|
|
Pasal 56
Atas penerimaan perintah tertulis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54,
Pejabat Bea dan Cukai:
|
|
|
|
|
|
| a. |
memberitahukan secara tertulis kepada importir, eksportir,
atau pemilik barang mengenai adanya perintah penangguhan pengeluaran barang
impor atau ekspornya; |
|
|
|
|
| b. |
terhitung tanggal diterimanya perintah tertulis Ketua Pengadilan
Negeri setempat, melaksanakan penangguhan pengeluaran barang impor atau
ekspor yang bersangkutan dari Kawasan Pabean. |
|
|
|
|
|
Pasal 57
|
|
|
|
|
|
| (1) |
Penangguhan pengeluaran barang sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 56 huruf b dilaksanakan untuk jangka waktu paling lama sepuluh hari
kerja. |
|
|
|
|
| (2) |
Jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berdasarkan
alasan dan dengan syarat tertentu, dapat diperpanjang satu kali untuk paling
lama sepuluh hari kerja dengan perintah tertulis Ketua Pengadilan Negeri
setempat. |
|
|
|
|
| (3) |
Perpanjangan penangguhan terhadap pengeluaran barang impor
atau ekspor sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disertai dengan perpanjangan
jaminan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 huruf d. |
|
|
|
|
|
Pasal 58
|
|
|
|
|
|
| (1) |
Atas permintaan pemilik atau pemegang hak atas
merek atau hak cipta yang meminta perintah penangguhan, Ketua Pengadilan
Negeri setempat dapat memberi izin kepada pemilik atau pemegang hak tersebut
guna memeriksa barang impor atau ekspor yang diminta penangguhan pengeluarannya. |
|
|
|
|
| (2) |
Pemberian izin pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan oleh Ketua Pengadilan Negeri setempat setelah mendengarkan
dan mempertimbangkan penjelasan serta memperhatikan kepentingan pemilik
barang impor atau ekspor yang dimintakan penangguhan pengeluarannya. |
|
|
|
|
|
Pasal 59
|
|
|
|
|
|
| (1) |
Apabila dalam jangka waktu sepuluh hari kerja sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 57 ayat (1), Pejabat Bea dan Cukai tidak menerima
pemberitahuan dari pihak yang meminta penangguhanpengeluaran bahwa tindakan
hukum yang diperlukan untuk mempertahankan haknya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku telah dilakukan dan Ketua Pengadilan Negeri
setempat tidak memperpanjang secara tertulis perintah penangguhan, Pejabat
Bea dan Cukai wajib mengakhiri tindakan penangguhan pengeluaran barang
impor atau ekspor yang bersangkutan dan menyelesaikannya sesuai dengan
ketentuan kepabeanan berdasarkan undang-undang ini. |
|
|
|
|
| (2) |
Dalam hal tindakan hukum untuk mempertahankan hak telah
mulai dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
dalam jangka waktu sepuluh hari kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
pihak yang meminta penangguhan pengeluaran barang impor atau ekspor wajib
secepatnya melaporkannya kepada Pejabat Bea dan Cukai yang menerima perintah
dan melaksanakan penangguhan barang impor atau ekspor. |
|
|
|
|
| (3) |
Dalam hal tindakan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) telah diberitahukan dan Ketua Pengadilan Negeri setempat tidak memperpanjang
secara tertulis perintah penangguhan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57
ayat (2), Pejabat Bea dan Cukai mengakhiri tindakan penangguhan pengeluaran
barang impor atau ekspor yang bersangkutan dan menyelesaikannya sesuai
dengan ketentuan kepabeanan berdasarkan undang-undang ini . |
|
|
|
|
|
Pasal 60
Dalam keadaan tertentu, importir, eksportir, atau pemilik barang impor
atau ekspor dapat mengajukan permintaan kepada Ketua Pengadilan Negeri
setempat untuk memerintahkan secara tertulis kepada Pejabat Bea dan Cukai
agar mengakhiri penangguhan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 dengan
menyerahkan jaminan yang sama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 huruf
d.
Pasal 61
|
|
|
|
|
|
| (1) |
Apabila dari hasil pemeriksaan perkara kemudian terbukti
bahwa barang impor atau ekspor tersebut tidak merupakan atau tidak berasal
dari hasil pelanggaran merek atau hak cipta, pemilik barang impor atau
ekspor berhak untuk memperoleh ganti rugi dari pemilik atau pemegang hak
yang meminta penangguhan pengeluaran barang impor atau ekspor tersebut. |
|
|
|
|
| (2) |
Pengadilan Negeri yang memeriksa dan memutus perkara sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat memerintahkan agar jaminan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 55 huruf d digunakan sebagai pembayaran atau bagian pembayaran
ganti rugi yang harus dibayarkan. |
|
|
|
|
|
Pasal 62
Tindakan penangguhan pengeluaran barang impor atau ekspor dapat pula
dilakukan karena jabatan oleh Pejabat Bea dan Cukai apabila terdapat bukti
yang cukup bahwa barang tersebut merupakan atau berasal dari hasil pelanggaran
merek atau hak cipta.
