bahwa berdasarkan hasil penyelidikan Komite Pengamanan Perdagangan Indonesia yang menunjukkan bahwa pada periode penyelidikan (2005 – Semester I Tahun 2008) telah terjadi kenaikan secara absolut barang impor yang diselidiki sehingga menyebabkan kerugian serius terhadap industri dalam negeri, Menteri Perdagangan melalui surat Nomor: 1062/M-DAG/7/2009 mengusulkan untuk mengenakan Bea Masuk Tindakan Pengamanan terhadap impor produk paku dengan pos tarif 7317.00.10.00;
bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 21 Keputusan Presiden Nomor 84 Tahun 2002 tentang Tindakan Pengamanan Industri Dalam Negeri dari Akibat Lonjakan Impor, tindakan pengamanan tetap dapat ditetapkan dalam bentuk Bea Masuk oleh Menteri Keuangan;
bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, serta dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 23 D ayat (2) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Pengenaan Bea Masuk Tindakan Pengamanan Terhadap Impor Produk Paku; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing The World Trade Organization (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3564);
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3612) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4661);
Keputusan Presiden Nomor 84 Tahun 2002 tentang Tindakan Pengamanan Industri Dalam Negeri Dari Akibat Lonjakan Impor (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 133);
Keputusan Presiden Nomor 20/P Tahun 2005;
MEMUTUSKAN :
PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG PENGENAAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN TERHADAP IMPOR PRODUK PAKU.
Pasal 1
Terhadap impor jenis-jenis paku __ dengan pos tarif 7317.00.10.00 dikenakan Bea Masuk Tindakan Pengamanan .
Pasal 2
Bea Masuk Tindakan Pengamanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 dikenakan terhadap importasi dari semua negara, kecuali terhadap produk paku yang diproduksi dan diimpor dari negara-negara sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran Peraturan Menteri Keuangan ini, yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri Keuangan ini.
Pasal 3
Pengenaan Bea Masuk Tindakan Pengamanan sebagaimana dimaksud pada Pasal 1 merupakan:
tambahan Bea Masuk umum ( Most Favored Nation ); atau b. tambahan Bea Masuk preferensi berdasarkan skema- skema perjanjian perdagangan barang internasional yang berlaku dalam hal impor dilakukan dari negara-negara yang termasuk dalam skema-skema perjanjian perdagangan barang internasional tersebut.
Dalam hal ketentuan dalam skema-skema perjanjian perdagangan barang internasional tidak dipenuhi, pengenaan bea masuk tindakan pengamanan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b merupakan tambahan Bea Masuk umum ( Most Favored Nation ). Pasal 4 Terhadap impor produk paku dari negara-negara yang dikecualikan dari pengenaan Bea Masuk Tindakan Pengamanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dan negara-negara yang diperlakukan secara khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf b, importir wajib menyerahkan dokumen Surat Keterangan Asal ( Certificate of Origin ). Pasal 5 Besarnya Bea Masuk Tindakan Pengamanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 dikenakan selama 3 (tiga) tahun dengan ketentuan sebagai berikut: Periode Bea Masuk Tindakan Pengamanan Tahun I : Tanggal 1 Oktober 2009 s.d. 30 September 2010 145% Tahun II: Tanggal 1 Oktober 2010 s.d. 30 September 2011 115% Tahun III: Tanggal 1 Oktober 2011 s.d. 30 September 2012 85%
Pasal 6
Tarif bea masuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 berlaku sepenuhnya terhadap impor barang yang dokumen pemberitahuan impor barang dimaksud mendapat nomor pendaftaran dari kantor pabean pelabuhan pemasukan sejak tanggal berlakunya Peraturan Menteri Keuangan ini.
