|
|
|
|
Pasal 14
| (1) |
PPDKB dapat mensubkontrakkan sebagian dari kegiatan pengolahannya
kepada perusahaan industri yang berada di dalam daerah pabean Indonesia
lainnya, kecuali pekerjaan perakitan, pengetesan, sortasi dan pengepakan. |
| (2) |
Pekerjaan subkontrak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi
seluruh jenis produk dan harus diselesaikan selama-lamanya 60 (enam puluh)
hari sejak dikeluarkannya barang dan/atau dari Kawasan Berikat. |
| (3) |
Pekerjaan subkontrak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus
dilakukan melalui kontrak yang sekurang-kurangnya memuat jangka waktu,
jumlah barang dan/atau bahan yang diterima dari PPDKB, dan jumlah hasil
pekerjaan yang
dikembalikan ke PPDKB dengan jaminan yang diserahkan kepada Bendaharawan
Kantor Inspeksi Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang mengawasi Kawasan
Berikat berupa :
| a. |
Jaminan Bank; atau |
| b. |
Surety Bond atau Customs Bond yang dikeluarkan oleh perusahaan
asuransi yang disetujui Menteri Keuangan; atau |
| c. |
Surat Sanggup Bayar (SSB) yang diendorse oleh Bank yang disetujui
oleh Menteri Keuangan. |
|
| (4) |
Atas penyerahan barang dan/atau bahan dari PPDKB kepada perusahaan
industri pelaksana subkontraktor sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), PPN
dan PPnBM yang terutang tidak dipungut. |
| (5) |
Penyerahan barang dan atau bahan dari PPDKB kepada perusahaan industri
pelaksana subkontrak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan dengan
menggunakan Formulir KB-8A sebagaimana
contoh dalam Lampiran VIII-A. |
| (6) |
PPCKB mengajukan Formulir KB-8A yang telah diisi secara lengkap
dan benar kepada Pejabat Hanggar di Kawasan Berikat, untuk selanjutnya
berdasarkan Formulir KB-8A Pejabat Hanggar di Kawasan Berikat melakukan
pemeriksaan terhadap barang dan/atau bahan yang akan diserahkan kepada
pelaksana subkontrak. |
| (7) |
Dalam hal hasil pemeriksaan kedapatan sesuai, Pejabat Hanggar di
Kawasan Berikat memberikan persetujuan pengeluaran pada Formulir KB-8A,
dan mendistribusikannya untuk :
| a. |
Pejabat Hanggar di Kawasan Berikat; |
| b. |
PPDKB. |
|
| (8) |
Atas penyerahan kembali BKP hasil pekerjaan subkontrak oleh Pengusaha
Kena Pajak (PKP) subkontraktor di daerah pabean Indonesia lainnya kepada
PPDKB, PPN dan PPnBM yang terutang tidak dipungut. |
| (9) |
Penyerahan kembali BKP hasil pekerjaan subkontrak oleh PKP subkontraktor
kepada PPDKB dilakukan dengan menggunakan
Formulir KB-8B dalam rangkap
3 (tiga). |
| (10) |
PPDKB mengajukan Formulir KB-8B yang telah diisi secara lengkap
dan benar kepada Pejabat Hanggar di Kawasan Berikat, untuk selanjutnya
berdasarkan Formulir KB-8B Pejabat Hanggar di Kawasan Berikat melakukan
pemeriksaan terhadap barang
yang akan dimasukkan kembali ke dalam Kawasan Berikat. |
|
|
|
|
|
| (1) |
Pengeluaran mesin dan/atau peralatan pabrik dari Kawasan Berikat
kedalam daerah pabean Indonesia lainnya dengan tujuan reparasi dilakukan
dengan menggunakan Formulir KB-9
sebagaimana contoh dalam Lampiran IX dalam
rangkap 3 (tiga), masing-masing untuk :
| a. |
Pejabat Hanggar di Kawasan Berikat; |
| b. |
PKB; |
| c. |
PPDKB. |
|
| (2) |
Pengeluarann mesin dan atau peralatan pabrik sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1), BM, BMT, PPh Pasal 22 serta PPN dan PPnBM ditangguhkan