Pasal 63
Ketentuan penangguhan pengeluaran barang yang diduga merupakan hasil
pelanggaran hak atas kekayaan intelektual tidak diberlakukan terhadap barang
bawaan penumpang, awak sarana pengangkut, pelintas batas, atau barang kiriman
melalui pos atau jasa titipan yang tidak dimaksudkan untuk tujuan komersial.
Pasal 64
|
|
|
|
|
|
| (1) |
Pengendalian impor atau ekspor barang yang diduga merupakan
hasil pelanggaran hak atas kekayaan intelektual, selain merek dan hak cipta
sebagaimana diatur dalam undang-undang ini, ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah. |
|
|
|
|
| (2) |
Ketentuan lebih lanjut yang diperlukan bagi pelaksanaan
Pasal 54 sampai dengan Pasal 63 diatur dengan Peraturan Pemerintah. |
|
|
|
|
|
BAB XI
BARANG YANG DINYATAKAN TIDAK DIKUASAI, BARANG YANG DIKUASAI
NEGARA, DAN BARANG YANG MENJADI MILIK NEGARA
Bagian Pertama
Barang yang Dinyatakan Tidak Dikuasai
Pasal 65
|
|
|
|
|
|
| (1) |
Barang yang dinyatakan sebagai barang tidak dikuasai adalah:
|
|
|
|
|
|
a. |
barang yang ditimbun di Tempat Penimbunan Sementara yang
melebihi jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 ayat (2); |
|
|
|
|
b. |
barang yang tidak dikeluarkan dari Tempat Penimbunan Berikat
yang telah dicabut izinnya dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 47; atau |
|
|
|
|
c. |
barang yang dikirim melalui pos: |
|
|
|
|
|
1. |
yang ditolak oleh si alamat atau Orang yang dituju dan tidak dapat
dikirim kembali kepada pengirim di luar Daerah Pabean; |
|
|
|
|
2. |
dengan tujuan luar Daerah Pabean yang diterima kembali karena ditolak
atau tidak dapat disampaikan kepada alamat yang dituju, dan tidak diselesaikan
oleh pengirim dalam jangka waktu tiga puluh hari sejak diterimanya pemberitahuan
dari kantor pos. |
|
|
|
(2) |
Barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disimpan di Tempat
Penimbunan Pabean dan dipungut sewa gudang yang ditetapkan oleh Menteri.
|
|
|
|
|
Pasal 66
|
|
|
|
|
|
| (1) |
Barang yang dinyatakan sebagai barang tidak
dikuasai selain yang dimaksud pada ayat (3) pasal ini, oleh Pejabat Bea
dan Cukai segera diberitahukan secara tertulis kepada pemiliknya bahwa
barang tersebut akan dilelang jika tidak diselesaikan dalam jangka waktu
enam puluh hari sejak disimpan di Tempat Penimbunan Pabean. |
|
|
|
|
| (2) |
Barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sepanjang
belum dilelang, oleh pemiliknya dapat: |
|
|
|
|
|
a. |
diimpor untuk dipakai setelah Bea Masuk dan biaya lainnya
yang terutang dilunasi; |
|
|
|
|
b. |
diekspor kembali setelah biaya yang terutang dilunasi;
|
|
|
|
|
c. |
dibatalkan ekspornya setelah biaya yang terutang dilunasi; |
|
|
|
|
d. |
diekspor setelah biaya yang terutang dilunasi; atau |
|
|
|
|
e. |
dikeluarkan dengan tujuan Tempat Penimbunan Berikat setelah
biaya yang terutang dilunasi. |
|
|
|
| (3) |
Barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65 ayat (1) yang: |
|
|
|
|
|
a. |
busuk segera dimusnahkan; |
|
|
|
|
b. |
karena sifatnya tidak tahan lama, merusak, berbahaya,
atau pengurusannya memerlukan biaya tinggi dapat segera dilelang dengan
memberitahukan secara tertulis kepada pemiliknya; |
|
|
|
|
c. |
merupakan barang yang dilarang dinyatakan menjadi milik
negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73; atau |
|
|
|
|
d. |
merupakan barang yang dibatasi disediakan untuk diselesaikan
oleh pemiliknya dalam jangka waktu enam puluh hari terhitung sejak disimpan
di Tempat Penimbunan Pabean. |
|
|
|
|
Pasal 67
|
|
|
|
|
|
| (1) |
Pelelangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 ayat (1)
dan ayat (3) huruf b dilakukan melalui lelang umum. |
|
|
|
|
| (2) |
Hasil lelang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) setelah
dikurangi Bea Masuk yang terutang dan biaya yang harus dibayar, sisanya
disediakan untuk pemiliknya. |
|
|
|
|
| (3) |
Pejabat Bea dan Cukai memberitahukan secara tertulis kepada
pemiliknya sisa hasil lelang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dalam waktu
tujuh hari setelah tanggal pelelangan. |
|
|
|
|
| (4) |
Sisa hasil lelang menjadi mulik negara apabila tidak diambil
oleh pemiliknya dalam jangka waktu sembilan puluh hari setelah tanggal
surat pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3). |
|
|
|
|
| (5) |
Harga terendah untuk barang yang akan dilelang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Menteri, dan jika harga yang ditetapkan
tidak tercapai, barang dapat dimusnahkan atau untuk tujuan lain atas persetujuan
Menteri. |
|
|
|
|
|