Pasal 7
. Peraturan Menteri Keuangan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
. Peraturan Menteri Keuangan ini berlaku selama 3 (tiga) tahun terhitung sejak tanggal berlakunya Peraturan Menteri Keuangan ini sebagaimana dimaksud pada angka 1.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri Keuangan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 24 September 2009 MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, SRI MULYANI INDRAWATI Diundangkan di Jakarta pada tanggal 28 September 2009 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, ANDI MATTALATTA LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 151/PMK.011/2009 TENTANG PENGENAAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN TERHADAP IMPOR PRODUK PAKU DAFTAR NEGARA-NEGARA YANG DIKECUALIKAN DARI PENGENAAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN TERHADAP IMPOR PRODUK PAKU NO. NAMA NEGARA NO. NAMA NEGARA 1. Afghanistan 36. Cameroon 2. Albania 37. Canary Islands 3. Algeria 38. Cape Verde 4. American Samoa 39. Caroline Islands 5. Angola 40. Cayman Islands 6. Anguilla 41. Central African Republic 7. Antigua and Barbuda 42. Ceuta and Mellia 8. Antilles (Netherlands) 43. Chad 9. Argentina 44. Chile 10. Armenia 45. Christmas Island 11. Aruba 46. Cocos Islands 12. Ascension 47. Colombia 13. Austral Islands 48. Comoros 14. Azerbaijan 49. Congo, Democratic Republic of the 15. Bahamas 50. Congo, Republic of 16. Bahrain 51. Cook Islands 17. Bangladesh 52. Costa Rica 18. Barbados 53. Cote d'Ivoire 19. Belarus 54. Croatia 20. Belize 55. Cuba 21. Benin 56. Curacao 22. Bermuda 57. Cyprus 23. Bhutan 58. Djibouti 24. Bolivia 59. Dominica 25. Bosnia and Herzegovina 60. Dominican Republic 26. Botswana 61. Ecuador 27. Bouvet Islands 62. Egypt 28. Brazil 63. El Salvador 29. British Antarctic Territories 64. Equatorial Guinea 30. British Indian Ocean Territory 65. Eritrea 31. British Virgin Islands 66. Estonia 32. Brunei Darussalam 67. Ethiopia 33. Burkina Faso 68. Falkland Islands and Dependencies 34. Burundi 69. Fiji 35. Cambodia 70. French Southern and Antarctic Territories NO. NAMA NEGARA NO. NAMA NEGARA 71. French Polynesia 110. Macao 72. Gabon 111. Macedonia (The Former Yugoslav Republic of) 73. Gambia 112. Madagascar 74. Georgia 113. Malawi 75. Ghana 114. Maldives 76. Gibraltar 115. Mali 77. Gilbert and Ellice Islands 116. Malta 78. Greenland 117. Marianas Islands (North) 79. Grenada 118. Marshall Islands 80. Guam 119. Mauritania 81. Guatemala 120. Mauritius 82. Guinea 121. Mayotte 83. Guinea-Bissau 122. Mexico 84. Guyana 123. Micronesia, Federated States of 85. Haiti 124. Moldova, Republic of 86. Heard Island and McDonald Island 125. Mongolia 87. Honduras 126. Montserrat 88. Hong Kong 127. Morocco 89. Hungary 128. Mozambique 90. India 129. Myanmar 91. Iran, Islamic Republic of 130. Namibia 92. Iraq 131. Nauru 93. Israel 132. Nepal 94. Jamaica 133. New Caledonia and Dependencies 95. Jordan 134. Nicaragua 96. Kazakhstan 135. Niger 97. Kenya 136. Nigeria 98. Kiribati 137. Niue 99. Korea, Democratic People's Republic of 138. Norfolk Island 100. Korea, Republic of 139. Oman 101. Kuwait 140. Pakistan 102. Kyrgyzstan 141. Palau 103. Lao People's Democratic Republic of 142. Panama 104. Latvia 143. Papua New Guinea 105. Lebanon 144. Paraguay 106. Lesotho 145. Peru 107. Liberia 146. Philippines 108. Libyan Arab Jamaririya 147. Pitcairn Islands 109. Lithuania 148. Qatar NO. NAMA NEGARA NO. NAMA NEGARA 149. Romania 177. Thailand 150. Russian Federation 178. Timor-Leste 151. Rwanda 179. Togo 152. Samoa 180. Tokelau Islands 153. Sao Tome and Principe 181. Tonga 154. Saudi Arabia 182. Trinidad and Tobago 155. Senegal 183. Tristan de Cuhna 156. Seychelles 184. Tunisia 157. Sierra Leone 185. Turkey 158. Slovenia 186. Turkmenistan 159. Solomon Islands 187. Turks and Caicos Islands 160. Somalia 188. Tuvalu 161. South Africa 189. Uganda 162. Southern Sandwich Islands and Dependencies 190. Ukraine 163. Sri Lanka 191. United Arab Emirates 164. Saint Helena and Dependencies 192. United States Minor Outlying Islands 165. Saint Kitts and Nevis 193. Uruguay 166. Saint Lucia 194. Uzbekistan 167. Saint Martin 195. Vanuatu 168. Saint Pierre and Miquelon 196. Venezuela 169. Saint Vincent and Grenadines 197. Vietnam 170. Sudan 198. Virgin Islands (United Kingdom) 171. Suriname 199. Virgin Islands (United States) 172. Swaziland 200. Wallis and Futuna Islands 173. Syrian Arab Republic 201. Western Sahara 174. Taiwan 202. Yemen 175. Tajikistan 203. Zambia 176. Tanzania, United Republic of 204. Zimbabwe MENTERI KEUANGAN, SRI MULYANI INDRAWATI