dengan menyerahkan jaminan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (3)
kepada Benadaharawan Kantor
Inspeksi Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang mengawasi Kawasan Berikat. |
| (3) |
Reparasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diijinkan untuk jangka
waktu paling lama 12 (duabelas) sejak mesin dan/atau peralatan pabrik dikeluarkan
dari Kawasan Berikat. |
| (4) |
Pengeluaran mesin dan/atau peralatan pabrik dari Kawasan Berikat
kedalam daerah pabean Indonesia lainnya dan pemasukannya kembali ke Kawasan
Berikat, dilakukan pemeriksaan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. |
| (5) |
Pengeluaran mesin dan peralatan pabrik dari Kawasan Berikat ke
luar negeri dengan tujuan reparasi dilakukan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku. |
|
|
|
|
|
| (1) |
Pengeluaran barang yang telah diolah di Kawasan Berikat ke dalam
daerah pabean Indonesia lainnya, hanya dapat dilakukan setelah para realisasi
ekspor. |
| (2) |
Barang yang akan dikeluarkan ke dalam daerah pabean Indonesia lainnya
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), sebanyak-banyaknya berjumalh 25% (dua
puluh lima persen) dari realisasi ekspor. |
| (3) |
Pengaturan jumlah pengeluaran barang sebagaimana dimaksud dalam
ayat (2) tidak berlaku terhadap pengiriman barang yang telah diolah di
Kawasan Berikat ke EPTE dan/atau Kawasan Berikat lainnya. |
| (4) |
Atas barang atas impor yang telah diolah di Kawasan Berikat yang
akan dikeluarkan kedalam daerah pabean Indonesia lainnya dilakukan pemeriksaan
oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. |
| (5) |
Pengeluaran barang sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) dilakukan
dengan dokumen pabean sesuai dengan tatalaksana pabean di bidang impor
yang berlaku. |
| (6) |
Atas barang asal daerah pabean Indonesia lainnya yang diolah di
Kawasan Berikat dapat dikeluarkan kedaerah pabean Indonesia lainnya setelah
diperiksa oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dan pemasukannya ke daerah
pabean Indonesia lainnya tanpa Pemberitahuan Impor Untuk Dipakai (PIUD)
dengan menggunakan Formulir KB-10
sebagaimana contoh dalam Lampiran X dalam
rangkap 3 (tiga), masing-masing untuk :
| a. |
Pejabat Hanggar di Kawasan Berikat; |
| b. |
PKB; |
| c. |
PPDKB. |
|
| (7) |
Atas barang yang diolah di Kawasan Berikat dari bahan asal impor
dan dari daerah pabean Indonesia lainnya, dapat dikeluarkan kedaerah pabean
Indonesia setelah diperiksa oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, dan
pemasukannya kedalam daerah pabean Indonesia lainnya dilakukan dengan menggunakan
PIUD. |
| (8) |
Atas pengeluaran barang sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dikenakan
BM, BMT, Cukai, PPh Pasal 22 serta PPN dan PPnBM. |
| (9) |
Dasar perhitungan pungutan negara sebagaimana dimaksud dalam ayat
(8) adalah sebagai berikut :
| a. |
BM dan BMT berdasarkan tarif barang jadi dan harga bahan baku asal
impor; |
| b. |
Cukai berdasarkan ketentuan yang berlaku; |
| c. |
PPh Pasal 22, PPN dan PPnBM berdasarkan harga jual barang bersangkutan. |
|
| (10) |
Atas barang dan/atau bahan asal daerah pabean Indonesia lainnya
yang dikeluarkan lagi dari Kawasan Berikat ke daerah pabean Indonesia lainnya
karena salah kirim diperiksa oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dan