Bagian Kedua
Barang yang Dikuasai Negara
Pasal 68
|
|
|
|
|
|
| (1) |
Barang yang dikuasai negara adalah: |
|
|
|
|
|
a. |
barang yang dilarang atau dibatasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 53 ayat (4); |
|
|
|
|
b. |
barang dan/atau sarana pengangkut yang ditegah oleh Pejabat
Bea dan Cukai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 ayat (1); atau |
|
|
|
|
c. |
barang dan/atau sarana pengangkut yang ditinggalkan di
Kawasan Pabean oleh pemilik yang tidak dikenal. |
|
|
|
| (2) |
Barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a atau
huruf b diberitahukan oleh Pejabat Bea dan Cukai secara tertulis kepada
pemiliknya dengan menyebutkan alasan dan barang sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf c diumumkan selama tiga puluh hari sejak disimpan di Tempat
Penimbunan Pabean. |
|
|
|
|
| (3) |
Barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disimpan di Tempat
Penimbunan Pabean. |
|
|
|
|
|
Pasal 69
Barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 ayat (1) yang:
|
|
|
|
|
|
| a. |
busuk segera dimusnahkan; |
|
|
|
|
| b. |
karena sifatnya tidak tahan lama, merusak, berbahaya, atau
pengurusannya memerlukan biaya tinggi sepanjang bukan merupakan barang
yang dilarang atau dibatasi dapat segera dilelang dengan memberitahukan
secara tertulis kepada pemiliknya; atau |
|
|
|
|
| c. |
merupakan barang yang dilarang atau dibatasi dinyatakan
menjadi barang milik negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73. |
|
|
|
|
|
Pasal 70
Barang dan sarana pengangkut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 ayat
(1) huruf b diserahkan kembali kepada pemiliknya dalam jangka waktu tiga
puluh hari sejak penyimpanan di Tempat Penimbunan Pabean dalam hal:
|
|
|
|
|
|
| a. |
Bea Masuk yang terutang telah dibayar dan apabila merupakan
barang larangan atau pembatasan telah diserahkan dokumen atau keterangan
yang diperlukan sehubungan dengan larangan atau pembatasan impor atau ekspor;
atau |
|
|
|
|
| b. |
Bea Masuk yang terutang telah dibayar dan apabila merupakan
barang larangan atau pembatasan telah diserahkan dokumen atau keterangan
yang diperlukan sehubungan dengan larangan atau pembatasan impor atau ekspor
serta telah diserahkan sejumlah uang yang akan ditetapkan oleh Menteri
sebagai ganti barang yang besarnya tidak melebihi harga barang, sepanjang
barang tersebut tidak diperlukan untuk bukti di pengadilan. |
|
|
|
|
|
Pasal 71
|
|
|
|
|
|
| (1) |
Pelelangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 huruf b
dilakukan melalui lelang umum. |
|
|
|
|
| (2) |
Harga terendah untuk barang yang akan dilelang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Menteri, dan jika harga yang ditetapkan
tidak tercapai, barang dapat dimusnahkan atau untuk tujuan lain atas persetujuan
Menteri. |
|
|
|
|
| (3) |
Hasil lelang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disimpan
sebagai ganti barang yang bersangkutan sambil menunggu keputusan Menteri
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 72 ayat (2) atau untuk alat bukti di sidang
pengadilan. |
|
|
|
|
|
Pasal 72
|
|
|
|
|
|
| (1) |
Pemilik barang dan/atau sarana pengangkut sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 68 dapat mengajukan keberatan secara tertulis kepada Menteri
dalam jangka waktu tiga puluh hari sejak diberitahukan oleh Pejabat Bea
dan Cukai dengan menyebutkan alasan dan bukti yang menguatkan keberatannya. |
|
|
|
|
| (2) |
Dalam jangka waktu sembilan puluh hari sejak diterimanya
permohonan keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Menteri memberikan
keputusan bahwa: |
|
|
|
|
|
a. |
tidak terdapat pelanggaran terhadap undang-undang ini dan
segera memerintahkan agar barang dan/atau sarana pengangkut yang dikuasai
negara atau uang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 huruf b dan Pasal
70 huruf b diserahkan kepada pemiliknya; atau |
|
|
|
|
b. |
telah terjadi pelanggaran terhadap undang-undang ini, barang
dan/atau sarana pengangkut atau uang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69
huruf b dan Pasal 70 huruf b diselesaikan lebih lanjut berdasarkan undang-undang
ini. |
|
|
|
| (3) |
Keputusan yang diambil sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diberitahukan kepada pemiliknya dan Direktur Jenderal. |
|
|
|
|
| (4) |
Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) Menteri tidak memberikan keputusan, permohonan yang bersangkutan dianggap
diterima. |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|