Biro KLI Kementerian Keuangan
Relevan terhadap
lama setelah pemberlakuan PSBB, DJPb meluncurkan e-SPM. Aplikasi tersebut memungkinkan pengajuan SPM elektronik secara lebih transparan. Dengan fitur di dalam aplikasi tersebut, kini petugas Satker dapat memantau berkasnya sudah diproses higga tahapan yang mana. Adaptasi di masa pandemi Meski sadar akan tanggung jawab dalam pekerjaan, Ibu dari dua anak ini paham betul ia harus merelakan waktu dan kesempatan berkumpul bersama keluarga di saat mereka melaksanakan himbauan untuk tetap berada di rumah. Tak ayal, putra dan putri Eny pernah melayangkan protes padanya, “Kok gak kerja di rumah aja sih, Ma?” ucapnya menirukan sang buah hati. Eny paham bahwa keberatan anak-anaknya itu tak lain sebagai bentuk perhatian dan kekhawatiran mereka. Eny memaklumi jika anak-anaknya dalam kesempatan ini ingin menghabiskan lebih banyak waktu bersama keluarga. Tapi di sisi lain, mereka juga sadar bahwa pekerjaan ibunya begitu mulia. Bagaimanapun jika tanpa peran Ibunya, pencairan dana untuk penanganan dan bantuan masyarakat yang terdampak COVID-19 akan terhambat. Selama masa pemberlakuan PSBB, ia bersyukur dapat memangkas waktu tempuh perjalanan pulang dan pergi dari rumah ke kantor. Namun, rasa was-was justru dirasakan Eny saat ini, ketika memasuki masa peralihan PSBB. Kini, ia dan jutaan warga megapolitan Jakarta kembali harus merasakan kemacetan jalanan ibukota. “Belum kalau nanti dibikin ganjil-genap lagi,“ serunya setengah tersenyum. Jika kebijakan tersebut kembali diberlakukan, mau tak mau ia harus berselang-seling antara menggunakan kendaraan pribadi dan moda transportasi publik lain yang tersedia. Rasa khawatir karena risiko terpapar kembali muncul jika nanti ia terpaksa harus menggunakan transportasi publik. Namun, ia sendiri meyakinkan hatinya bahwa ia akan tetap menajalankan amanah pekerjaan dengan meminta perlindungan sang Maha Esa. Bersiap menyambut norma baru Eny menghela nafas. Pikirannya melayang ke masa- masa sebelum pandemi ini menjangkit seluruh dunia. Ia merindukan normal lama. Segalanya tampak begitu mudah dan menyenangkan untuk dilakukan. Sayang, hal tersebut baru bisa kita rasakan kini, setelah segala sesuatu semakin dibatasi. Perempuan kelahiran Klaten ini sangat merindukan Minggu paginya. Hari libur tersebut biasa ia habiskan dengan suami dengan jogging di GOR Pakansari, Cibinong. Setelah cukup berkeringat, mereka berjalan santai menikmati keramaian pasar tumpah di area GOR tersebut. Sesudahnya, sepiring nasi pecel di salah satu penjual lesehan di sana kerap menjadi penutup aktifitas fisiknya. Sudah tiga bulan terakhir cara Eny refreshing di akhir pekan itu terhenti sejak ditutupnya GOR karena PSBB. Sungguh sebuah kegiatan sederhana yang kini menjadi kemewahan. Ia berharap kondisi di negeri ini bisa berangsur membaik seiring berjalannya waktu meski dengan tatanan normal baru. Dengan begitu semua orang tak perlu was- was dan bisa enjoy menjalankan tugas. Ia hanya punya satu harapan sederhana, agar semua bisa tetap sehat. “Buat saya yang penting sehat, bisa terus ndampingi anak-anak lulus kuliah sampai sukses semua,” pungkas Eny. 35 MEDIAKEUANGAN 34 VOL. XV / NO. 154 / JULI 2020 Bugar Teks dr. Nur Zahratul Jannah | Foto Denny Aulia 35 VOL. XV / NO. 154 / JULI 2020 K etika mendengar kata new normal atau kenormalan baru, kita langsung teringat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), cuci tangan, serta etika batuk yang sudah sering dipromosikan oleh pemerintah. Pengetahuan tersebut menuntut kedisiplinan dan konsistensi. Dua hal yang tidak sesederhana kedengarannya. Kebiasaan baru bisa terasa lebih berat hingga kita merasa jenuh lalu abai. Di sinilah diperlukan peran rekan kerja untuk saling mengingatkan. Kenormalan baru bukan sekedar menerapkan protokol, namun juga kepedulian terhadap rekan kerja. Saat di kantor, kita bekerja di ruangan yang sama, menggunakan fasilitas yang sama, dan pendingin udara yang juga sama dengan ventilasi udara yang minim. Saat teman kita sakit, dulu mungkin biasanya kita cuek, tetapi di kondisi pandemi ini kita sepatutnya juga turut khawatir. Alih-alih memberikan stigma negatif, dukungan, kepedulian, sikap positif, dan kepekaan kepada rekan kerja yang sedang sakit adalah hal yang harus kita tumbuhkan. Sebelum masuk bekerja ke kantor, selalu lakukan self assasesment dengan jujur, bukan hanya demi kesehatan diri sendiri tetapi juga orang-orang di sekitar kita. Jika tergolong berisiko tinggi, maka hendaknya jangan memaksakan diri untuk masuk kerja karena kelalaian kita berpotensi menularkan penyakit ke teman kantor bahkan keluarga mereka. Demikian halnya jika kita sehat, sepatutnya harus kita syukuri dengan cara lebih produktif dalam bekerja. Sebuah jurnal menunjukkan orang yang aktif, secara fisik lebih baik imunitasnya daripada yang tidak cukup aktivitas fisiknya. Menjaga badan tetap produktif akan menumbuhkan pola pikir positif dalam diri dan meningkatkan imunitas tubuh. Jadi, jika kita sehat berdasarkan self assesment , jangan enggan jika Anda memang harus masuk kantor tentunya dengan mengikuti protokol kesehatan. Segala kebiasaan baru ini akan berat dan canggung pada awalnya. Siapa yang nyaman memakai masker setiap saat di dalam kantor, membersihkan meja kerja dengan disinfektan sebelum dan sesudah selesai kerja, mengingatkan rekan kerja saat mereka lupa menutup mulut ketika bersin, rajin mencuci tangan? Semua itu pasti tidak mudah. Namun jika dilakukan bersama-sama maka akan lebih menyenangkan. Pakar menyatakan bahwa pandemi ini mungkin akan berjalan dalam waktu yang tidak singkat. Kitalah yang harus mampu untuk adaptif terhadap tantangan yang ada. New Normal di Tempat Kerja, Seperti Apa?