pemasukannya ke daerah pabean lainnya dengan menggunakan Formulir KB-10. |
|
|
|
|
|
Mesin dan/atau peralatan pabrik yang dipergunakan dalam kegiatan
produksi di Kawasan Berikat dapat diganti dengan ketentuan bahwa mesin
dan/atau peralatan pabrik yang diganti tersebut :
| a. |
direekspor; dan/atau |
| b. |
diperindahtangankan ke PPDKB lainnya atau EPTE; dan/atau |
| c. |
dikeluarkan kedaerah pabean Indonesia lainnya dengan membayar BM,
BMT, PPh Pasal 22, PPN dan PPnBM sepanjang telah memenuhi ketentuan umum
yang berlaku dibidang impor; dan/atau |
| d. |
dimusnahkan dibawah pengawasan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. |
|
|
|
|
|
Atas barang dan/atau bahan yang berada dalam Kawasan Berikat yang rusak
atau busuk, PPDKB wajib :
| a. |
mereekspor; dan/atau |
| b. |
memusnahkan dibawah pengawasan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. |
|
|
|
|
|
| (1) |
Barang sisa dan/atau potongan dari Kawasan Berikat dapat :
| a. |
dikeluarkan ke dalam daerah Pabean Indonesia lainnya dengan membayar
BM, BMT, Cukai, PPh Pasal 22 serta PPN dan PPnBM, sepanjang telah memenuhi
ketentuan-ketentuan umum yang berlaku di bidang impor; dan/atau |
| b. |
dimusnahkan di bawah pengawasan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. |
|
| (2) |
Pengeluaran barang sisa dan/atau potongan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) huruf a dilakukan dengan menggunakan dokumen pabean. |
|
|
|
|
|
Direktorat Bea dan Cukai dan/atau Direktorat Jenderal Pajak melakukan
pemeriksaan kemudian (post audit) atas pembukuan, catatan dan dokumen PPDKB
yang berkaitan dengan pemasukan dan pengeluaran barang ke dan dari Kawasan
Berikat, serta pencacahan terhadap persediaan setiap 6 (enam) bulan.
|
|
|
|
|
| (1) |
Apabila hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 20 terdapat
ketidakcocokan dalam jumlah dan atau jenis barang, maka atas selisih jumlah
kurang dari jumlah barang dan atau bahan yang seharusnya ada, dinyatakan
terutang BM,BMT, Cukai, PPh Pasal 22 serta PPnBM. |
| (2) |
Dalam hal diketemukan adanya selisih lebih maka dilakukan pemeriksaan
lebih lanjut. |
| (3) |
Dalam hal terjadi ketidakcocokan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1), PPDKB bertanggung jawab atas pelunasan BM,BMT, Cukai, PPh Pasal 22
serta PPN dan PPnBM disertai sanksi berupa denda sebesar seratus persen
dari pungutan negara yang terutang. |
|
|
|
|
|
PPDKB wajib menyimpan dan memelihara dengan baik pada tempat usahanya,
buku-buku dan catatan-catatan serta dokumen yang ditetapkan berdasarkan
keputusan ini sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) tahun.
|
|
|
|
|
Dalam hal diperlukan pengaturan teknis lebih lanjut atas Keputusan
ini, pengaturannya ditetapkan oleh Direktur Jenderal Bea dan Cukai dan
Direktur Jenderal Pajak, baik secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri
sesuai dengan bidang tugas masing-masing.
|
|
|
|
|
Dengan berlakunya Keputusan ini, Keputusan Menteri Keuangan Nomor
649/KMK.01/1993 dan Nomor 711/KMK.01/1993 dinyatakan tidak berlaku.
|
|
|
|
|
Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal yang ditetapkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman keputusan
ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
| Ditetapkan di |
: |
J A K A R T A |
| Pada tanggal |
: |
23 Oktober 1993 |
MENTERI KEUANGAN
MAR'IE MUHAMMAD
|